Bab 11

Setelah ku pikirkan baik-baik. tidak ada salahnya menerima usulnya Fajar.

Aku ingin menunjukkan padanya bahwa tanpa dia aku masih bisa bangkit lagi.

Lagi pula dalam perjanjian, tidak akan ada kontak fisik di antara kami walaupun pernikahannya sah.

"Aku pikir kau tidak akan kembali lagi setelah apa yang terjadi." sindir mas Alfan saat melihatku datang. Raya duduk di pangkuannya dengan manja. Miris sekali melihat adegan antara ayah dan anak itu.

Aku tidak melihat ibu, aku juga tidak melihat kecemasan di wajah mereka. Itu berarti bayi Ryan baik-baik saja. Syukurlah..

"Iya, kenapa tidak sekalian pergi kerumah pacar ibu itu..?" Raya sudah berani ikut bicara kasar padaku. Walau aku kaget oleh perubahannya. Aku tetap tenang seolah tidak terpengaruh.

"Kalian sangat benar, tapi untuk itu bukankah aku harus bercerai dulu dari suami mu ini, karena itulah aku sangat tidak sabar menunggu saat itu."

Mereka terpana oleh jawabanku.

Aku yang sudah hampir berjalan berbalik lagi ke mereka.

"Daan.. aku menyesal karena baru sekarang menyadari kebodohanku. Ternyata Fajar itu jauh lebih baik dari mu, Mas. Dalam segala ha. Dia penyayang, tanggung jawab. Dan satu hal lagi yang membedakan dia dari mu. Dia menyayangiku tanpa syarat. Tanpa embel-embel harus ada anak." jawaban ku sangat kelas di telinga mereka.

Raut wajah mas Alfan berubah marah.

"Jadi benar kau dan Fajar ada hubungan?pasti sejak lama." tegas mas Alfan.

"Begitulah..." jawabku santai sambil melenggang pergi.

"Dasar wanita murahan..! Bisa-bisanya dia punya hubungan dengan pria lain tanpa sepengetahuanku." Dia mengomel di depan Raya.

jelas sekali kalau dia marah mendengar jawabanku. Wajahnya merah padam dan tangannya mengepal.

"Awas kalian, aku tidak akan tinggal diam."

Hal itu membuat Raya bertanya.

"Kenapa ayah marah? Bukankah itu lebih baik. jadi, ibu tidak akan merepotkan kita lagi." ucap Raya dengan polosnya.

"Kau tidak tau apa-apa. Kau masih kecil..!" tak di duga dia membentak istri kecilnya itu. Raya menatapnya tak percaya.

"Ayah membentak ku? Apa salahku, apa karena ibu bersama pria lain? Ayah cemburu?" Raya mulai merajuk sambil memukuli dada mas Alfan.

Mas Alfan gugup mau menjawab apa. Dia juga khawatir Raya benar-benar marah.

"Bukan begitu maksudku. Cemburu padanya? tidaklah.. Kau itu lebih segalanya dari Mentari. hanya kau bisa memberiku anak sedang dia, hanya perempuan tua dan mandul." dia membujuk Raya sambil merangkul pinggangnya.

Aku sengaja menyimak dari balik pintu puas sekali rasanya membuat mereka bersitegang. Benar sekali ucapan Fajar. untuk membalas mereka tidak perlu pakai otot, tapi dengan mempermainkan pikiran mreka saja.

Tidak apa-apa dia bilang aku tua dan mandul. Tapi nyatanya dia merasa kepanasan saat mendengar soal Fajar.

Aku buru-buru masuk kamar saat melihat ibu datang membawa Ryan yang terlihat baik-baik saja.

"Ada apa ini, kenapa kalian tegang begitu, dan Raya seperti habis menangis." selidiknya

"Dia cemburu karena ibu punya pacar, dia malah marah padaku.." Raya nyerocos begitu saja. Sedang mas Alfan berusaha menutup mulut Raya.

Mentari punya pacar, sejak kapan? Tidak mungkin lah itu.." ibu menepis dugaan itu.

"Tapi Mentari sendiri mengakuinya, Bu." akhirnya mas Alfan ikut bicara.

"Pantas saja waktu itu Fajar menghajar ku, dia tidak terima Mentari aku sakiti."

