Perubahan Sang Duchess

Jasmine berdiri di depan kereta kuda yang akan membawanya kembali ke kediaman Clair, bibirnya mengerucut tanda kesal. Kereta itu jauh dari kata layak, apalagi mewah. Ia menatap dengan tatapan tajam penuh kebencian.

"Kenapa Kereta nya seperti ini? Apa mereka pikir aku ini pelayan, bukan seorang Duchess?" pikir Jasmine, merasakan hatinya panas. Ia teringat kereta-kereta indah yang biasa ia naiki saat masih menjadi bagian dari keluarga D’Orland.

“Apa tidak ada kereta yang lebih pantas daripada ini, Anne?” tanya Jasmine dengan nada penuh sinis, menoleh pada pelayannya yang setia.

Lianne menggelengkan kepala dengan wajah penuh permohonan maaf. “Maafkan saya, Duchess. Duke Louise hanya menyediakan ini. Tidak ada pilihan lain.”

Jasmine mendecak kesal. “Tentu saja. Bagaimana bisa aku berharap lebih dari pria brengsek seperti dia?” ia bergumam pelan, tapi cukup keras untuk didengar oleh Lianne.

Lianne yang mendengar umpatan sang Duchess kaget, namun ia membiarkannya.

“Duchess, izinkan saya membantu Anda naik,” kata Lianne lembut, mengalihkan perhatian Jasmine dari kereta bobrok di depannya.

Dengan enggan, Jasmine melangkah ke dalam kereta dibantu Lianne. Begitu duduk, wajahnya semakin memerah saat merasakan kerasnya papan tempat duduk tanpa bantalan apa pun. Ia memandang sekeliling interior kereta itu, yang hanya diisi kayu polos tanpa hiasan, tanpa kenyamanan.

“Ini bahkan lebih buruk daripada kandang kuda!” Jasmine mengeluh, melipat tangannya di dada dengan gemas.

Lianne, yang tahu betapa kecewanya tuannya, hanya bisa menunduk. “Maafkan saya, Duchess. Saya tahu ini tidak pantas untuk Anda.”

Jasmine menatap Lianne sejenak, lalu menghela napas panjang. “Bukan salahmu, Anne. Semua ini salah si brengsek itu. Aku akan pastikan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa depan.”

Lianne menatap Jasmine dengan sedikit kebingungan, meskipun sedikit kaget dengan sematan kata 'Brengsek' pada Duke suami Duchess Jasmine, “Maksud Anda, Duchess?”

Jasmine hanya tersenyum tipis, menyembunyikan pikiran di balik senyuman itu.“Kau akan tahu nanti, Anne. Tapi untuk sekarang, kita bertahan dulu.”

Lianne mengangguk dengan patuh. Ia duduk di sisi Jasmine, menjaga tuannya yang terlihat menahan rasa tidak nyaman dengan wajah penuh tekad.

Sementara kereta mulai bergerak, Jasmine memejamkan mata sejenak. "Duke Louise Clair, aku akan bertahan hanya sebentar. Tapi jangan berpikir kau bisa terus merendahkanku. Dan kau akan menyesal telah memperlakukanku seperti ini."

Kereta kuda berhenti di depan gerbang besar kediaman Clair. Bangunan megah itu berdiri kokoh, namun bagi Jasmine, tidak ada yang memancarkan kehangatan. Rasanya lebih seperti penjara. Lianne dengan sigap membantu tuannya turun dari kereta, memastikan Jasmine tidak kesulitan mengingat kondisi lukanya.

Begitu kakinya menyentuh tanah, Jasmine menyapu pandangan ke halaman luas kediaman Clair. Sama seperti yang ia ingat, tidak ada penyambutan. Para pelayan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, seolah kehadiran Duchess tidak ada artinya. Tidak ada yang peduli.

Di ambang pintu utama, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas dan postur tubuh tegap berdiri. Dia adalah kepala pelayan kediaman Clair, Harold, orang kepercayaan Duke Louise Clair. Harold berjalan mendekat, membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan.

“Selamat datang kembali, Duchess Jasmine,” ucapnya dengan nada formal, seperti biasanya.

