Bimbingan Konseling

"Saya Inayah, kamu bisa panggil saya Bu Inayah. Sekarang silakan perkenalkan diri kamu. Hari ini adalah hari pertama kita bertemu, sebelumnya ada Bu Habibah yang katanya sudah bertemu dengan kamu." Inayah duduk menopang dagunya. Di hadapannya terhalang meja kerja seorang siswa dengan penampilan yang berbeda dari yang lain, duduk dengan tatapan yang entah apa maknanya. Menatap dalam Inayah yang sedang berbicara memperkenalkan diri dan memberinya arahan.

"Ibu mau menikah?" Tanya siswa itu, keluar dari jalur yang seharusnya. Ujung matanya melirik kartu undangan pernikahan yang ada di ujung meja Inayah.

"Haruskah saya menjawab pertanyaanmu, sementara kamu belum menjawab pertanyaan saya?" Inayah kembali memutar pertanyaan dengan sikap tenang, beraneka ragam karakter siswa yang dihadapinya selama menjadi guru bimbingan konseling.

"Tentu, bukankah pertanyaan ada untuk dijawab?" sahut siswa itu,

"Harusnya kalimat itu saya yang ucapkan dan berlaku untuk kamu." Inayah tak kalah mendebat.

"Baiklah, tapi setelahnya jawab pertanyaanku.

"Namaku Rayyan Alfarizky Mahardika, aku siswa baru pindahan dari Jakarta."

"Baik, bisa dijelaskan..."

"Tunggu, maaf kalau aku menyela. Tapi sesuai kesepakatan di awal, Ibu harus menjawab pertanyaan aku juga." dengan tanpa sungkannya siswa baru yang bernama Rayyan itu kembali memotong perkataan Inayah membuat Inayah membuang nafasnya kasar.

"Baik, betul saya akan menikah dan ini undangan pernikahan saya. Kedatangan saya ke sekolah adalah untuk menyerahkan undangan ini dan mengambil surat persetujuan cuti. Tapi karena kamu saya jadi mendapat tugas untuk menangani permasalahan kamu terlebih dahulu sebelum menerima surat persetujuan cuti itu. Jadi sekarang, saya minta kamu dapat diajak kerja sama dengan baik. Mari kita selesaikan permasalahan kamu."

"Permasalahan aku? Maksudnya aku bermasalah?" tanya balik Rayyan dengan wajah tanpa dosanya.

Pertemuan pertama mereka tidak meninggalkan kesan baik bagi Inayah, kesabarannya terus-terusan diuji oleh siswa baru yang bernama Rayyan itu. Wajah tampan dengan penampilan modis, rapi, wangi, jaket hoodie yang dipakai Rayyan bermerk terkenal yang tentunya harganya fantastis. Jelas terlihat penampilan siswa baru itu lebih mencolok dibanding siswa-siswa lainnya. Sayangnya, wajah tampan itu terlihat menyebalkan di mata Inayah.

"Pantas saja Bu Habibah menyerah." batin Inayah, Bu Habibah adalah guru bimbingan konseling paling senior di sekolah itu. Biasanya siswa-siswa yang bermasalah dengan mudah diselesaikan oleh beliau, sementara Inayah dan dua rekan guru bimbingan konseling lainnya lebih banyak menangani tugas coaching untuk mengarahkan minat dan bakat siswa.

Tapi ternyata kali ini Bu Habibah menyerah, entah seperti apa sikap yang ditunjukkan Rayyan saat berhadapan dengan guru BK senior itu yang pasti Inayah yakin sangat menyebalkan hingga Bu Habibah menyerah.

"Kamu merasa tidak punya masalah? Lalu kenapa kamu berada di sini?" Walaupun intonasi bicara Inayah masih lembut tetapi tatapannya begitu tajam memindai setiap gerak-gerik Rayyan.

"Aku ada di sini? Bukankah ibu yang memanggilku?" sahut Rayyan dengan percaya dirinya.

"Baiklah Rayyan ..." Setelah beberapa detik Inayah mengondisikan hati dan pikirannya, dihirupnya dalam-dalam udara agar memenuhi alveolus di paru-parunya.

"Apa yang membuat kamu pindah sekolah ke Garut? Bukankah sekolah di Jakarta jauh lebih bagus?" pertanyaan pertama yang dilayangkan Inayah.

"Menurutku di sini jauh lebih bagus, lebih indah dan lebih menarik." intonasi bicara Rayyan mendadak berubah membuat Inayah yang sedang mencatat menghentikan gerakan tangannya dan mendongak.

Dilihatnya Rayyan tengah menatapnya dengan tatapan yang terasa berbeda di hati Inayah, bukan tatapan seorang murid kepada gurunya tapi entahlah, Inayah merasakan sesuatu yang berbeda dari tatapan muridnya itu.

"Begitu menurut kamu? Apanya yang indah dan menarik?" Inayah lebih dulu memutuskan pandangan disusul pertanyaan dari jawaban Rayyan yang terdengar ambigu di telinganya.

"Ibu ..."

