Dokumen Mahar Duchess Jasmine

Duchess Jasmine duduk di kursinya, dengan tenang menikmati sisa makanan ringan yang mulai dingin. Ia menyeruput teh perlahan, meski rasa teh itu sudah jauh dari nikmat. Sambil menunggu waktu makan malam, pikirannya melayang pada berbagai rencana yang akan ia jalankan. Namun, wajahnya tetap tenang dan berwibawa, seperti biasa.

Setelah beberapa saat, Jasmine mengetuk bel kecil di samping mejanya. Tak lama, kepala pelayan Harold muncul di ambang pintu, membungkuk hormat sebelum berbicara.

Harold dengan sopan berkata, "Anda memanggil saya, Duchess?"

Jasmine menatapnya dengan dingin, lalu berbicara dengan nada tegas, "Ya, Harold. Malam ini, aku ingin makan di ruang makan utama. Pastikan semuanya disiapkan dengan baik. Makan malam harus sempurna."

Harold mengangguk hormat, "Tentu, Duchess. Apakah ada permintaan khusus untuk menu makan malam Anda?"

Jasmine berpikir sejenak, "Tidak. Apa pun yang tersedia hari ini sudah cukup. Tapi pastikan semuanya dihidangkan dengan layak. Aku tidak ingin melihat makanan yang dibuat dengan setengah hati."

Harold membungkuk sedikit lebih dalam, "Baik, Duchess. Saya akan segera memberi tahu dapur untuk mempersiapkannya. Apakah Anda ingin diberitahu ketika semuanya sudah siap?"

Jasmine mengangguk perlahan, "Tentu saja. Beritahu aku ketika makan malam sudah siap. Sekarang, kau bisa pergi."

Harold dengan hormat, "Sebagaimana perintah Anda, Duchess."

Jasmine melambaikan tangannya dengan anggun, memberi tanda pada Harold untuk keluar. Setelah Harold pergi dengan pintu yang telah tertutup, ia kembali pergi ke ranjang empuk nya. Jasmine menatap jendela kamarnya yang mulai gelap. Ia menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan energi sambil mengatur napas.

Beberapa lama kemudian terdengar ketukan di pintu kamar Jasmine.

Tok! Tok! Tok!

Duchess Jasmine terbangun dari tidurnya, mengumpulkan jiwa nya terlebih dahulu, "Masuk," ucapnya tenang namun tegas.

Pintu terbuka, dan kepala pelayan Harold muncul dengan tubuh membungkuk hormat seperti biasa. "Duchess, makan malam sudah siap di ruang makan utama. Sesuai permintaan Anda tadi."

Jasmine mengangguk pelan sambil melirik sekilas. "Baik. Kau bisa pergi dulu. Aku akan bersiap-siap sebelum turun."

"Sebagaimana perintah Anda, Duchess." Harold membungkuk lebih dalam sebelum melangkah keluar, menutup pintu dengan rapi di belakangnya.

Langkah kaki Harold perlahan menjauh, meninggalkan Jasmine sendiri di kamarnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang sedikit tegang setelah hari yang panjang.

Setelah pintu kembali tertutup, Jasmine duduk perlahan dari ranjangnya. Tak lama kemudian, terdengar ketukan lain di pintu. Jasmine menoleh.

"Masuk," ucapnya, mengetahui siapa yang mengetuk kali ini.

Lianne muncul dengan napas sedikit terengah, terlihat baru saja kembali dari perjalanan. Jasmine memandangnya dengan sorot mata tajam namun tetap tenang. "Kau sudah kembali, Anne?" ujarnya sambil berjalan mendekati jendela. "Siapkan aku air mandi dulu. Setelah itu kita bicara."

Lianne menunduk hormat. "Baik, Yang Mulia. Saya akan menyiapkannya segera."

"Jangan lupa, pastikan airnya hangat, Anne. Aku tak ingin mandi air dingin malam ini." Jasmine melihatnya dengan senyum manisnya.

"Segera, Duchess," jawab Lianne cepat, lalu berbalik ke luar kamar untuk mempersiapkan apa yang diminta oleh majikannya.

