Mimpi Buruk Atau?

Gaby's POV

Aku sekarang lagi rebahan di kamar sambil mainin ponsel. Aku udah mandi, udah keramas juga. Kedua kakiku, aku lurusin ke atas tembok. Pegel gaes habis latihan senam sama anak-anak tadi.

"By gue keluar dulu ya?" ucap Chandra yang lagi berdiri di ambang pintu kamarku.

Pasti sama Kak Silvy.

Aku lantas berpikir sebentar.

"Terus gue gimana? Masa sendirian di rumah?"

"Gue takut hantu Chan."

"Kalo tiba-tiba listriknya mati gimana?"

"Kata Mama, lo gak boleh keluar malem, masih sakit loh."

Aku memberondong berbagai alasan untuk mencegahnya keluar.

"Alah cuma sebentar kok, nemenin Silvy beli senar gitar doang." ucap dia.

Yaudah deh, aku ijinin aja. Lagian kasihan Kak Silvy kan jarang-jarang pulang ke Indo.

"Mau dibeliin apa?" tanya Chandra.

"Gausah, mau tidur aja." ucapku lalu menarik selimut.

Chandra kemudian pergi.Tinggallah aku sendirian di rumah. Aku sebenarnya takut kalo ditinggal sendirian. Pikiranku tuh kemana-mana, takut kalo ada hantu, takut tiba-tiba mati lampu, takut diculik terus diperkaos. Negatif banget kan pikiranku.

"Kak Ken kan punya hutang nonton sama gue." ucapku dalam hati.

Langsung aja aku chat deh dia. Daripada sendirian dirumah lebih baik aku nonton kan. Lagian masih jam setengah 7, nanti jam 9 juga udah pasti nyampek dirumah.

Chandra pasti juga lama pulangnya, bohong banget kalo katanya sebentar.

Kak Ken lalu membalas chatku. Dia bilang oke lalu menyuruhku buat siap-siap. Langsung aja aku buka lemari buat pilih baju.

"Gue pakek baju apa ya?" Aku bingung mau pakek baju apa, bajuku cuma itu-itu aja soalnya.

Tiba-tiba kak Ken udah manggil-manggil dari bawah. Langsung aja aku samperin.

"Kok kak Ken udah dateng?" tanyaku dari atas tangga.

"Gue lagi ada dideket sini tadi, makanya cepet." ucap kak Ken sambil mendongak ke atas, ngeliat ke arahku.

"Bentar ya." ucapku, kemudian berlari kembali ke kamar.

"Oke."

Aku buru-buru ganti baju lalu dandan sebentar. Aku gak enak kalo udah ditungguin, kasihan aja sama yang nungguin masa iya aku lama-lamain.

Selesai siap-siap aku langsung turun.

Aku menghampiri kak Ken yang lagi duduk di meja makan.

"Yuk kak." ajakku.

"Ayukk." ucap kak Ken, lalu dia mengamatiku dari atas sampai bawah.

Aku menaikkan kedua alisku. Kenapa? Ada yang salah ya? Apa jangan-jangan aku salah kostum?

"Tumben lo cantik banget." puji kak Ken. Aku auto salting lah.

"Ya emang gue udah cantik dari lahir, masa lo baru tau sih?" Lah kok aku ketularan kak Sean gini sih, jadi kepedean.

Kak Ken cuma terkekeh lalu menggandengku menuju mobilnya.

Pukul 9 kita akhirnya selesai nonton. Sekarang kita otw ke parkiran.

"Kita mau kemana lagi nih?" tanya kak Ken ketika memasuki mobil.

"Pulang dong."

"Oke kalo gitu."

Di dalem mobil kita ngobrol-ngobrol. Kita juga membahas soal film tadi.

"Besok-besok nonton yang romance aja dong kak." ucapku.

"Ih bucin lo ya?" kak Ken malah ngeledek.

"Gak gitu, sumpah gue udah nyerah kalo yang horor-horor."

"Gak greget kalo gak horor By. Sayang uangnya." ucapnya yang masih fokus nyetir.

"Yaudah lo nonton sendirian aja, gue mau nonton romance sama Chandra."

"Kak Chandra." ucap kak Ken, membenarkan. "Lo kalo manggil Chandra pakek Kak dong, dia kan kakak lo."

Kak Ken emang udah berkali-kali ngingetin diriku buat manggil Chandra dengan embel-embel kak.

"Iyaa gue usahain deh." ucapku daripada kak Ken ngomel-ngomel ya kan.

"Loh kok kita berhenti disini?" tanyaku karena tiba-tiba kak Ken memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Ayok makan pecel lele dulu." ajak kak Ken yang sekarang lagi melepas sabuk pengamannya.

Tapi aku kan udah makan tadi dirumah, sama Chandra dibikinin omelet gosong. Gak papa kali ya aku makan lagi, biar gemukan dikit nih badan.

Aku lalu menyusul kak Ken yang barusan turun dari mobil.

"Bang. Pecel lele nya 2 ya, banyakin nasi sama lele nya yang gede." ucap kak Ken pada abang-abang penjualnya. Abangnya lalu mengangguk.