"Maksudnya?" Inayah memicingkan matanya,

"Iya ibu terlihat sangat indah dan menarik." terang Rayyan dengan santainya, sementara Inayah seketika membulatkan matanya sambil geleng-geleng kepala.

"Rayyan anak saleh ..." suara Inayah melembut, dia tidak bisa menghadapi Rayyan dengan emosi yang meledak, anak ini sepertinya butuh perhatian lebih. Bisa jadi Rayyan adalah anak broken home hingga berakhir di sekolah daerah padahal kurang dari setahun Rayyan akan lulus dari sekolah bertaraf internasional di Jakarta. Namun dia harus terdampar di sekolah swasta yang ada di daerah.

"Aku anak Papa Ariq Ibu bukan anak saleh ..." goda Rayyan sambil terkekeh membuat Inayah kembali menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar.

"Baiklah Rayyan anak Papa Ariq yang saleh, dengarkan Ibu." Rayyan memusatkan atensinya, menatap intens dang guru yang sedang memberikan motivasi kepadanya. Inayah mengalihkan pembahasan ambigu yang dimulai oleh anak itu, dia tahu jika masa remaja adalah masa yang penuh dengan rasa ingin tahu dan penasaran. Kata-kata Rayyan yang seolah merayunya akan dianggap hanya keisengan belaka. Inayah akan sangat bahagia ketika setiap murid yang bertemu dan melakukan konseling dengannya merasakan kenyamanan karena sejatinya itu akan mempermudah Inayah dalam memberikan masukan dan motivasi pada setiap muridnya.

Cukup lama Inayah berbicara dan dia akhirnya lega karena Rayyan terlihat fokus menyimak apa yang dikatakannya. Inayah tidak tahu saja jika yang menjadi pusat perhatian Rayyan adalah bibir mungil yang berwarna pink alami miliknya.

"Baiklah Rayyan, ibu harap dipertemuan kita selanjutnya ada kabar baik yang Ibu terima dari guru-guru ataupun kepala sekolah. Sampai saat ini hanya ini yang bisa Ibu lakukan, mengingatkan kamu agar bisa lebih menghargai waktu dan memanfaatkannya untuk kebaikan. Jangan sampai di masa mendatang nanti hanya penyesalan yang kamu dapatkan karena tidak sungguh-sungguh dalam belajar hari ini." pungkas Inayah mengakhiri sesi pemberian motivasinya.

Rayyan mengangguk dengan senyum yang terlukis di wajah tampannya dan dibalas dengan senyum ramah oleh Inayah.

"Happy wedding, Ibu. Semoga pernikahannya lancar dan menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah." ucap Rayyan tulus sebelum meninggalkan ruangan BK dan diaminkan oleh Inayah dengan tulus pula.

Selesai sudah tugasnya, dia berharap Rayyan menunjukkan keseriusannya untuk berubah menjadi lebih baik.

Sebagai murid baru awalnya semua guru memaklumi dengan sikap Rayyan yang sering tertidur di kelas dan terlihat bermalas-malasan dalam belajar. Tapi sesudah satu minggu berlalu pihak sekolah tidak bisa mengabaikan perilakunya tersebut sehingga menugaskan guru BK senior untuk bertindak.

Sayangnya perilaku Rayyan tak kunjung berubah. Dia bahkan semakin bertindak seenaknya, tidur di kelas dengan kedua kakinya diselonjorkan ke kursi yang lain. Bu Habibah yang hampir setiap hari memanggil Rayyan setiap pulang sekolah merasa jengkel dan akhirnya menyerah. Berharap guru lain bisa mengatasinya dan Inayahlah yang menjadi sasaran karena dua guru BK lainnya tengah sibuk melakukan pembimbingan persiapan masuk universitas.

"Huft ...akhirnya selesai." Inayah berjalan dengan tenang menuju parkiran tempat motornya di sana. Di tangannya sebuah amplof surat persetujuan pengajuan cuti di bawanya. Dia baru saja keluar dari ruang kepala sekolah untuk mengambilnya sekalian menyerahkan undangan pernikahannya yang akan digelar hari Sabtu, lima hari dari sekarang.

"Bu Inayah, sudah selesai?" tanya Pak satpam yang mengetahui kegiatan Inayah hari ini.

"Alhamdulillah sudah Pak." sahut Inayah sambil mengibaskan amplof surat yang ada di tangannya.

"Alhamdulillah, lancar segala sesuatunya yang Bu sampai hari H, jadi keluarga sakinah mawaddah warahmah." Pak satpam yang sama-sama menuju parkiran pun mendo'akan dengan tulus akan pernikahan Inayah dan langsung diaminkan oleh Inayah dengan sungguh-sungguh.

"Bapak jangan lupa nanti datang ya, ajak ibu dan anak-anak Bapak juga."

"Siap Bu, Insya Allah saya sekeluarga datang "

Inayah pun perlahan melajukan motor maticnya dari parkiran menuju gerbang sekolah setelah pamit dengan mengucapkan salam pada Pak Satpam.

Tanpa Inayah ketahui dari lantai dua salah satu gedung yang menghadap ke area parkir seseorang sejak tadi memerhatikannya dengan fokus.