Jasmine kembali duduk di kursinya, tangannya menyentuh sisi meja dengan gerakan pelan. Ia memandangi jendela yang memperlihatkan gelapnya malam. "Aku ingin melihat muka-muka para pelayan bermuka banyak ini sebentar lagi." ucapnya dalam hati.

Tak berselang lama, Lianne datang membawa ember besar air panas kedalam kamar mandi Duchess, lalu menuangkan air panas tersebut ke dalam bak yang telah di isi air dingin sebelumnya. Lianne memegang suhu nya agar tidak kepanasan maupun kedinginan. Setelah terasa pas, ia berjalan menuju sang Duchess.

"Yang Mulia, air mandinya sudah siap," suara Lianne terdengar penuh hormat.

Duchess Jasmine mengangguk dan melangkah menuju kamar mandi nya, di ikuti oleh pelayannya. Sesampainya di sana, Jasmine berdiri dan membiarkan pelayan pribadinya dengan sigap mulai membantu membuka pakaian yang dikenakannya. Lianne melakukannya dengan hati-hati, memastikan tidak ada rasa sakit pada tubuh Jasmine. Setelah selesai, ia memimpin Jasmine menuju bak mandi besar yang dipenuhi air hangat dengan aroma lembut dari pewangi favorit Duchess.

"Sudah kamu pastikan airnya tidak terlalu panas, Anne?" tanya Jasmine mengingatkan sambil memasukkan kakinya perlahan ke dalam air.

"Sudah saya periksa, Duchess. Harap Anda merasa nyaman," jawab Lianne dengan suara pelan, tetap berdiri tak jauh untuk berjaga-jaga jika Duchess membutuhkan sesuatu.

Jasmine menikmati mandi itu dalam keheningan, hanya suara air yang terdengar sesekali. Setelah merasa cukup, ia memberi isyarat kecil. Lianne mendekat, membantu Jasmine keluar dari bak mandi dengan sigap, lalu menyodorkan handuk lembut untuk mengeringkan tubuhnya.

"Ambilkan pewangi favoritku," Jasmine memerintah.

"Sudah saya siapkan, Yang Mulia," Lianne berkata sambil membuka botol kecil dan memijatkan pewangi ke kulit Duchess dengan gerakan lembut.

Setelah selesai, Lianne beralih mengambil pakaian yang sudah dipilih sebelumnya. "Yang Mulia, apakah pakaian santai ini sudah sesuai keinginan Anda?" ia bertanya sambil menunjukkan kain sederhana namun tetap elegan.

"Bagus. Tidak terlalu berat, bukan?" Jasmine menilai sekilas dan mengangguk setuju.

Lianne membantu memakaikan pakaian itu dengan cekatan. Saat tangannya sibuk mengikat pita di bagian belakang, Jasmine bertanya tanpa menoleh. "Bagaimana dengan perintah yang sudah kuberikan? Apakah sudah diselesaikan?"

Lianne menegakkan tubuhnya sedikit, tetap berada di belakang Jasmine. "Sudah, Duchess. Semua telah dikirimkan seperti perintah Anda. Tidak ada masalah sepanjang perjalanan."

"Bagus." Jasmine menoleh sedikit, menatap Lianne dengan tatapan penuh arti. "Tidak ada yang tahu, bukan?"

"Tidak ada, Duchess Saya memastikan tidak ada siapa pun, termasuk kepala pelayan, yang melihat isi amplop itu."

Jasmine tersenyum tipis, penuh kepuasan. "Kerja bagus, Anne. Kau memang pelayan yang luar biasa dan bisa diandalkan."

Lianne menunduk dengan hormat, merasa lega dan bangga mendapatkan pujian itu. "Terima kasih, Yang Mulia Duchess. Saya hanya melakukan tugas yang diberikan."

"Baiklah, sekarang bersihkan ruangan ini. Setelah itu, kau boleh beristirahat sebentar. Aku akan segera turun untuk makan malam." Jasmine melangkah ke depan cermin, merapikan rambutnya sendiri dengan perlahan.

"Segera, Duchess," jawab Lianne sebelum mulai membereskan perlengkapan yang digunakan tadi.

Duchess Jasmine berhenti melangkah, "Oh ya, Anne, ada sesuatu yang harus kau lakukan malam ini.” perintah Duchess Jasmine kepada Lianne.

