Bab 19 : Gosip dan Rencana Xin Yue

Berita tentang tunangan Pangeran Kesembilan, Yan Tianheng, yang diduga adalah putri terakhir dari keluarga Tianyin, menyebar seperti api di ibukota. Nama keluarga Tianyin yang telah lama lenyap kembali menjadi topik utama di kalangan bangsawan dan rakyat biasa.

Desas-desus di Ibukota

Di pasar, para pedagang berbicara dengan penuh semangat.

"Apakah kau mendengar? Tunangan Pangeran Kesembilan adalah putri keluarga Tianyin!"

"Mustahil! Keluarga Tianyin sudah lenyap bertahun-tahun lalu."

"Jika itu benar, maka Pangeran Kesembilan pasti melindunginya dengan alasan yang kuat. Siapa tahu, mungkin dia memiliki hubungan dengan peninggalan keluarga itu."

Sementara itu, di kediaman-kediaman bangsawan, para pejabat tinggi mulai menyusun rencana masing-masing. Beberapa dari mereka merasa bahwa melindungi Xin Yue bisa membawa keuntungan besar, sementara yang lain melihatnya sebagai ancaman yang harus segera dihilangkan.

Di Istana Ibu Suri

Ibu Suri mendengar laporan dari bawahannya tentang percobaan pembunuhan terhadap Xin Yue yang gagal. Namun, informasi yang sampai kepadanya sangat terbatas.

"Mereka gagal?" tanya Ibu Suri dengan suara dingin, matanya menyipit penuh perhitungan.

"Ya, Yang Mulia," jawab seorang pelayan dengan hati-hati. "Namun, tampaknya itu bukan karena kemampuan wanita itu. Kemungkinan besar, Pangeran Kesembilan telah meninggalkan prajurit bayangan untuk melindunginya."

Ibu Suri tersenyum kecil, tetapi senyum itu penuh kepalsuan. "Yan Tianheng selalu terlalu berhati-hati. Dia tahu betul bahwa keputusan ini akan menarik perhatian banyak pihak, termasuk aku. Tapi... jika benar dia melindungi gadis itu dengan begitu serius, maka ada sesuatu yang lebih besar di balik ini."

Dia memandang ke luar jendela, pikirannya bergerak cepat. "Kirim utusan untuk mengatur pertemuan dengan Kaisar. Aku ingin mendiskusikan masalah ini secara langsung."

Pelayan itu membungkuk. "Seperti yang Yang Mulia perintahkan."

Di Ruang Kaisar

Beberapa hari kemudian, Ibu Suri menemui Kaisar di ruang audiensi pribadinya. Kaisar, seorang pria dengan wajah dingin dan aura otoritas yang kuat, menatap ibunya dengan penuh perhatian.

"Ada apa, Ibu Suri? Mengapa Anda ingin bertemu denganku secara mendadak?"

Ibu Suri tersenyum, tetapi ada ketegangan yang tersembunyi di baliknya. "Yang Mulia, aku ingin membahas tentang Pangeran Kesembilan dan tunangannya."

Kaisar mengangkat alis. "Yan Tianheng? Apa yang dia lakukan kali ini?"

"Berita tentang tunangannya telah menyebar ke seluruh ibukota," kata Ibu Suri dengan nada tenang. "Dan ada desas-desus bahwa wanita itu adalah putri terakhir dari keluarga Tianyin."

Kaisar terdiam sejenak, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Keluarga Tianyin... sudah lama kita tidak mendengar nama itu. Apakah kau yakin desas-desus ini benar?"

"Itulah yang ingin aku bahas," jawab Ibu Suri. "Jika desas-desus ini benar, maka keberadaan wanita itu bisa menjadi ancaman besar. Keluarga Tianyin dulu memiliki pengaruh yang sangat besar, bahkan hampir setara dengan kekuasaan istana. Jika wanita itu benar-benar pewaris terakhir mereka, maka dia bisa menjadi alat bagi pihak-pihak tertentu untuk menentang takhta."

Kaisar mengerutkan kening. "Aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi Yan Tianheng bukan orang yang mudah dimanipulasi. Jika dia memilih wanita itu sebagai tunangannya, pasti ada alasan yang kuat."

"Itulah yang membuatku lebih khawatir," kata Ibu Suri dengan nada tajam. "Yan Tianheng selalu bergerak dengan cara yang tidak terduga. Aku takut dia memiliki rencana yang tidak kita ketahui."

Kaisar menghela napas. "Aku akan memerintahkan penyelidikan lebih lanjut. Tapi untuk saat ini, jangan bertindak gegabah. Jika kita bergerak terlalu cepat, kita bisa memicu konflik yang tidak perlu."

Ibu Suri tersenyum tipis, meskipun matanya tetap dingin. "Seperti yang Yang Mulia katakan."

Rencana Baru Ibu Suri

Setelah pertemuan itu, Ibu Suri kembali ke kediamannya dengan pikiran yang penuh rencana.

"Jika Kaisar tidak ingin bertindak, maka aku harus melakukannya sendiri," gumamnya pelan.

Dia memanggil seorang pelayan kepercayaannya. "Awasi gerak-gerik Yan Tianheng dan wanita itu. Aku ingin tahu setiap detail tentang mereka. Dan pastikan kau menyebarkan desas-desus bahwa wanita itu berbahaya. Jika kita bisa membuat rakyat takut padanya, maka kita akan memiliki alasan untuk bertindak."

Pelayan itu membungkuk. "Aku akan melaksanakan perintah Yang Mulia."

