Masalah

189 panggilan tak terjawab

76 pesan baru

Seharian ponsel gue bunyi terus. Gue tahu itu pasti Silvy. Gue gak peduli, gue masih sangat kesel sama dia.

Hamil hamil tai!!!

Gue sekarang udah pulang kerumah. Tapi rumah masih sepi padahal ini udah mau magrib. Kemana si Gaby? Kok dia gak pulang-pulang? Dia mau bikin gue tambah marah juga?

"Assalamualaikum. Gaby pulang!" ucap anak itu yang baru masuk rumah.

"Lo dari mana aja? Kenapa baru pulang?"

"Waalaikumsalam nya belom."

"Gue tanya dari mana kok!"

Gaby kelihatan kaget, dia beralih natap gue dengan heran.

"Aku abis latihan senam."

"Halah latihan tai!"

Jelas dia bohong, mana ada latihan senam sampai jam segini. Bener-bener ya, mau bikin gue tambah marah aja nih anak.

"Kakak kenapa sih?"

Gue yang tadinya duduk di sofa sekarang berdiri.

Gue kesel sama Gaby yang sok-sok an gak salah ini, bukannya ngaku kalo bohong kok malah nanya gue kenapa.

Sumpah ya bikin gedeg aja nih anak.

"Lo tuh yang kenapa? Kenapa pulang jam segini? Biasanya latihan senam juga sebentar. Ooo sekarang lo udah pinter bo'ong ya!"

"Beneran kok abis latihan senam. Kok lo gak percaya sih! Kalo gak percaya coba tanya aja temen gue!"

"Lo nyuruh gue buat nanya bocah klx itu! Yang ada dia juga ngibulin gue. Bocah kayak gitu mana bisa jujur. Sama aja kayak elo. Dia tuh penipu!"

"Kok lo malah ngatain dia. Emang dia punya salah apa ke elo!!!!"

"Santai dong kok lo ngegas sama kakak lo sendiri!!"

"Tauk ah!" Gaby lalu pergi ke kamarnya. Gue denger dia ngebanting pintu kamarnya.

"Banting terosss!" teriak gue.

Sekarang udah jam tujuh malem. Gue belum makan malem, jadi order makanan aja. Sekalian beliin Gaby, dia pasti kelaperan.

Soal tadi sama Gaby? Gue masih kesel gausah diingetin. Soal Silvy? Gausah tanya atau gue bakal marah lagi nih!

Gue beli mie ayam kesukaan Gaby. Bodoamatlah nanti luka gue gatel, gue lagi pengen makan mie ayam sat!

Gak sampek 10 menit orderan gue dateng, langsung aja gue bayar bang ojolnya. Lalu gue ke kamar Gaby buat manggil dia. Kamarnya gak ditutup yaudah gue langsung masuk aja.

"Lo makan gak?" tanya gue.

Emang dasar bocah kurang ajar, sekarang dia pura-pura tuli. Dia cuman mainin ponselnya terus tanpa ngelihat gue sama sekali.

"Gaby kamu makan enggak?"

Dia masih diem.

Sabar Chan sabar, tarik napas lalu buang.

"LO MAU MAKAN GAK SIH!"

"GUE NGOMONG BAIK-BAIK SAMA LO TAPI LO KAYAK GINI KE GUE!"

Gue rampas ponsel yang ada ditangannya. Gue lempar ponselnya hingga ngebentur tembok.

Sumpah gue udah greget banget.

Dia langsung turun dari ranjangnya, lalu lari ke arah ponselnya. Dia pungut ponselnya itu.

Gue gak peduli, langsung aja keluar dari kamar dia. Waktu gue keluar, gue sengaja banting pintu kamar dia. Biar tau rasa, siapa suruh dia kayak gitu ke gue. Dikira gue gak bisa marah beneran apa. Udah dibaik-baikin malah kurang ajar. Sialan.

Gue nyesel gak sih? Gak sama sekali! Dia pantes gue gituin.

Deg

Tapi....

"Shit! Kenapa gue jadi kasar gini sih?!"

Gue menghentikan langkah kaki gue yang udah nyampek di anak tangga terakhir.

Gue kembali lagi ke kamar Gaby. Gue buka pintunya. Gue lihat Gaby lagi duduk di lantai sambil bersandar di tembok.

Dia sedang menangis.

Ya Allah....

Dengan cepat gue langsung menghampiri dia. "Sini kakak liat dulu ponselnya."

Gaby tidak mau memberikan ponselnya itu, dia malah menyembunyikannya ke dalam pelukannya. Dia makin nangis kenceng sekarang.

Gue menghela napas panjang. Gue peluk kepala Gaby. Gue coba tenangin dia dulu.

"Kakak minta maaf dek."

