Kekecewaan Keluarga

Langit seperti runtuh, dunia Inayah seolah menggelap. Dia menjatuhkan tubuhnya dengan kasar ke atas tempat tidur. Matanya terpejam, satu tangannya masih menggenggam erat surat yang baru selesai dibacanya.

Meskipun matanya terpejam tapi air mata terus mengalir dari mata terpejam Inayah. Tak ada suara, hanya mampu menumpahkan kecewa dalam diam dengan tangis tak terkira.

Bingung, apa yang harus dilakukan. Pikiran Inayah menerawang. Perjalanan cintanya dengan Farhan tidaklah sebentar, saat sekolah dan berlanjut tiga tahun menjalani LDR pasca reuni.

Inayah tidak habis pikir kenapa dirinya bisa seterlena ini. Terlalu percaya jika Farhan yang dikenalnya saat reuni pasca empat tahun berpisah adalah Farhan yang sama yang dicintai dan mencintainya saat SMA. Inayah seolah menutup mata jika empat tahun tidak akan merubah Farhan. Laki-laki setia yang teguh akan prinsifnya tidak akan pernah menyakiti wanita.

Dulu Farhan pernah mengatakan pada Inayah jika sang Ibu adalah korban ketidaksetiaan sang ayah yang akhirnya memilih poligami.

Selama empat tahun berpisah mereka memang tidak pernah berkomunikasi. Farhan fokus pada pendidikannya begitupun Inayah.

Inayah kira dia tepat melabuhkan hatinya pada laki-laki itu. Saat kembali di pertemukan di reuni SMA Farhan mengatakan jika selama empat tahun itu tak ada satupun perempuan yang mampu masuk ke hatinya. Nama Inayah masih terukir rapi di relief hatinya.

Hal yang sungguh membuat Inayah tersentuh. Tidak salah selama empat tahun itu pula Inayah tidak membuka hati untuk siapapun. Hati kecilnya tak bisa dibohongi jika nama Farhan masih bertahta dan menjadi yang terbaik menurutnya.

Beragam impian terajut dalam setiap komunikasi mereka. Hingga hari yang dinantikan tiba. Farhan datang melamar, tentu Inayah sangat bahagia. Perlahan tapi pasti satu persatu rencana mereka berdua akan segera diwujudkan.

Namun hari ini, beberapa jam menjelang ijab dan qabul dilafalkan, Inayah mendapati kenyataan sang calon suami akan menikahi wanita lain karena telah mengandung darah dagingnya.

"Jadi selama ini ..." gumam Inayah tak mampu melanjutkan kalimatnya.

"Aa Farhan ..."

Tok ...tok ...tok ...

"Teh, teteh ....makan dulu." suara ibu di luar kamar terdengar ke telinga Inayah. Mengembalikan dunianya yang menggelap seolah datang seberkas sinar untuk dirinya segera kembali ke kenyataan.

Inayah bangun dari tidurnya, sekilas ditatapnya surat yang masih dalam genggaman. Dilipat kembali seperti semula dan dimasukan ke dalam amplof putih.

Inayah harus tegar, jika dirinya kecewa keluarganya pasti juga lebih kecewa terutama malu karena pernikahan harus dibatalkan.

Inayah harus bisa tenang dan bersikap bijaksana. Menyampaikan kabar duka ini dengan baik-baik kepada seluruh anggota keluarganya segera.

"Iya Bu, Inay keluar." sahut Inayah dengan suara sedikit serak.

"Loh, Teh Inay kenapa? Kayak habis nangis?" salah satu sepupu Inayah bertanya dengan raut wajah kaget dan intonasi meninggi saat melihat Inayah yang sedang menuangkan nasi ke atas piringnya tampak berwajah sembab dengan mata yang membengkak.

Sontak suara sepupu Inayah mengalihkan tatapan semua orang yang mendengarnya. Ibu yang sedang mengerjakan menyusun bingkisan yang akan dibagikan besok pada para tamu yang di undang pagu hari untuk menyaksikan prosesi akad pun menghentikan gerakan tangannya.

"Teteh kenapa?" susul Ibu dengan wajah cemasnya, tadi saat memanggil sang putri Ibu langsung pergi ke dapur setelah mendengar sahutan dari dalam jadi belum melihat wajah Inayah secara langsung.

Inayah menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjawab. Beberapa anggota keluarga sudah mendekat penasaran dengan apa yang terjadi pada calon pengantin itu.

"Ibu, sebelum Inay menjawab, boleh gak Inay makan dulu." Inayah berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak menangis, sejujurnya pertanyaan kenapa yang dilontarkan sepupunya sejak awal sudah membuat air matanya kembali terpancing untuk keluar namun dia menahan diri tidak ingin menangis di hadapan orang lain walaupun mereka semua adalah anggota keluarganya.

"Iya Teh, silakan makan dulu. Maaf ya aku jadi ngeganggu Teteh yang mau makan. Silakan Teh." sepupu Inayah buru-buru menyahut dia pun merasa bersalah karena sudah membuat gaduh padahal Inayah baru saja mau makan setelah seharian tadi berpuasa.