Namun, kali ini Jasmine tidak membalas dengan kelembutan seperti yang ia lakukan di masa lalu. Ia hanya mengangguk kecil, tatapannya dingin dan penuh ketegasan.

“Ya,” jawabnya singkat, suaranya terdengar datar dan nyaris tanpa emosi.

Harold terkejut. Sebelumnya, Jasmine selalu bersikap manis padanya, berbicara dengan lemah lembut meskipun ia tahu Harold adalah orang netral. Namun kali ini, sesuatu dalam sorot mata dan nada bicaranya terasa berbeda, dingin dan tajam.

"Apa yang terjadi dengan Duchess? Biasanya dia menyapaku dengan ramah, selalu berbicara lembut meskipun dia tidak harus melakukannya. Tapi kali ini… sorot matanya, nada bicaranya, semuanya terasa asing. Seolah-olah dia adalah orang lain." ucap dalam hati Harold.

Jasmine tidak memberikan kesempatan bagi Harold untuk berbicara lebih banyak. Dengan dagu terangkat dan langkah anggun, ia berjalan melewati pelayan-pelayan yang bahkan tidak meliriknya.

"Tidak ada yang berubah," pikir Jasmine, hatinya semakin dipenuhi kebencian. "Mereka semua hanya peduli pada dirinya sendiri, dan Harold meskipun netral, tetaplah orang kepercayaan Louise. Tidak ada seorang pun di sini yang benar-benar berpihak padaku. Sungguh menjijikkan."

Harold menatap punggung Duchess yang perlahan menjauh. Langkahnya tegas, tidak ragu seperti sebelumnya. Ada keanggunan, tapi juga kekuatan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Selama ini, Duchess selalu tampak lemah, seperti mencoba untuk menyenangkan semua orang, bahkan mereka yang tidak pantas dihormati. Ada sesuatu dalam dirinya yang berubah, sesuatu yang lebih… mengintimidasi." pikir harold dalam hati.

Tatapannya menyapu pelayan-pelayan yang berusaha menghindari kontak mata dengannya. Di masa lalu, ia akan memaafkan sikap ini, bahkan mungkin mencoba untuk mendapatkan perhatian mereka. Tapi sekarang, tidak ada lagi Jasmine yang lembut dan naif.

Di belakangnya, Lianne mengikuti dengan tenang, membawa barang-barang Duchess. Sesekali ia memandangi pelayan-pelayan lain dengan pandangan tajam, menunjukkan bahwa ia selalu berada di sisi Jasmine.

Ketika mereka masuk ke dalam, Harold berjalan di samping Jasmine. “Duchess, kamar Anda telah disiapkan seperti biasa. Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, mohon beri tahu saya.”

Jasmine hanya mengangguk singkat. “Baik.”

Harold menunduk, wajahnya menunjukkan sedikit kebingungan. Duchess Jasmine yang ini bukanlah wanita yang ia kenal selama ini. Ada sesuatu yang berubah. Harold mengundurkan diri dari hadapan Duchess Jasmine.

Jasmine melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak, menatap lurus ke depan tanpa ragu. Dalam hatinya, ia menyimpan dendam membara. "Duke, pelayan, kepala pelayan, semua penghuni rumah ini. Tidak ada satu pun yang kusayangi, tidak ada satu pun yang peduli padaku. Jika aku bisa, aku ingin menghancurkan semuanya. Tapi tidak sekarang. Aku akan bermain pelan-pelan."

Setiap langkah yang ia ambil seolah penuh dengan keteguhan, dan aura dingin di sekitarnya membuat beberapa pelayan mencuri pandang dengan rasa takut. Jasmine tidak lagi terlihat seperti Duchess yang lemah dan mudah dijatuhkan. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bahkan mereka sendiri tidak bisa definisikan.

Di sampingnya, Lianne berbisik pelan, “Duchess, kamar Anda sudah siap. Saya akan membantu menyiapkannya jika Anda membutuhkan apa pun.”

Duchess Jasmine menoleh sedikit, lalu mengangguk. “Terima kasih, Anne. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

Sikap tenang Duchess Jasmine mungkin terlihat biasa bagi sebagian orang, tetapi bagi mereka yang memperhatikannya dengan cermat, itu adalah tanda peringatan. Duchess ini tidak lagi sama seperti dulu.