Gue tau ini bakalan susah. Gaby udah kesel banget sama sikap gue tadi. Bakalan lama ini nanti nenanginnya.

15 menit kemudian.

It's okay.

Gue gak nyerah. Gue coba ngobrol dulu sama dia.

"Tadi aku beli mie ayam. Mie ayam bang Sueb loh dek. Inget gak dulu waktu kita makan disana pas ujan-ujan. Tendanya bocor sampek kuah di mienya kecampur air ujan. Terus pulang-pulang kita pilek, dimarahin deh sama Mama. Inget gak?"

Dia udah berhenti nangis, cuman masih sesenggukan. Tersisa bekas-bekas air mata yang membasahi wajahnya.

Gue kuncir rambutnya yang berantakan itu, lalu gue singkirkan poninya yang masuk ke mata. Gue tangkup wajahnya dengan kedua tangan supaya dia mau menatap mata gue.

"Ayo maem dulu, ntar mienya keburu mekar." ajak gue.

Gaby mengangguk, akhirnya dia mau gue bujuk. Gue lalu bantu dia berdiri. Gue lihat dia masih nyembunyiin ponselnya di perutnya.

"Ponsel kamu gimana? Masih nyala? Sini biar kakak liat."

Perlahan, akhirnhya Gaby mau memberikan ponselnya. Gue coba lihat, alhamdulilah masih nyala. Tapi layarnya pecah.

Yaahh maafin gue ya By.

"Besok kakak benerin ya." ucap gue dan Gaby hanya mengangguk.

Gue lalu ajak dia buat turun kebawah. Kita mau makan mie ayam di ruang makan.

Gue tarik salah satu kursi meja makan. Gue suruh Gaby duduk di kursi itu. Gue bukain bungkus mie ayam punya dia.

"Cuci tangan dulu apa enggak?" tanya gue. Dia menggeleng. Yaudah gakpapa.

Waktu kita lagi makan tiba-tiba bel rumah bunyi.

Ting tung ting tung

"Aku buka pintu dulu ya." ucap gue pada Gaby.

Gaby lalu mengangguk.

"Astagfirullohhaladzim!" pekik gue dengan keras ketika baru maju selangkah.

Si Gaby auto noleh ke arah yang gue lihat.

"LO KENAPA KESINI NJING?" tanya gue pada Silvy yang udah berdiri di dekat tangga. Kenapa dia tiba-tiba masuk tanpa permisi?

"Darling, I can explain." Dia sekarang nyamperin gue lalu pegang tangan gue sangat erat. Gue yang masih jijik, langsung aja gue hempaskan.

"BODO GUE GAK MAU DENGER!"

"Chandra please." kini Silvy nangis.

"KELUAR DARI SINI LO COK!"

Gue langsung lari ke kamar, gue eneg lihat muka Silvy.

Udah satu jam gue di kamar. Gue ngintip dari jendela kamar mobil Silvy masih ada di halaman.

Sialan!

Kenapa belum pulang sih tuh cewek?!

"Kak!"

"Buka pintunya dong, aku pengen masuk." kata Gaby dari luar.

"Gak! Gue gak akan buka kalo perempuan itu masih ada disini!"

"Udah gak ada."

"Gausah bo'ong lo!"

"Serius."

"Bo'ong!"

"Kakak!"

"Gaby kalo lo bantuin dia, gue nanti bakal marah juga sama lo!"

Ceklek

Lahhh kok Gaby bisa masuk ke kamar gue sih? Padahal pintunya udah gue kunci.

Kampret! Dia pakek kunci cadangan.

"Kak dengerin dulu Kak Silvy mau ngomong."

"Gue gak mau."

"Gak kasihan apa dia jauh-jauh kesini."

"Gue gak nyuruh dia repot-repot kesini."

"Kak..."

"Gaby lo gak usah ikut-ikutan!"

Gue dorong tubuh Gaby agar keluar dari kamar gue. Sekarang gantian Silvy yang tiba-tiba masuk ke kamar.

Gue benar-benar sangat geram.

"SIAPA SURUH LO MASUK?!"

"KELUAR GOBLOK!!"

Gue dorong tubuh dia juga buat keluar. Tapi dia malah meluk gue. Dia malah pegangan erat ditubuh gue. Gue coba lepasin, tapi gak bisa. Gaby cuma diem sambil ngelihatin di ambang pintu.

"LEPAS GAK? GUE BANTING LO YA!"

"I don't care." ucap Silvy sambil nangis.

Sumpah ya bikin gue emosi aja ini si Silvy.

"Listen to me. It's just prank."

"PRANK LO ITU GAK LUCU BANGSAT!!"

"Chandra, I'am so sorry."

"SHUT UP!"

Sontak Silvy langsung berlutut di kaki gue. Dia meluk erat kedua kaki gue. "Please... Maafin aku. Aku janji gak akan ngulangin itu lagi."

