BAB II SEKAR DIJUAL

Di  keluarga  bu  Asih  sudah  terbiasa  Sekar  diperlakukan  beda  dengan  kedua  adiknya.

Kata-kata  pedas  dan bentakan sudah jadi makanan sehari-hari.

Bahkan kalau bu Asih atau keluarga lain  kurang puas dengan masakannya atau kerjaan yang lain tak segan-segan mereka melakukan KDRT.

Semalam terjawab sudah semua pertanyaan yang selama ini ada  di  hati Sekar.

Setelah  bertemu dengan  kakek Arya.

Kenapa  dia  diperlakukan  tidak  manusiawi, yah karena dia bukan anak kandungnya pak Wawan dan bu Asih.

Anak yang hanya menjadi beban.

Mengetahui kenyataan ini hati Sekar sangat sakit dan sedih.

Siapa orang yang sudah membuat keluarganya porak poranda begini.

“Ya   Allah  semoga  Engkau  cepat   memberi  petunjuk,  siapa   orang  yang   sudah  menyakiti  keluargaku."

"Pertemukan lah hamba dengan keluarga hamba, ayah bunda hamba Ya Allah."

"Semoga mereka masih selamat dan sehat-sehat selalu, aamiin yra."

“Sekar, kamu sudah selesai belum berkemasnya, sebentar lagi nona Cyndi datang."

“Ibu beneran Sekar harus pergi ke Jakarta?"

“Ya, memang Ibu main-main?”

“Ibu benar-benar menjual Sekar kepada orang kota itu?”

“Bukan menjual Sekar, hanya mencarikan pekerjaan buat kamu."

"Kamu kan sebentar lagi mau meninggalkan rumah Ibu, Ibu doakan mudah-mudahan setelah sampai kota, hidupmu berubah menjadi orang kaya."

"Kamu pasti tidak  akan kembali lagi ke rumah ini."

" Jadi anggap saja uang dari nona Cyndi sebagai tanda balas budimu pada keluarga Ibu."

"Dari pada di rumah Kamu nganggur."

"Kalau kamu kerja kan dapat  uang."

"Di rumah kamu juga cuma bengong-bengong doang, hanya jadi beban kami saja."

“Ibu tega ngomong begitu sama Sekar Bu."

"Biarpun Sekar bukan anak kandung Ibu, tapi dari kecil kan Sekar sudah ikut Ibu, apa tidak ada sedikitpun  rasa sayang Ibu untuk Sekar?"

"Disini Sekar juga bukan hanya diam saja ya Bu, semua kerjaan rumah Sekar yang menyelesaikan."

"Sudah kayak pembantu saja."

“Kamu sudah berani melawan Ibu ya Sekar?"

"Sudah berani hitung-hitungan sama Ibu?"

"Asal kamu tahu saja ya, kamu itu anak pungut, anak yang dibuang orang tuamu."

"Kamu hutang budi sama Ibu dan Bapak."

"Kami sudah membesarkan dan menyekolahkan kamu hingga  SMA."

"Harusnya kamu bisa bales budi sama kami."

"Kerja, nanti tiap bulan harus kirim uang buat kami."

“Sekar tidak janji ya Bu."

"Sekar malas memberi uang sama keluarga tosix kayak keluarga di sini."

“Kurang ajar kamu Sekar."

Bu Asih berdiri mau memukul Sekar.

Sekar hanya diam sambil memandang bu Asih dengan sinis.

“Ayo  pukul,  pilih yang  mana, muka, badan atau  mau yang mana yang Ibu suka, pukul saja."

"Kalau Sekar luka kan nona Cyndi tidak jadi bawa Sekar."

"Sekar bisa selamat sementara waktu."

"Ibu pikir semua yang Ibu lakukan kepada Sekar tidak akan ada karmanya?”

"Sekar ingatkan sama Ibu ya, karma itu ada Bu."

"Ibu menjual Sekar, tapi nanti bisa saja yang rusak anak Ibu, Ibu tidak  ingat punya  anak  perempuan?"

"Kalau  anak perempuan  Ibu  diperlakukan  seperti ini bagaimana  perasaan Ibu?”

“Sudah  cukup  jangan  banyak  ngomong kamu,  cepat  kemasi pakaianmu dan mandi."

"Nona Cyndi sudah dalam perjalanan, sebentar lagi sampai."

Dengan langkah malas Sekar masuk ke kamarnya.

Kamar sempit yang pantasnya digunakan untuk gudang.

Tapi dia masih  tetap  merasa   bersukur.

Sampai  sekarang  masih  diberi  kesehatan  dan  panjang  umur.

Jadi masih punya kesempatan untuk bertemu keluarganya kembali.

Tepat pukul satu siang Cyndi datang dikawal oleh lima orang laki-laki seram yang semua berpakaian hitam.

"Assalammualaikum Bu Asih."

"Waalaikumsalam siapa ya?"

"Saya Cyndi Bu Asih."

"Eh Non Cyndi sudah datang, ayo Non masuk, kesasar tidak?"

"Nyasar kemana-mana Bu, muter-muter."

"Pakai map juga malah tambah jauh."

"Kebanyakan  orang  yang baru datang ke  desa kami memang selalu muter-muter."

"Pakai map malah diputer jauh."

"Padahal ada jalan tembus yang dekat."

"Ya sudah, ayo istirahat dulu sini di dalam."

"Saya di teras sini saja Bu, adem."

"Ya sudah, Ibu masuk dulu ya mau bikin minum."

" Kalian mau minum apa?"

"Kalau ada es mau Bu, haus dan panas."

"Ya Non ditunggu ya."

Bu Asih langsung menuju dapur, sambil  memanggil Sekar.

"Sekar, nona Cyndi sudah datang, cepat bikinkan minum."

"Ya Bu." Jawab Sekar.

"Tidak pakai lama."

Sekar tidak menjawab, dia langsung menuju dapur untuk membuat minum.

"Sekar bikinnya minum tujuh teh es."

"Ya."

Kemudian Sekar membuat minuman es teh tujuh gelas dan di bawa ke ruang tamu.

"Non Cyndi, kenalkan ini Sekar anak angkat saya."

"Ternyata kamu cukup cantik juga."

"Kamu sudah siap Sekar?"

"Sudah," jawab Sekar sinis.

“Sekar jangan tidak sopan kamu," kata Bu Asih mengingatkan.

“Apa masih perlu saya berbasa basi disini?”

"Sudah pinter ngomong kamu Sekar."

"Cepat masuk, beberes apa yang mau kamu bawa."

Sekar langsung pergi dengan acuh tak acuh.

"Memang Sekar orangnya dingin begitu ya Bu?"

"Tadinya  anaknya  penakut  dan  penurut  Non."

"Tidak ngerti itu anak, kenapa setelah tahu dia mau diajak ke Jakarta kok sifatnya jadi berubah begitu."

"Apa dia tahu kalau Ibu jual?"

"Kayaknya sih iya, oh ya gimana cantik kan?"

"Cantik sih cuman judes."

"Nanti kan Non Cyndi bisa mengaturnya."

"Non Cyndi jadi nambahi uang lagi kan buat Ibu?"

"Ini saya tambahi lima juta."

"Setelah ini Ibu tidak ada lagi hak terhadap Sekar."

"Ya  Non, semua terserah  Non Cyndi untuk mendidiknya."

"Terima kasih  Non,  ayo diminum es tehnya."

Cyndi dan para pengawalnya tanpa sungkan langsung meminumnya.

Terpopuler

Comments

Wesal Mohmad

Wesal Mohmad

Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.

2025-01-14

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 37 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!