Sementara Harold menghela napas kecil, ketika telah jauh dari kamar Duchess Jasmine, ia berhenti berjalan. "Apakah ini karena hukuman yang diberikan Duke Louise sebelum dia pergi ke gereja? Atau mungkin karena sesuatu yang lain? Apa pun alasannya, Duchess Jasmine yang kembali ke rumah ini bukanlah wanita yang sama seperti yang pergi seminggu lalu." ucapnya dalam hati, lalu menatap kamar Duchess Jasmine dari jauh lalu kembali berjalan kembali.

Jasmine duduk di ruang pribadinya dengan secangkir teh hangat di genggaman. Ia menatap permukaan cairan itu, wajahnya tanpa ekspresi, tetapi pikirannya penuh dengan rencana.

"Jika ingatanku benar, sebentar lagi Harold akan tiba untuk membahas makan siang. Dan setelah itu, salah satu pelayan yang dibawa oleh wanita licik itu akan menumpahkan teko berisi teh panas ke tubuhku dengan sengaja. Aku ingat betapa sakitnya dulu, betapa aku hanya bisa diam menerima perlakuan itu. Tapi sekarang tidak lagi. Tidak ada seorang pun yang bisa menginjak-injakku tanpa hukuman."

Ia menyesap tehnya perlahan, membiarkan kehangatan itu menyebar. Pandangannya terarah pada pintu, menunggu saat yang tepat.

"Mereka semua berpikir aku lemah. Bahwa aku hanyalah wanita bodoh yang tidak berdaya. Mereka salah. Jika mereka mencoba permainan kotor itu lagi, aku akan pastikan mereka menyesal. Aku bukan Jasmine yang dulu."

Ketukan pintu terdengar, membuyarkan pikirannya.

Tok! Tok! Tok!

"Duchess, saya Harold. Bolehkah saya masuk?" suara kepala pelayan terdengar dari balik pintu.

Jasmine menaruh cangkir tehnya dengan tenang. "Masuklah."

Pintu terbuka, Harold melangkah masuk dengan sopan. Di belakangnya, Lianne membawa nampan berisi makanan dan beberapa pelayan juga dibelakangnya.

Harold membungkukkan tubuhnya sedikit, lalu berkata, "Duchess, makan siang telah disiapkan. Saya juga membawa laporan kecil dari dapur tentang stok bahan makanan."

Jasmine mengangguk kecil, tatapannya dingin namun tajam. "Baik. Letakkan semuanya di meja. Anne, bantu aku menyiapkan makananku."

Lianne mengangguk dan mulai mengatur piring serta makanan di depan Jasmine. Harold berdiri di dekat pintu, memperhatikan para pelayan yang membawa banyak makanan, dengan tenang. Jasmine mencuri pandang ke arahnya, pikirannya berputar.

Ia menoleh ke arah Harold. "Terima kasih atas laporannya, Harold. Nanti aku akan memeriksanya."

Harold mengangguk sopan. "Baik, Duchess."

Tak lama setelah itu, seorang pelayan lain datang membawa semangkuk teh dalam teko mahalnya yang masih panas. Jasmine langsung mengenali wajah pelayan itu, pelayan yang dulu sengaja menjatuhkan teh panas dalam teko mahal ke tubuhnya. Dia adalah Juliet, salah satu pelayan yang di rekomendasikan Cecilia kepada Duke Louise Clair, artinya ia merupakan salah satu mata-mata Cecilia Thorne.

"Dia... Aku masih ingat wajahnya. Pelayan ini ayang melakukannya dengan sengaja, lalu pura-pura meminta maaf. Dulu aku sangat bodoh mempercayai ucapannya, bahkan karena itu, aku juga dihukum oleh si pria brengsek itu. Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkan rencana nya berjalan dengan mulus. Bahkan akan ku buat ia memiliki hutang dan menderita." ucap dalam hati Jasmine dengan menyeringai. Tak ada yang tau mimik wajah Jasmine saat ini, karena semua pelayan sibuk sendiri.

Duchess Jasmine menghitung mundur waktu yang tepat sebelum teko yang berisi teh panas itu mengenainya.