"KELUARRRR!!!" teriak gue.

"CHANDRAAAA!"

Sontak gue noleh ke sumber suara. Sumpah gue kaget, bisa-bisanya si Gaby neriakin gue.

Gue paksa tangan Silvy buat ngelepasin pelukannya. Gue lalu samperin si Gaby.

"APA LO HA? MAU IKUT CAMPUR ANAK KECIL?"

"KALO IYA KENAPA?"

"LO KALO GAK TAU APA-APA MENDING DIEM ATAU GUE...!"

"ATAU APA? LO MAU APA? PUKUL GUE? SINI PUKUL KALO BERANI! SINI!!"

Gaby nantangin gue, dia malah udah nyiapin pipinya buat gue gampar. Silvy lalu bangkit, dia lari ke arah gue.

"Stop!" cegah Silvy.

Silvy sekarang berdiri ditengah-tengah gue dan Gaby. Silvy menangkup wajah gue. Dia menatap kedua mata gue.

"Chandra I love you."

"Didn't you ever say love me too?"

"Please don't be like this."

"Please... I beg you..."

Silvy melingkarkan tangannya ke tubuh gue. Dia memeluk tubuh gue sembari terisak.

"I'm sorry Chandra. A-aku menyesal. Please don't leave me..."

Gue coba tarik napas gue dalam-dalam.

Ini sebenarnya gak harus terjadi. Gue gak perlu marah-marah kayak tadi. Gue sadar, yang sebenernya memperbesar masalah itu adalah gue sendiri.

"Maafin gue juga." bisik gue padanya.

Silvy langsung nangis kejer dipelukan gue. Gue coba balas pelukan dia. Gue tepuk-tepuk pundaknya. Gue ngerasa bersalah banget. Kini gue yang nyesel, gak seharusnya gue kayak gini ke dia.

Semarah apapun gue sama dia, gue gak bisa ngelepas dia begitu aja. Silvy itu cinta mati gue. Gue sangat cinta sama dia, begitupun sebaliknya.

Gue gak mau kehilangan dia. Silvy itu orang teristimewa di kehidupan gue setelah Mama. Hanya masalah kecil begini hubungan kita nyaris berantakan.

Ini semua gara-gara sifat gue yang gampang tersulut emosi.

Ahh sial...

Gue lihat Gaby yang ada di belakangnya Silvy. Dia cuma diem. Gue gak tahu apa yang ada dipikirannya. Dia pasti kecewa sama apa yang gue perbuat barusan. Gue tadi bentak dia, bahkan gue mau pukul dia juga. Kenapa hari ini gue emosi terus sih?

Sumpah, gue sangat amat nyesel.

"Gaby sini." suruh gue.

Gaby akhirnya mau mendekat. Silvy langsung ajak dia buat masuk ke pelukan kita.

"Kakak kenapa sih kalo marahan sama Kak Silvy, Gaby juga yang kena marah?" ucap Gaby.

Gue sama Silvy langsung terkekeh mendengar ucapan polos Gaby barusan.

"Maap ya dek." ucap gue sembari mencium puncak kepalanya.

Inilah gue dengan dua perempuan hebat yang gue punya. Sama-sama kesayangan gue.

Gue bangga banget punya mereka berdua. Gue bersyukur bisa bertemu mereka, perempuan-perempuan yang sangat berharga dalam hidup gue.

Gue sangat sayang sama mereka.

Gue janji akan menjaga mereka apapun yang terjadi.

Doakan aja semoga umur gue panjang ya agar janji gue itu terlaksana terus.

~tbc...