"Cantik" ucap Rayyan dengan senyum terlukis di wajah tampannya.

Terpopuler

Comments

Yhanie Shalue

Yhanie Shalue

ada dg Rayyan,, dulu kan kecilnya dia anak yg manis dan sholeh knp dia skr jd kaya gitu,, apa yg terjadi dgnmu Rayyan,, ahh semakin penasaran

2025-01-11

1

Nurhartiningsih

Nurhartiningsih

rayyan anak sambungnya ariq...knp jadi Badung??padahal kecilnya kalem.sholeh.agamanya bagus.knp berubah??

2025-01-14

1

Siti Nina

Siti Nina

Rayyan anak milia sama cakra ya,,,? wah menarik ada kelanjutannya 🤗

2025-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Persiapan Pernikahan
2 Bimbingan Konseling
3 Maaf untuk Berpisah
4 Kekecewaan Keluarga
5 Bahan Gunjingan
6 Hilang Fokus
7 Lara Seorang Ibu
8 Keputusan Inayah
9 Tidak Mudah
10 Kejutan
11 Ketegasan Inayah
12 Tidak Ada yang Kebetulan
13 Fans Rayyan
14 Kejutan untuk Rayyan
15 Tamu Tak Diundang
16 Memilih Pergi
17 Pamit
18 Mencari Informasi
19 Ada Yang Salah?
20 Pekerjaan Baru
21 Ku Pasti Menemukanmu
22 Menikah Muda
23 Bertemu BOS
24 Berkenalan
25 Mengingatkan tentang Keluarga El-Malik
26 Pindah Tugas
27 Pe De Ka Te
28 Pulang Kampung
29 Kabar Rayyan
30 Rival
31 Memaksimalkan Ikhtiyar
32 Ungkapan Hati
33 Berakhir Menjadi Teman
34 Semakin Dekat
35 Teman Baru
36 Momen Berharga
37 Saran Bunda
38 Tentang Marisa
39 Pulang
40 Ternyata Dia Muridku
41 Pengakuan Rayyan
42 Hasan Syok
43 Kembali Syok
44 Cinta Ditolak
45 Tekad Rayyan
46 Berusaha Meyakinkan
47 Teman SMA
48 Alasan Inayah
49 Tamu Tak Terduga
50 Misi Dimulai
51 Pergi Bersama
52 Eksekusi Misi 1
53 Eksekusi Misi 2
54 Hari Pertama di Yogya
55 Tanpa Sengaja Bertemu
56 Malam Kedua di Yogya
57 Kabar dari Garut
58 Harapan Sang Ibu
59 Wanita Itu Kamu
60 Merasa Terhina
61 Menuju Tahap Akhir
62 Kebingungan Inayah
63 Aku Datang
64 Alhamdulillah
65 Bersedia
66 Panggilan Baru
67 Promo Karya Baru
68 Pacaran Halal
69 LDR
70 Obat Kangen
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Persiapan Pernikahan
2
Bimbingan Konseling
3
Maaf untuk Berpisah
4
Kekecewaan Keluarga
5
Bahan Gunjingan
6
Hilang Fokus
7
Lara Seorang Ibu
8
Keputusan Inayah
9
Tidak Mudah
10
Kejutan
11
Ketegasan Inayah
12
Tidak Ada yang Kebetulan
13
Fans Rayyan
14
Kejutan untuk Rayyan
15
Tamu Tak Diundang
16
Memilih Pergi
17
Pamit
18
Mencari Informasi
19
Ada Yang Salah?
20
Pekerjaan Baru
21
Ku Pasti Menemukanmu
22
Menikah Muda
23
Bertemu BOS
24
Berkenalan
25
Mengingatkan tentang Keluarga El-Malik
26
Pindah Tugas
27
Pe De Ka Te
28
Pulang Kampung
29
Kabar Rayyan
30
Rival
31
Memaksimalkan Ikhtiyar
32
Ungkapan Hati
33
Berakhir Menjadi Teman
34
Semakin Dekat
35
Teman Baru
36
Momen Berharga
37
Saran Bunda
38
Tentang Marisa
39
Pulang
40
Ternyata Dia Muridku
41
Pengakuan Rayyan
42
Hasan Syok
43
Kembali Syok
44
Cinta Ditolak
45
Tekad Rayyan
46
Berusaha Meyakinkan
47
Teman SMA
48
Alasan Inayah
49
Tamu Tak Terduga
50
Misi Dimulai
51
Pergi Bersama
52
Eksekusi Misi 1
53
Eksekusi Misi 2
54
Hari Pertama di Yogya
55
Tanpa Sengaja Bertemu
56
Malam Kedua di Yogya
57
Kabar dari Garut
58
Harapan Sang Ibu
59
Wanita Itu Kamu
60
Merasa Terhina
61
Menuju Tahap Akhir
62
Kebingungan Inayah
63
Aku Datang
64
Alhamdulillah
65
Bersedia
66
Panggilan Baru
67
Promo Karya Baru
68
Pacaran Halal
69
LDR
70
Obat Kangen

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!