Terpopuler

Comments

Yoni Hartati

Yoni Hartati

semoga cepat balas dan cerai aja

2025-02-25

3

Alan Banghadi

Alan Banghadi

Jasmine semangat buat balas dendam

2025-03-05

0

Dewisartika Hutabarat

Dewisartika Hutabarat

mantap 👍

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Latar Belakang Cerita
2 Kesedihan Keluarga D'Orland
3 Kembalinya Sang Duchess
4 Tekad Jasmine D'Orland
5 Perubahan Sang Duchess
6 Duchess Yang Sebenarnya
7 Akan Ku Balas Satu - Persatu
8 Dokumen Mahar Duchess Jasmine
9 Sesuai Keinginan Sang Duchess
10 Kilas Balik Kenangan Menyakitkan
11 Persiapan Ke Kediaman D'Orland
12 Perjalanan Menuju Kediaman D'Orland
13 Pertarungan Yang Mengejutkan
14 Penghormatan Rakyat D'Orland
15 Pulang Kembali Kepelukan D'Orland
16 Kau Memang Bodoh Jasmine
17 Biarkan Aku yang Menghukum Mereka
18 Mengagumi Duchess Jasmine dari Sisi Lain
19 Perpisahan di Kediaman D’Orland
20 Persiapan Penyambutan Duke Louise
21 Semua Bantuan Tak Ada Yang Gratis
22 Memulai Bisnis Dengan Seseorang
23 Tanah Misterius Penghasil Uang
24 Penyambutan Rombongan Duke Louise
25 Duchess Jasmine Bangsawan Kelas Tinggi
26 Kekesalan Duke Louise dan Lady Cecilia
27 Hidangan Utama adalah Kenyataan
28 Kebencian Yang Membara
29 Pesta Penyambutan Penuh Ketengangan
30 Kejahatan Yang Mengguncang Pesta
31 Sudah Tak Tertarik Lagi
32 Membuat Perhiasan Dari Garnet Merah
33 Hari Yang di Tunggu-tunggu
34 Wanita Butuh Waktu Bersiap
35 Kebencian dan Amarah
36 Mulut Tajam dan Menusuk
37 Kemunafikan yang HaQQ
38 Bertemu Seseorang
39 Kedatangan Kaisar Valen Octavius
40 Rumor Duchess Jasmine yang Lain
41 Bertemu Keluarga D'Orland di Pesta
42 Keputusan Final Jasmine
43 Tatapan Kaisar Valen
44 Sebuah Janji Kaisar Valen
45 Meminta Perceraian
46 Kebimbangan dan Keputusan
47 Keputusan Jasmine dan Louise
48 Meminta Keadilan Untuk Putriku
49 Emosi Keluarga D'Orland
50 Sebenarnya, Yang Tak Kau Tahu
51 Mabuk Dalam Kamar
52 Cerdas, Tapi Tidak Dengan Hati
53 Selamat Tinggal Masa Lalu
54 Surat Jasmine D'Orland
55 Kebencian Lady Cecilia Thorne
56 Awal Kebencian...
57 Menjadi Janda Kaya Raya
58 Menemui Pria Berjubah
59 Maju Atau Mundur Sama Saja
60 Kau Milikku...
61 Sorak Sorai Rakyat D'Orland
62 Hari Pertama di D'Orland
63 Bertemu Pria Bertopeng
64 Kehilangan Kesabaran
65 Siapa Pria Bertopeng
66 Makan Malam
67 Sebuah Pedang
68 Pedang Milik Jasmine D'Orland
69 Kemarahan Sang Berkerudung Hitam
70 Surat Lamaran Pernikahan
71 Kekacauan Di Clair
72 Mendapatkan Kekuatan
73 Mengulang Kembali Bersama
74 Sihir Pemikat
75 Situasinya Buruk
76 Dialah Wanita Dalam Ramalan
77 Janji Sang Kaisar
78 Kau Sangat Lucu
79 Menyicil Jadi Suami
80 Jangan Melompat
81 Latihan Pertama
82 Pedang Aethetis dan Tenebris
83 Jasmine! Putriku!
84 Berbicara Takdir Membuat Mual
85 Kegelapan Mulai Menyebar
86 Kematian Keluarga Thorne