Lianne menatap Jasmine penuh perhatian, mengetahui bahwa tugas yang akan diberikan pasti penting.

“Apa yang harus saya lakukan, Yang Mulia? Katakan saja, saya akan melakukannya.”

Jasmine menggeser tubuhnya sedikit, menatap langsung ke arah pelayan setianya. “Ambil dokumen mahar yang kubawa dari kediaman D’Orland. Dokumen itu ada di peti kecil di sudut ruangan ini. Setelah itu, kau harus memeriksa semua mahar yang ada di gudang penyimpanan dan di kamar ini.”

Lianne terlihat sedikit bingung, tetapi tidak berani menyela. Jasmine melanjutkan dengan nada yang lebih serius. “Cek semuanya, satu per satu. Pastikan tidak ada yang hilang atau diganti. Jika ada yang tidak sesuai dengan daftar di dokumen, kau catat semuanya dengan rinci.”

Lianne akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Yang Mulia, apakah ada yang Anda curigai? Mengapa tiba-tiba ingin memeriksa mahar-mahar ini?”

Jasmine tersenyum tipis, tetapi matanya memancarkan kilatan dingin. “Curiga? Tentu saja. Bukankah kau tau, hampir semua pelayan disini tidak menyukai ku. Otomatis beberapa pelayan pasti akan merencanakan mengambil hingga menggantikan barang-barang ku yang ada disini. Bukankah kita seminggu berada di gereja?”

"Tentu saja, Duchess. Kita di gereja selama seminggu disana. Apa hubungannya?" tanya Lianne.

"Itulah saat nya mereka melancarkan aksi nya untuk mencuri barang yang kepunyaanku. Atau mungkin bisa jadi nanti dijadikan fitnahan untukku dikala si laki-laki brengsek itu datang," jawab Jasmine dengan tersenyum.

Lianne mengangguk, memahami betapa seriusnya situasi ini. “Baik, Yang Mulia. Saya akan segera melakukannya. Apakah saya perlu meminta bantuan pelayan lain?”

Jasmine menggeleng tegas. “Tidak. Aku tidak mempercayai siapa pun di istana ini kecuali kau. Jangan sampai ada yang tahu tentang ini, terutama Cecilia dan pengikutnya.”

Lianne terdiam sejenak, lalu berbicara dengan penuh tekad. “Dimengerti, Yang Mulia. Saya akan mulai dari dokumen di sudut ruangan.”

Lianne berjalan ke arah peti kecil yang disebut Jasmine, lalu membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat beberapa dokumen yang terikat rapi. Ia mengambil dokumen mahar yang dimaksud, lalu membawanya ke meja kerja Jasmine. “Dokumen ini, Yang Mulia?”

Jasmine mengangguk, membuka dokumen itu dan membolak-balik isinya dengan teliti. Ia menunjukkan halaman yang memuat daftar lengkap mahar kepada Lianne. “Ini daftar mahar yang kubawa dari D’Orland. Kau hafalkan baik-baik. Gunakan ini sebagai acuan saat kau memeriksa nanti.”

Lianne mengamati daftar itu dengan seksama, lalu membungkuk hormat. “Saya mengerti, Yang Mulia. Saya akan memulai pemeriksaan dari gudang penyimpanan.”

Jasmine mengangguk, lalu menambahkan peringatan terakhir. “Anne, berhati-hatilah. Jangan sampai terlihat oleh orang lain.”

Lianne tersenyum tipis, mencoba menenangkan majikannya. “Tidak perlu khawatir, Yang Mulia. Saya akan melakukannya dengan sangat hati-hati.”

"Baiklah, aku pergi dulu ya," ucap Jasmine dan diangguki oleh Lianne.

Setelah semuanya selesai, Jasmine melangkah keluar dari kamar dengan anggun. Gaun santai yang ia kenakan memberikan kesan sederhana namun tetap menunjukkan wibawa seorang Duchess.

Terpopuler

Comments

ika yanti naibaho

ika yanti naibaho

semngat kak up yg banyaj

2025-01-12

0

Sulati Cus

Sulati Cus

kpn nongol nya si duke?

