Bagas kembali kedepan laptopnya. Menuliskan kejadian, yang ia alami di dalam mimpinya.
"Akhirnya hidup gue gak ngebosenin kayak dulu lagi," kata Bagas sambil mengetik di laptopnya.
Siang pun tiba, telfon berdering. Bagas mengangkat telfon tersebut.
"Halo."
"Gas, gue ketempat lo yaa," kata alvin.
"Oo iyaa gapapa, bawa cemilan ya," pinta Bagas.
"Siaaapppp."
Alvin pun datang, mereka duduk di ruang tamu. Kemudian Bagas menceritakan kejadian yang alaminya tadi. Alvin mendengar ceritanya sambil makan cemilan.
"Jadi lo masuk ke dunia itu lagi. Dan di anggep jadi sang penyelamat."
"Iya, keren kan," jawab Bagas bangga.
Alvin pun tertawa terbahak-bahak, Bagas hanya diam saja melihat Alvin tertawa. Tak lama kemudian Alvin berkata.
"Gue gatau ya lo halu atau gimana. Yang jelas, gue sebenernya gak percaya."
"Beneran bro, masa gue bohong."
"Yaelah ... lu kan tukang ngibul," jawab Alvin sambil memakan kacang.
"Terus mereka di sana pake bahasa apa? Jawa?" tanya Alvin.
"Bahasa Indonesia sih, tapi baku gitu. Ya gue ikutan juga, walaupun kadang kelepasan juga pake bahasa gaul," jawab Bagas, kemudian ia meminum Coca cola.
"Dan di sana lo bisa pake panah?"
"Yoi bro, keren banget dah gue."
"Helehh," jawab Alvin meremehkan.
"Kenapa lo nolak pas ditawarin untuk bantuin mereka?" tanya Alvin.
"Gue sebenernya dari awal mau sih, apalagi ada si cantik hehe. Tapi gue mau ngulik aja. kenapa mereka pilih gue, dan gue berhasil tau sejarahnya, lumayan buat bahan tulisan untuk novel."
"Haha sok jual mahal, hati-hati lo itu bukan dimensi kita ... Tapi dimensi halu lo," kata Alvin sambil tertawa terbahak-bahak.
"Masih aja gak percaya nih bocah," kata Bagas terlihat kesal.
Dari dapur terdengar suara barang terjatuh.
"Ada apa tuh?" kata Bagas.
"Cek gih, siapa tau maling."
"Cuma maling, santai aja kali hahaha," Bagas tertawa.
"Somplak nih orang," kata Alvin, ia pun mengecek ke dapur.
Alvin melihat seseorang berjubah sedang berdiri menatap ke luar jendela.
"Siapa lo?" tanya Alvin.
Orang itu berbalik badan dengan cepat menendang Alvin hingga terpental. Mendengar suara Alvin berteriak minta tolong Bagas bergegas ke dapur.
Ia melihat Alvin tergeletak tak berdaya di lantai dan ada seorang berjubah.
"Salam kenal Bagas," sapa orang misterius.
"Siapa kamu?"
"Aku adalah prajurit Gusti Adilaga."
"Mau apa kau?"
"Aku mau, jangan kau campuri urusan kami. Urus saja dunia mu yang hampir hancur ini," jawab orang berjubah.
"Jadi mimpi lo itu beneran?" tanya Alvin.
Orang berjubah itu menoleh ke Alvin, lalu berkata.
"Diam anak ingusan." Mengerakkan tangan nya kemudian Alvin kembali terpental.
Melihat Alvin terpental Bagas pun menyerang orang itu dengan tangan kosong. Mereka berkelahi hingga rumah Bagas berantakan. Bagas berhasil memukul tepat di perutnya sampai roh orang itu keluar dari tubuhnya. Rohnya pun masuk kembali lalu berkata.
"Hahaha, ternyata kau benar keturunan Bagaskara."
"Iya. Kembalilah ke dunia mu!!"
"Tentu saja aku akan pulang, aku ingat kan sekali lagi. Jika kau mencampuri urusan dunia kami, dunia mu ini aku kami kacau kan. Hanya ada tangis dan kesengsaraan."
Orang itu pun berubah menjadi asap hitam lalu melayang masuk kekamar Bagas. Bagas menghampiri Alvin yang tergeletak lemas.
"Jago juga lo," kata Alvin dalam kondisi lemas.
"Gue juga gak tau sejak kapan gue bisa berantem," jawab Bagas sambil membantu nya berdiri.
Bagas membawanya ke rumah sakit. Setelah itu ia kembali ke rumah. Bagas berfikir keras, untuk membantu atau tidak mencampuri urusan mereka.
Malam tiba, Bagas masih dilema dengan keputusannya. Ia pun bersiap untuk tidur dan kembali ke dunia mimpi.
Bagas terbangun, Anna sedang duduk di kamar tersebut sambil memperhatikannya.
"Anna ... sejak kapan di situ? kamu memperhatikanku?" tanya Bagas.