Episodes
1 Masa Lalu
2 Hari Minggu Ku
3 Kakak Galak
4 Sekolah Dimana
5 Anak Baik
6 Jahil
7 Pulang Sama Siapa?
8 Demam
9 Berantem
10 Gak Enak
11 Mau Pulang
12 Senam
13 Mimpi Buruk Atau?
14 Nyanyi
15 Trauma
16 Cukup Tau
17 Salah Sangka
18 Ngamuk
19 Masalah
20 Praktek Senam
21 LDR Lagi
22 Ke Rumah Temen
23 Emang Onar Banget
24 Cemburu?
25 Menangis
26 Hancur
27 Hancur (2)
28 Minta Maaf
29 Inner Child
30 Mino Moni
31 Pingsan
32 Sakit
33 Datang Lagi
34 Sudah Pergi
35 Damai
36 Sangat Sayang
37 Rewel
38 Masalah Dan Obatnya
39 Kasar
40 Dijenguk
41 Ikut Sakit Hati
42 Dan Dengan Gilanya
43 Membela Siapa?
44 Dia Datang Lagi
45 Wedding
46 Sekolah Lagi
47 Insaf
48 Gila
49 Menyesal
50 Cari Kerja
51 Hukuman
52 Menyelesaikan Masalah
53 Lagi Lagi...
54 Cantik Sekali
55 Hmm..
56 Anak Hilang
57 Trauma
58 Merasa Tidak Aman
59 Rahasia Yang Terbongkar
60 Menghilang
61 Kemana
62 Ada Telepon
63 Stress
64 Masa Lalu
65 Dipantau
66 Kecewa
67 Mengungkapkan
68 LIBURAN
69 Masih Liburan
70 Matahari
71 Ngerepotin?
72 Luka Masa Kecil
73 Rambut Pendek
74 Milik Bersama
75 Pesan Mama
76 Cita-Cita
77 Ditinggal Pergi
78 Situasi Macam Apa Ini
79 What?
80 Dosa
81 Apakah Ini Hukum Karma?
82 Sakit Hati
83 Maaf
84 Sudah Clear
85 Bersama Perempuan Lain
86 Mereka Baikan
87 Ujian Praktek
88 Brownies Yummy
89 Perjuangkan Cintamu
90 Benar-Benar Patah Hati
91 Penghibur
92 Ada Orang Asing
93 Apa Buktinya
94 Tes DNA
95 Anak Hebat
96 Sepakat
97 Menyesal
98 Gaby Bahagia
99 Selesai Sampai Disini
100 Tidak Boleh Kembali Lagi
101 Bahagia Bersama Yang Lain
102 Wisuda Nanti
103 Tasyakuran
104 Kado Buat Gaby
105 Bertemu Terakhir Kali (Perpisahan)
106 Jangan Tinggalkan Aku ~ Chandra
107 Gaby Kuat
108 Andai Saja Semua Tidak Terjadi
109 Janji Tidak Akan Kemana-Mana
110 ~Selamat Tinggal~
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Masa Lalu
2
Hari Minggu Ku
3
Kakak Galak
4
Sekolah Dimana
5
Anak Baik
6
Jahil
7
Pulang Sama Siapa?
8
Demam
9
Berantem
10
Gak Enak
11
Mau Pulang
12
Senam
13
Mimpi Buruk Atau?
14
Nyanyi
15
Trauma
16
Cukup Tau
17
Salah Sangka
18
Ngamuk
19
Masalah
20
Praktek Senam
21
LDR Lagi
22
Ke Rumah Temen
23
Emang Onar Banget
24
Cemburu?
25
Menangis
26
Hancur
27
Hancur (2)
28
Minta Maaf
29
Inner Child
30
Mino Moni
31
Pingsan
32
Sakit
33
Datang Lagi
34
Sudah Pergi
35
Damai
36
Sangat Sayang
37
Rewel
38
Masalah Dan Obatnya
39
Kasar
40
Dijenguk
41
Ikut Sakit Hati
42
Dan Dengan Gilanya
43
Membela Siapa?
44
Dia Datang Lagi
45
Wedding
46
Sekolah Lagi
47
Insaf
48
Gila
49
Menyesal
50
Cari Kerja
51
Hukuman
52
Menyelesaikan Masalah
53
Lagi Lagi...
54
Cantik Sekali
55
Hmm..
56
Anak Hilang
57
Trauma
58
Merasa Tidak Aman
59
Rahasia Yang Terbongkar
60
Menghilang
61
Kemana
62
Ada Telepon
63
Stress
64
Masa Lalu
65
Dipantau
66
Kecewa
67
Mengungkapkan
68
LIBURAN
69
Masih Liburan
70
Matahari
71
Ngerepotin?
72
Luka Masa Kecil
73
Rambut Pendek
74
Milik Bersama
75
Pesan Mama
76
Cita-Cita
77
Ditinggal Pergi
78
Situasi Macam Apa Ini
79
What?
80
Dosa
81
Apakah Ini Hukum Karma?
82
Sakit Hati
83
Maaf
84
Sudah Clear
85
Bersama Perempuan Lain
86
Mereka Baikan
87
Ujian Praktek
88
Brownies Yummy
89
Perjuangkan Cintamu
90
Benar-Benar Patah Hati
91
Penghibur
92
Ada Orang Asing
93
Apa Buktinya
94
Tes DNA
95
Anak Hebat
96
Sepakat
97
Menyesal
98
Gaby Bahagia
99
Selesai Sampai Disini
100
Tidak Boleh Kembali Lagi
101
Bahagia Bersama Yang Lain
102
Wisuda Nanti
103
Tasyakuran
104
Kado Buat Gaby
105
Bertemu Terakhir Kali (Perpisahan)
106
Jangan Tinggalkan Aku ~ Chandra
107
Gaby Kuat
108
Andai Saja Semua Tidak Terjadi
109
Janji Tidak Akan Kemana-Mana
110
~Selamat Tinggal~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!