2025-01-11

0

Ari Peny

Ari Peny

aq suka wanita yg berubah lbh kuat dan tegas begini stlh hidup lg gk bodoh dan lemah

2025-01-28

4

lihat semua
Episodes
1 Latar Belakang Cerita
2 Kesedihan Keluarga D'Orland
3 Kembalinya Sang Duchess
4 Tekad Jasmine D'Orland
5 Perubahan Sang Duchess
6 Duchess Yang Sebenarnya
7 Akan Ku Balas Satu - Persatu
8 Dokumen Mahar Duchess Jasmine
9 Sesuai Keinginan Sang Duchess
10 Kilas Balik Kenangan Menyakitkan
11 Persiapan Ke Kediaman D'Orland
12 Perjalanan Menuju Kediaman D'Orland
13 Pertarungan Yang Mengejutkan
14 Penghormatan Rakyat D'Orland
15 Pulang Kembali Kepelukan D'Orland
16 Kau Memang Bodoh Jasmine
17 Biarkan Aku yang Menghukum Mereka
18 Mengagumi Duchess Jasmine dari Sisi Lain
19 Perpisahan di Kediaman D’Orland
20 Persiapan Penyambutan Duke Louise
21 Semua Bantuan Tak Ada Yang Gratis
22 Memulai Bisnis Dengan Seseorang
23 Tanah Misterius Penghasil Uang
24 Penyambutan Rombongan Duke Louise
25 Duchess Jasmine Bangsawan Kelas Tinggi
26 Kekesalan Duke Louise dan Lady Cecilia
27 Hidangan Utama adalah Kenyataan
28 Kebencian Yang Membara
29 Pesta Penyambutan Penuh Ketengangan
30 Kejahatan Yang Mengguncang Pesta
31 Sudah Tak Tertarik Lagi
32 Membuat Perhiasan Dari Garnet Merah
33 Hari Yang di Tunggu-tunggu
34 Wanita Butuh Waktu Bersiap
35 Kebencian dan Amarah
36 Mulut Tajam dan Menusuk
37 Kemunafikan yang HaQQ
38 Bertemu Seseorang
39 Kedatangan Kaisar Valen Octavius
40 Rumor Duchess Jasmine yang Lain
41 Bertemu Keluarga D'Orland di Pesta
42 Keputusan Final Jasmine
43 Tatapan Kaisar Valen
44 Sebuah Janji Kaisar Valen
45 Meminta Perceraian
46 Kebimbangan dan Keputusan
47 Keputusan Jasmine dan Louise
48 Meminta Keadilan Untuk Putriku
49 Emosi Keluarga D'Orland
50 Sebenarnya, Yang Tak Kau Tahu
51 Mabuk Dalam Kamar
52 Cerdas, Tapi Tidak Dengan Hati
53 Selamat Tinggal Masa Lalu
54 Surat Jasmine D'Orland
55 Kebencian Lady Cecilia Thorne
56 Awal Kebencian...
57 Menjadi Janda Kaya Raya
58 Menemui Pria Berjubah
59 Maju Atau Mundur Sama Saja
60 Kau Milikku...
61 Sorak Sorai Rakyat D'Orland
62 Hari Pertama di D'Orland
63 Bertemu Pria Bertopeng
64 Kehilangan Kesabaran
65 Siapa Pria Bertopeng
66 Makan Malam
67 Sebuah Pedang
68 Pedang Milik Jasmine D'Orland
69 Kemarahan Sang Berkerudung Hitam
70 Surat Lamaran Pernikahan
71 Kekacauan Di Clair
72 Mendapatkan Kekuatan
73 Mengulang Kembali Bersama
74 Sihir Pemikat
75 Situasinya Buruk
76 Dialah Wanita Dalam Ramalan
77 Janji Sang Kaisar
78 Kau Sangat Lucu
79 Menyicil Jadi Suami
80 Jangan Melompat
81 Latihan Pertama
82 Pedang Aethetis dan Tenebris
83 Jasmine! Putriku!
84 Berbicara Takdir Membuat Mual
85 Kegelapan Mulai Menyebar
86 Kematian Keluarga Thorne
87 Pertempuran Duke Edgar & Victor
88 Musnah nya Iblis Kegelapan