Semua orang terdiam, menatap dengan cemas Inayah yang makan dengan menunduk. Pandangannya fokus pada makanan yang ada di piringnya. Dia mengabaikan tatapan Ibu dan anggota keluarga lainnya yang menatap dengan penuh tanda tanya sekaligus iba.

Lima belas menit waktu yang dibutuhkan Inayah untuk menghabiskan makanannya. Mencuci piring bekas makannya lalu mencuci tangan. Sisa air putih di gelas yang masih berada di atas meja makan kembali diteguknya sampai habis.

"Ibu, Mamang, Bibi dan semuanya. Aku minta waktunya untuk kita berkumpul di ruang tengah. Ada yang mau Inayah sampaikan." Semua orang mengangguk dengan wajah cemas dan berjalan menuju ruang tengah. Sementara Inayah menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum kakinya melangkah ke ruang tengah.

Tak ada yang bersuara, semua orang menunggu Inayah menyampaikan apa yang akan disampaikannya. Dalam hati semua orang berprasangka sama jika hal yang akan Inayah sampaikan adalah yang membuat gadis itu menangis.

"Assalamu'alaikum." saat semua orang masih harap-harap cemas menunggu Inayah bicara, Irfan yang baru saja datang dari membagikan sisa undangan yang belum sempat tersampaikan datang sambil melepas helm hang dipakainya.

"Fan, sini duduk, ada yang mau teteh sampaikan " Inayah menepuk ruang kosong di sampingnya setelah semua orang serempak menjawab salam Irfan.

Irfan patuh, dia menyimpan helmnya di atas nakas dan berjalan menuju tempat yang di samping sang kakak."

"Teteh, ada apa sih? Jadi rareuwas kieu?" Indira yang sejak tadi mencemaskan keadaan kakaknya tidak lagi bisa menahan diri untuk bertanya.

"Sebelumnya Inayah minta maaf jika kabar gang akan Inayah sampaikan akan membuat semua orang kecewa."

Semua orang semakin memfokuskan perhatiannya, prolog yang Inayah sampaikan semakin membuat mereka semua cemas.

"Dan tolong jangan memotong Inayah saat berbicara." semua orang mengangguk ragu.

"Sebelum Maghrib tadi Inayah menerima kiriman surat dari A Farhan." Indira yang duduk di dekat Inayah menganggukan kepala karena dia yang menerima surat itu dari sang kurir.

"Melalui surat itu, A Farhan menyampaikan jika dia ..." Inayah menjeda ucapannya, sejenak menghembuskan nafas untuk menghilangkan sedikit sesak di dadanya.

"A Farhan mengatakan dalam suratnya jika dia tidak bisa melanjutkan pernikahan denganku."

"Apa?" serempak semua orang terkejut, Ibu yang paling keras, dia mendekati sang putri dan mengguncang tangannya untuk memastikan kebenaran berita yang baru saja didengarnya.

"Teteh, bicara yang bener!" bentak Ibu, Inayah hanya menganggukan kepala, tidak ada air mata hanya tatapan sendu yang ditunjukannya.

Dengan lancar Inayah menceritakan isi surat yang dikirim oleh Farhan. Semuanya dia katakan kecuali dua hal yaitu tentang kehamilan kekasih Farhan dan pernikahan mereka esok hari.

Entah apa yang ada di benak Inayah, kenapa dia tidak sanggup untuk mengatakan itu, dia hanya mengatakan jika Farhan harus memenuhi janjinya untuk menikahi seseorang yang sudah ditetapkan keluarganya. Inayah juga meminta agar jangan ada yang mengonfirmasi kabar ini ke keluarga Fathan, biarkan saja semuanya berjalan dengan seharusnya esok hari. Inayah hanya minta dibantu agar semua anggota keluarga besok menyambut tamu yang datang, mempersilakan mereka menikmati hidangan dan menjelaskan jika prosesi pernikahan tidak jadi dilangsungkan.

Semua orang tercengang, semua orang frustasi memikirkan bagaimana mereka menghadapi hari esok. Undangan sudah disebar, tenda berwarna biru telah berdiri kokoh, pelaminan didesain dengan indahnya. Catering untuk seribu orang sudah dipesan, bahkan semua peralatan makan sudah datang.

"Jadi menurut kamu kita harus bagaimana Nay?" Mamang Hadi, kakak tertua Ibu Ani yang sejak awal mendengar dengan seksama penjelasan keponakannya akhirnya bersuara.

"Seperti yang Inay tadi sampaikan Mang, kita terima saja kedatangan para tamu besok dan persilakan makan. Jika ada yang bertanya baru jelaskan jika pernikahan batal karena sesuatu hal. Begitu saja." jelas Inay mengulang penjelasannya.

"Tolong bantu Teteh besok menyambut para tamu dan menjawab jika ada yang bertanya ya?" Inayah mengusap lengan Irfan yang sudah mengepal, dia tahu adiknya pasti marah namun dia tidak ingin menambah masalah.