87 Pertempuran Duke Edgar & Victor
88 Musnah nya Iblis Kegelapan
89 Pernikahan Kaisar Valen dan Jasmine
90 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Latar Belakang Cerita
2
Kesedihan Keluarga D'Orland
3
Kembalinya Sang Duchess
4
Tekad Jasmine D'Orland
5
Perubahan Sang Duchess
6
Duchess Yang Sebenarnya
7
Akan Ku Balas Satu - Persatu
8
Dokumen Mahar Duchess Jasmine
9
Sesuai Keinginan Sang Duchess
10
Kilas Balik Kenangan Menyakitkan
11
Persiapan Ke Kediaman D'Orland
12
Perjalanan Menuju Kediaman D'Orland
13
Pertarungan Yang Mengejutkan
14
Penghormatan Rakyat D'Orland
15
Pulang Kembali Kepelukan D'Orland
16
Kau Memang Bodoh Jasmine
17
Biarkan Aku yang Menghukum Mereka
18
Mengagumi Duchess Jasmine dari Sisi Lain
19
Perpisahan di Kediaman D’Orland
20
Persiapan Penyambutan Duke Louise
21
Semua Bantuan Tak Ada Yang Gratis
22
Memulai Bisnis Dengan Seseorang
23
Tanah Misterius Penghasil Uang
24
Penyambutan Rombongan Duke Louise
25
Duchess Jasmine Bangsawan Kelas Tinggi
26
Kekesalan Duke Louise dan Lady Cecilia
27
Hidangan Utama adalah Kenyataan
28
Kebencian Yang Membara
29
Pesta Penyambutan Penuh Ketengangan
30
Kejahatan Yang Mengguncang Pesta
31
Sudah Tak Tertarik Lagi
32
Membuat Perhiasan Dari Garnet Merah
33
Hari Yang di Tunggu-tunggu
34
Wanita Butuh Waktu Bersiap
35
Kebencian dan Amarah
36
Mulut Tajam dan Menusuk
37
Kemunafikan yang HaQQ
38
Bertemu Seseorang
39
Kedatangan Kaisar Valen Octavius
40
Rumor Duchess Jasmine yang Lain
41
Bertemu Keluarga D'Orland di Pesta
42
Keputusan Final Jasmine
43
Tatapan Kaisar Valen
44
Sebuah Janji Kaisar Valen
45
Meminta Perceraian
46
Kebimbangan dan Keputusan
47
Keputusan Jasmine dan Louise
48
Meminta Keadilan Untuk Putriku
49
Emosi Keluarga D'Orland
50
Sebenarnya, Yang Tak Kau Tahu
51
Mabuk Dalam Kamar
52
Cerdas, Tapi Tidak Dengan Hati
53
Selamat Tinggal Masa Lalu
54
Surat Jasmine D'Orland
55
Kebencian Lady Cecilia Thorne
56
Awal Kebencian...
57
Menjadi Janda Kaya Raya
58
Menemui Pria Berjubah
59
Maju Atau Mundur Sama Saja
60
Kau Milikku...
61
Sorak Sorai Rakyat D'Orland
62
Hari Pertama di D'Orland
63
Bertemu Pria Bertopeng
64
Kehilangan Kesabaran
65
Siapa Pria Bertopeng
66
Makan Malam
67
Sebuah Pedang
68
Pedang Milik Jasmine D'Orland
69
Kemarahan Sang Berkerudung Hitam
70
Surat Lamaran Pernikahan
71
Kekacauan Di Clair
72
Mendapatkan Kekuatan
73
Mengulang Kembali Bersama
74
Sihir Pemikat
75
Situasinya Buruk
76
Dialah Wanita Dalam Ramalan
77
Janji Sang Kaisar
78
Kau Sangat Lucu
79
Menyicil Jadi Suami
80
Jangan Melompat
81
Latihan Pertama
82
Pedang Aethetis dan Tenebris
83
Jasmine! Putriku!
84
Berbicara Takdir Membuat Mual
85
Kegelapan Mulai Menyebar
86
Kematian Keluarga Thorne
87
Pertempuran Duke Edgar & Victor
88
Musnah nya Iblis Kegelapan
89
Pernikahan Kaisar Valen dan Jasmine
90
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!