"Tapi yang ku lihat selama ini dia penurut dan setia, lalu kapan waktunya mereka bertemu dan menjalin hubungan.." ibu berpikir keras.

"Ini hanya akal-akalan Mentari saja. Kalian jangan terpancing dan ribut. Ini yang dia mau."

"Tuh, Nenek benar.. Ayah sih tidak percaya ucapanku." ujar Raya sambil menarik tangan mas Alfan ke kamar.

Mas Alfan tidak bisa menolak.

"Eeh, kalian mau kemana? Raya, susui anak mu dulu..!" teriak wanita itu tapi Raya tidak perduli.

Dia langsung mengunci pintu. Alfan sendiri sempat heran kenapa Raya begitu kuat dalam urusan ranjang. Tidak siang, malam ataupun sore dia akan minta terus kalau ada kesempatan.

Ibu hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak dan menantunya.

"Raya memang bisa memberiku cucu. Tapi kalau tiap hari kerjaannya mengurung Alfan dalam kamar, bagaimana Alfan bisa bekerja dan mencari nafkah? Dasar bocah...!"

Ini lah kesempatan ku menghampirinya.

Melihatku datang dia langsung pasang badan

"Ryan tidak apa-apa kan, Bu? Aku khawatir sekali."

"Dia akan baik-baik saja selama jauh dari tanganmu. kesalahan besar Alfan sudah percaya padamu." jawabnya ketus.

"Kalau ibu beranggapan begitu, ya tidak apa-apa. Mulai sekarang aku tidak akan menyentuh cucu ibu."

Ibu terlihat heran karena jawabanku. Aku yang biasanya iya, dan iya kalau dia bicara. Hari ini aku bisa setenang itu dan tanpa air mata.

"Kau sangat lain hati ini, apakah karena Fajar?"

"Ooh, rupanya berita itu sudah sampai ke ibu juga? Tentu saja mas Alfan yang bilang." aku berlagak kaget.

Dia menatapku sinis.

"Aku pikir kau wanita baik-baik. tapi nyatanya..?"

"Ibu, seperti mas Bilang,.dia lelah berpura-pura menjadi suami yang baik di depanku. Begitu juga aku, aku lelah bersandiwara menjadi seorang istri dan menanti yang baik di rumah ini."

Ibu semakin kaget mendengar jawabanku yang di anggapnya berani.

Maaf ibu, aku sadar kau orang tua yang patut di hormati. Tapi kau tidak memberiku alasan untuk itu. Aku juga manusia biasa yang punya batas kesabaran.

***

Aku sengaja menemui Viola untuk menceritakan rencana ku dan Fajar.

Kami duduk di sebuah kafe sambil ngobrol.

"Jadi itu semua benar? semalam Alfan menghubungiku. Dia tanya apakah benar kau dan Fajar punya hubungan spesial. Aku sempat bingung, tapi aku jawab saja iya."

"Kenapa kau jawab iya, padahal aku belum bercerita."

"Aku pikir kalau ada jodoh kenapa engga? Karena aku juga tau kalau Fajar sangat mencintaimu."

"Hah? Fajar sahabat kita?" aku tak percaya.

"Iya, Tari. Dari dulu sampai sekarang perasaannya belum berubah. dia sampai rela melajang sampai saat ini karena tidak bisa membagi hatinya pada wanita lain..." Viola terlihat sangat serius. Tapi aku masih tak percaya. justru aku pikir Fajar itu sukanya pada Viola. Saat ini Viola sudah bercerai dengan suaminya ini kesempatan baik buat mereka untuk dekat kembali.

"Percaya padaku.. demi tuhan, Tari. Sebenarnya aku sudah berjanji tidak akan membuka rahasia ini. Dia tidak ingin kebahagiaanmu dengan Alfan terganggu."

"Aku masih belum percaya semua ini, seorang Fajar suka padaku dan itu sejak dulu? Kenapa dia tidak pernah menunjukkan perasaannya?" aku tersenyum lebar.

"Itu ingin dia lakukan saat itu, tapi Alfan lebih dulu mengutarakan perasaannya pada mu. Karena itu dia mundur teratur."

Aku menggeleng tak percaya. seperti kisah dalam novel saja.

Terserah lah .. tapi kali ini jangan patahkan hatinya lagi. aku sangat mendukung rencana kalian ini." Viola menggenggam tanganku erat.

🌷 Dukungannya say..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!