89 Pernikahan Kaisar Valen dan Jasmine
90 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Latar Belakang Cerita
2
Kesedihan Keluarga D'Orland
3
Kembalinya Sang Duchess
4
Tekad Jasmine D'Orland
5
Perubahan Sang Duchess
6
Duchess Yang Sebenarnya
7
Akan Ku Balas Satu - Persatu
8
Dokumen Mahar Duchess Jasmine
9
Sesuai Keinginan Sang Duchess
10
Kilas Balik Kenangan Menyakitkan
11
Persiapan Ke Kediaman D'Orland
12
Perjalanan Menuju Kediaman D'Orland
13
Pertarungan Yang Mengejutkan
14
Penghormatan Rakyat D'Orland
15
Pulang Kembali Kepelukan D'Orland
16
Kau Memang Bodoh Jasmine
17
Biarkan Aku yang Menghukum Mereka
18
Mengagumi Duchess Jasmine dari Sisi Lain
19
Perpisahan di Kediaman D’Orland
20
Persiapan Penyambutan Duke Louise
21
Semua Bantuan Tak Ada Yang Gratis
22
Memulai Bisnis Dengan Seseorang
23
Tanah Misterius Penghasil Uang
24
Penyambutan Rombongan Duke Louise
25
Duchess Jasmine Bangsawan Kelas Tinggi
26
Kekesalan Duke Louise dan Lady Cecilia
27
Hidangan Utama adalah Kenyataan
28
Kebencian Yang Membara
29
Pesta Penyambutan Penuh Ketengangan
30
Kejahatan Yang Mengguncang Pesta
31
Sudah Tak Tertarik Lagi
32
Membuat Perhiasan Dari Garnet Merah
33
Hari Yang di Tunggu-tunggu
34
Wanita Butuh Waktu Bersiap
35
Kebencian dan Amarah
36
Mulut Tajam dan Menusuk
37
Kemunafikan yang HaQQ
38
Bertemu Seseorang
39
Kedatangan Kaisar Valen Octavius
40
Rumor Duchess Jasmine yang Lain
41
Bertemu Keluarga D'Orland di Pesta
42
Keputusan Final Jasmine
43
Tatapan Kaisar Valen
44
Sebuah Janji Kaisar Valen
45
Meminta Perceraian
46
Kebimbangan dan Keputusan
47
Keputusan Jasmine dan Louise
48
Meminta Keadilan Untuk Putriku
49
Emosi Keluarga D'Orland
50
Sebenarnya, Yang Tak Kau Tahu
51
Mabuk Dalam Kamar
52
Cerdas, Tapi Tidak Dengan Hati
53
Selamat Tinggal Masa Lalu
54
Surat Jasmine D'Orland
55
Kebencian Lady Cecilia Thorne
56
Awal Kebencian...
57
Menjadi Janda Kaya Raya
58
Menemui Pria Berjubah
59
Maju Atau Mundur Sama Saja
60
Kau Milikku...
61
Sorak Sorai Rakyat D'Orland
62
Hari Pertama di D'Orland
63
Bertemu Pria Bertopeng
64
Kehilangan Kesabaran
65
Siapa Pria Bertopeng
66
Makan Malam
67
Sebuah Pedang
68
Pedang Milik Jasmine D'Orland
69
Kemarahan Sang Berkerudung Hitam
70
Surat Lamaran Pernikahan
71
Kekacauan Di Clair
72
Mendapatkan Kekuatan
73
Mengulang Kembali Bersama
74
Sihir Pemikat
75
Situasinya Buruk
76
Dialah Wanita Dalam Ramalan
77
Janji Sang Kaisar
78
Kau Sangat Lucu
79
Menyicil Jadi Suami
80
Jangan Melompat
81
Latihan Pertama
82
Pedang Aethetis dan Tenebris
83
Jasmine! Putriku!
84
Berbicara Takdir Membuat Mual
85
Kegelapan Mulai Menyebar
86
Kematian Keluarga Thorne
87
Pertempuran Duke Edgar & Victor
88
Musnah nya Iblis Kegelapan
89
Pernikahan Kaisar Valen dan Jasmine
90
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!