Belum sempat Anna menjawab, Jaka pun datang.
"Bagas, kau sudah siap?" tanya Jaka.
"Siap," kata Bagas, beranjak dari tempat tidurnya.
***
"Apa?! belajar beladiri?"
"Iya, kamu harus belajar banyak ajian untuk membantu kami melawan mereka. Dan kau harus mencari pusaka dulu."
"Untuk apa pusaka?" tanya Bagas.
"Dengan tangan kosong kita tak bisa mengalahkan mereka," jawab Brata.
"Aku kira kita akan langsung menyerang dan menyelamatkan dunia ini."
"Adilaga akan sangat kuat saat gerhana matahari total, di saat itu ia akan melancarkan rencananya," jelas Jaka.
"Maka dari itu sebelum terjadi gerhana, kau harus mempunyai pusaka dan mustika untuk mengalahkan mereka," kata Brata.
"Lalu kapan gerhana itu muncul?"
"Menurut ramalan, setahun lagi."
"Masih lama," jawab Bagas dengan santai.
Mereka menatap Bagas, Anna tersenyum.
"Ya memang masih lama kan."
"Tapi kita harus sesegera mungkin mencari pusaka untuk mu. Kau juga harus belajar beladiri dan ajian," kata Jaka.
"Bukan maksud kami meremehkan kemampuan mu, tapi kau juga perlu berlatih. Yang kau lawan bukan hanya dari bangsa manusia tapi juga roh, dan siluman" lanjut Jaka.
"Yang penting tidak ada alien" jawab Bagas.
"Apa itu alien?" tanya Anna.
"Makhluk asing dari luar planet yang memiliki peradaban lebih maju."
Mengingat kejadian yang ia alami tadi, Bagas pun menceritakannya kepada mereka.
"Kenapa mereka bisa keduniaku?"
"Mustahil jika mereka melakukannya sendiri, pasti ada pintu dimensi yang terbuka."
"Saat berubah menjadi asap, kemana perginya?" tanya Brata.
"ke kamarku."
"Apa mungkin karena bunga," lanjut Bagas.
"Bunga berwarna biru?" tanya Jaka.
"Iya, kau tau?"
"Bunga itu prajurit roh Adilaga, bangkit setiap malam di tepat tertentu dengan bantuan energi bulan dan cahaya dunia roh."
"Kalau begitu pasukannya sangat banyak?" tanya Bagas.
"Iyaa sangat banyak. Namun, mereka tak akan bisa menembus rumah ini."
"Bagaimana kau bisa menjamin keselamatan duniaku, jika aku membantu kalian. Aku tidak mau mengorbankan dunia yang aku tempati sekarang."
"Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan takdirmu untuk menyelamatkan dunia ini. Tempatmu berasal."
"Yang jelas, kau musnahkan bunga itu. Dan jika ia melawan," kata Jaka sambil mengambil panah.
"Panah dia menggunakan ini," lanjut Jaka menyerahkannya kepada Bagas.
Bagas memegang panah itu sambil memperagakan gaya memanah, ia berkata.
"Lalu apa yang bisa aku bantu sekarang?"
Mereka saling melihat, kemudian mengangguk.
"Ikut kami," ajak Anna.
***
Bagas di ajak kesebuah hutan pinus. Diperjalanan mereka berhenti sejenak.
"Diujung sana ada rumah seorang pendekar sakti yang bisa mengajarkanmu beladiri dan berbagai macam ajian," jelas Jaka.
"Yaa lalu?"
"Kau lihat dibalik pepohonan itu, ada banyak siluman yang menunggu kita."
"Jadi selama ini kalian tidak bisa lewat sini?" tanya Bagas.
"Yaa bisa," jawab Jaka.
"Lalu, kenapa butuh bantuan ku?"
"Kami ingin lihat kemampuanmu lagi," jawab Jaka.
Bagas berjalan kedepan, sedangkan yang lain di belakang nya.
"Hati-hati Bagas," Anna terlihat khawatir.
"Kau yakin dia bisa melawan nya?" Bisik Brata.
"Panah itu milik Bagaskara yang di titipkan pada nenek moyang kita. Aku sangat yakin, bahkan tanpa ilmu beladiri pun ia bisa mengalahkan mereka dengan pusaka itu," jawab Jaka.
Bagas bersiap membidik para siluman itu, matanya bisa menerawang keberadaan siluman.
Ia melepaskan satu anak panah, anak panah itu melesat menjadi banyak. Satu persatu siluman yang ingin menyerang mereka pun tumbang. Muncul siluman harimau yang sudah bersiap menerkam.
Bagas menoleh kebelakang, lalu berkata.
"Ayo kita musnahkan mereka."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ace
semngt truss 💪😁😁
2020-11-16
1
𝒜𝓃𝒶𝓃𝒹𝒶
udah aku kasih rate dan like juga 😄
2020-11-13
1
😍Mhey_Mhey😍
syuka 😍
2020-11-06
2