"Teh, ini tidak bisa dibiarkan" Irfan berkata dengan suara meninggi membuat Ibu yang berada di pelukan Indira semakin tergugu dalam tangis.

Terpopuler

Comments

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

kan kan kak Laila hobi bgt skr bikin aku mewek😭

2025-01-11

1

Tasmiyati Yati

Tasmiyati Yati

dasar laki laki kurang ajar 😡

2025-01-20

0

Rahmawati

Rahmawati

inayah sini. peluk

2025-01-10

1

lihat semua
Episodes
1 Persiapan Pernikahan
2 Bimbingan Konseling
3 Maaf untuk Berpisah
4 Kekecewaan Keluarga
5 Bahan Gunjingan
6 Hilang Fokus
7 Lara Seorang Ibu
8 Keputusan Inayah
9 Tidak Mudah
10 Kejutan
11 Ketegasan Inayah
12 Tidak Ada yang Kebetulan
13 Fans Rayyan
14 Kejutan untuk Rayyan
15 Tamu Tak Diundang
16 Memilih Pergi
17 Pamit
18 Mencari Informasi
19 Ada Yang Salah?
20 Pekerjaan Baru
21 Ku Pasti Menemukanmu
22 Menikah Muda
23 Bertemu BOS
24 Berkenalan
25 Mengingatkan tentang Keluarga El-Malik
26 Pindah Tugas
27 Pe De Ka Te
28 Pulang Kampung
29 Kabar Rayyan
30 Rival
31 Memaksimalkan Ikhtiyar
32 Ungkapan Hati
33 Berakhir Menjadi Teman
34 Semakin Dekat
35 Teman Baru
36 Momen Berharga
37 Saran Bunda
38 Tentang Marisa
39 Pulang
40 Ternyata Dia Muridku
41 Pengakuan Rayyan
42 Hasan Syok
43 Kembali Syok
44 Cinta Ditolak
45 Tekad Rayyan
46 Berusaha Meyakinkan
47 Teman SMA
48 Alasan Inayah
49 Tamu Tak Terduga
50 Misi Dimulai
51 Pergi Bersama
52 Eksekusi Misi 1
53 Eksekusi Misi 2
54 Hari Pertama di Yogya
55 Tanpa Sengaja Bertemu
56 Malam Kedua di Yogya
57 Kabar dari Garut
58 Harapan Sang Ibu
59 Wanita Itu Kamu
60 Merasa Terhina
61 Menuju Tahap Akhir
62 Kebingungan Inayah
63 Aku Datang
64 Alhamdulillah
65 Bersedia
66 Panggilan Baru
67 Promo Karya Baru
68 Pacaran Halal
69 LDR
70 Obat Kangen
71 Kebakaran Jenggot
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Persiapan Pernikahan
2
Bimbingan Konseling
3
Maaf untuk Berpisah
4
Kekecewaan Keluarga
5
Bahan Gunjingan
6
Hilang Fokus
7
Lara Seorang Ibu
8
Keputusan Inayah
9
Tidak Mudah
10
Kejutan
11
Ketegasan Inayah
12
Tidak Ada yang Kebetulan
13
Fans Rayyan
14
Kejutan untuk Rayyan
15
Tamu Tak Diundang
16
Memilih Pergi
17
Pamit
18
Mencari Informasi
19
Ada Yang Salah?
20
Pekerjaan Baru
21
Ku Pasti Menemukanmu
22
Menikah Muda
23
Bertemu BOS
24
Berkenalan
25
Mengingatkan tentang Keluarga El-Malik
26
Pindah Tugas
27
Pe De Ka Te
28
Pulang Kampung
29
Kabar Rayyan
30
Rival
31
Memaksimalkan Ikhtiyar
32
Ungkapan Hati
33
Berakhir Menjadi Teman
34
Semakin Dekat
35
Teman Baru
36
Momen Berharga
37
Saran Bunda
38
Tentang Marisa
39
Pulang
40
Ternyata Dia Muridku
41
Pengakuan Rayyan
42
Hasan Syok
43
Kembali Syok
44
Cinta Ditolak
45
Tekad Rayyan
46
Berusaha Meyakinkan
47
Teman SMA
48
Alasan Inayah
49
Tamu Tak Terduga
50
Misi Dimulai
51
Pergi Bersama
52
Eksekusi Misi 1
53
Eksekusi Misi 2
54
Hari Pertama di Yogya
55
Tanpa Sengaja Bertemu
56
Malam Kedua di Yogya
57
Kabar dari Garut
58
Harapan Sang Ibu
59
Wanita Itu Kamu
60
Merasa Terhina
61
Menuju Tahap Akhir
62
Kebingungan Inayah
63
Aku Datang
64
Alhamdulillah
65
Bersedia
66
Panggilan Baru
67
Promo Karya Baru
68
Pacaran Halal
69
LDR
70
Obat Kangen
71
Kebakaran Jenggot

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!