Ibu Suri tersenyum, senyum yang penuh tipu daya. "Kita lihat sejauh mana Yan Tianheng bisa melindungi tunangannya."

Intrik di istana mulai memanas, dan bayangan ancaman semakin mendekati Xin Yue. Namun, Ibu Suri tidak menyadari bahwa gadis yang dia anggap lemah adalah seseorang yang telah bertahan di tengah bayangan selama bertahun-tahun—seorang "Shadow Queen" yang tidak akan mudah dikalahkan.

Malam itu, suasana di Mansion Tianheng dipenuhi kehangatan. Yan Tianheng baru saja kembali dari pelatihan bersama Li Jun. Begitu mereka melangkah masuk ke aula utama, Li Jun, dengan senyum lebar khasnya, langsung mulai berbicara tanpa henti.

"Tianheng, kau tidak akan percaya gosip yang beredar di ibukota!" serunya, matanya berkilat-kilat penuh semangat.

Tianheng mengerutkan kening, mengabaikan Li Jun saat pandangannya mencari seseorang. Namun, sebelum dia sempat berbicara, suara langkah kaki ringan terdengar. Xin Yue muncul dari lorong, mengenakan pakaian santai, rambutnya dibiarkan tergerai. Dia terlihat santai, tapi matanya yang tajam memperhatikan setiap gerakan mereka.

"Ah, Xin Yue! Kau datang di waktu yang tepat," kata Li Jun dengan nada menggoda. "Kau harus mendengar ini."

Xin Yue melipat tangan di dadanya, alisnya terangkat. "Apa lagi yang kau dengar, Li Jun? Kau selalu penuh dengan cerita menarik."

Li Jun mendekat, menurunkan suaranya seolah-olah akan membisikkan rahasia besar. "Kau tahu, ada gosip di ibukota bahwa kau adalah gadis berbahaya bagi Tianheng."

Xin Yue memiringkan kepalanya, mencoba menahan senyum. "Berbahaya? Apa maksudnya?"

Li Jun mengangguk serius, meskipun ada kilatan nakal di matanya. "Mereka bilang kau telah menyihir Tianheng agar jatuh cinta padamu. Beberapa bahkan mengatakan kau menggunakan ilmu hitam untuk mengikat hatinya."

Mendengar itu, Xin Yue terdiam sejenak. Lalu, tawa kerasnya meledak memenuhi ruangan. Dia tertawa terbahak-bahak hingga air mata muncul di sudut matanya.

"Ilmu hitam?" katanya di antara tawa. "Mereka benar-benar tidak tahu apa-apa, ya? Ini lucu sekali!"

Li Jun, yang awalnya serius, ikut tertawa kecil. "Aku pikir kau akan marah, tapi kau malah menikmatinya."

Xin Yue menghapus sudut matanya, senyumnya berubah menjadi senyum licik. Dia memandang Tianheng, yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka dengan ekspresi datar.

"Bagaimana menurutmu, Tianheng?" tanya Xin Yue, nadanya penuh godaan. "Apakah aku benar-benar menyihirmu?"

Tianheng menghela napas panjang, mendekati Xin Yue. "Jika ini sihir, maka aku rela terikat selamanya."

Li Jun terbatuk keras, tidak siap dengan jawaban Tianheng yang blak-blakan. "Hei, Tianheng! Kau benar-benar tidak malu, ya? Aku di sini, kau tahu!"

Xin Yue, yang awalnya tersenyum lebar, tiba-tiba mendapat ide. Matanya menyipit licik. "Kalau begitu, kenapa kita tidak pergi keluar?"

Tianheng mengangkat alis. "Keluar? Untuk apa?"

Xin Yue melangkah mendekat, berdiri di depan Tianheng dengan senyum penuh tipu daya. "Kalau mereka bilang aku menyihirmu, kenapa tidak kita buktikan? Kita pergi keluar, tunjukkan pada mereka betapa mesranya kita. Kita sebarkan... makanan anjing."

Li Jun, yang mendengar itu, terkejut. "Sebarkan makanan anjing? Maksudmu pamer kemesraan? Hei, Xin Yue, kau terlalu berbahaya!"

Tianheng hanya menatap Xin Yue dengan tatapan lembut, sudut bibirnya terangkat sedikit. "Kau benar-benar menikmati ini, ya?"

"Tentu saja," jawab Xin Yue dengan penuh percaya diri. "Jika mereka ingin gosip, mari beri mereka alasan untuk berbicara lebih banyak. Kau tahu aku tidak suka setengah-setengah."

Li Jun menggelengkan kepala, merasa dirinya seperti penonton drama yang tidak diundang. "Kalian berdua benar-benar pasangan yang tidak tahu malu. Tapi aku suka ide ini!"

Rencana Beraksi

Dengan keputusan itu, Xin Yue mulai menyusun rencana kecil untuk "keluar" bersama Tianheng. Dia memilih pakaian terbaiknya, memastikan setiap detail terlihat sempurna. Sementara itu, Tianheng hanya mengikuti keinginan Xin Yue, meskipun dia tahu ini akan menjadi pusat perhatian.

Li Jun, yang terpaksa ikut sebagai penonton, merasa dirinya sudah terjebak dalam drama yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Kalau begini terus, aku harus mulai menulis buku tentang kalian," gumam Li Jun sambil menggelengkan kepala.

Xin Yue hanya tertawa, sementara Tianheng tersenyum tipis, membiarkan gadis itu memimpin. Dalam hatinya, dia tahu bahwa meskipun Xin Yue tampak bermain-main, setiap langkahnya selalu penuh perhitungan. Dan itulah yang membuatnya semakin tertarik pada gadis itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***