Kita kemudian masuk ke dalam tenda yang sekelilingnya ditutupin spanduk gede tulisan pecel lele sama ada gambar lelenya.

Kita lalu duduk di bangku panjang. Aku lihat jam tanganku, udah pukul 9 lebih. Gak papa kali ya pulang agak telat.

Akhirnya pesenan kita udah jadi, langsung aja kita eksekusi.

Kak Ken kelihatannya udah langganan disini. Dia akrab banget sama abang penjualnya, sama dia diajakin ngobrol terus.

Kita udah selesai makan, lalu kak Ken menghampiri abang penjualnya buat bayar. Aku cuma ngintilin dia dibelakang.

"Alhamdulilah sekarang udah punya pacar." kata abang penjualnya yang lagi melihatku.

"Bukan. Dia adeknya temen gue bang." ucap kak Ken sambil mengambil beberapa uang dari dalam dompetnya.

"Pas ya."

Kak Ken lalu mengangguk.

"Temenin beli dasi buat ngantor dulu ya By." ucap kak Ken.

Ta-tapi kak Ken ini udah jam 9 lebih 15 menit loh, kalo Chandra udah pulang duluan gimana? Aku besok juga masih sekolah, harusnya aku udah ada dikamar sekarang, siap-siap mau tidur.

"Oke kak Ken, kita beli dasi dulu." ucapku.

Kak Ken lalu melajukan mobilnya, kita berhenti di depan toserba besar. Kita langsung aja masuk ke dalam buat cari dasi mana yang cocok buat kak Ken. Kak Ken lagi pilih-pilih, aku juga bantuin pilihin dia.

"Lo emang maunya yang warna apa?" tanyaku.

"Yang warna cowok." jawab kak Ken yang lagi pegang salah satu dasi sambil ngelihat bandrol harga yang ada di belakangnya.

"Ini bagus." Aku nunjukin dasi warna biru dongker dengan motif garis-garis hitam pada kepadanya. Kak Ken lalu mendekatiku, dia mencoba memegang dasi yang ada ditanganku ini.

"Iya nih, kainnya juga bagus." ucap kak Ken.

"Harganya juga murah." imbuhnya setelah melihat bandrolnya.

"Ini aja By." Kak Ken lalu berjalan kearah kasir. Aku cuma ngintilin dia dibelakang.

"Lo gak beli apa gitu?"

"Emang lo mau beliin?" Aku ganti tanya balik.

"Emm enggak juga."

Sudah kuduga.

Aku hanya menghela napas panjang.

"Haha..." Kak Ken ketawa sembari mengacak-acak rambutku.

Kita sekarang lagi antri buat bayar. Lumayan antriannya agak panjang.

Saat kita lagi ngantri, tiba-tiba aku lihat Chandra sama Kak Silvy lagi ngedorong trolly belanjaan dari kejauhan.

Mataku auto melotot, kaget dong ternyata mereka beli senar gitarnya disini.

"Lo kenapa?" tanya kak Ken yang mungkin heran sama keadaanku yang mendadak begini.

"Ada Chandra." jawabku sambil menunjuk ke arah Chandra yang lagi milih-milih barang. Kak Ken langsung aja menoleh ke arah yang aku maksud. Dia menyipitkan matanya biar kelihatan, soalnya dia minus.

"Lo bukannya udah ijin tadi?"

Aku menggeleng.

Chandra sama Kak Silvy tiba-tiba mendorong trolly belanjaannya ke arahku sama kak Ken.

"Mampus, kayaknya mereka udah mau bayar."

Langsung aja aku sembunyi di belakang tubuh kak Ken. Dadaku tiba-tiba deg-degan hebat.

"Kak Ken, gue pasti bakalan dimarahin nih." bisikku.

Kak Ken langsung meraih tanganku, membantuku untuk bersembunyi dengan rapat-rapat jangan sampai terlihat.

Tapi...

"Woii Ken!!!" suara Chandra dari kejauhan.

Chandra malah tau keberadaan kak Ken. Dia memanggil kak Ken dengan lantang dan menghapiri kita.

"Woiii Chan!!!" Kak Ken lalu melambaikan tangan kanannya. Aku masih bersembunyi di belakang badan laki-laki ini. Aku jadikan tubuh kak Ken yang gede ini sebagai benteng. Mudah-mudahan Chandra gak ngeliat Ya Allah.

Aku mendengar langkah Chandra udah makin dekat. Ya Allah selamatkanlah hamba.

"Lo beli apaan disini?" tanya Chandra pada kak Ken.

"Ini dasi buat ngantor. Lo beli apaan?"

"Ini beli macem-macem." jawab Chandra. Kayaknya Chandra belum lihat aku deh. Alhamdulilah aman.

"Itu siapa yang sembunyi dibelakang lo?"

MAMPUS.

Perlahan aku lalu keluar dari tempat persembunyianku. Menundukkan kepala dalam-dalam karena malu telah ketahuan.

"Kok lo disini!" ucap Chandra sangat kaget. Kak Silvy yang ada disampingnya juga syok.

"LO NGAPAIN DISINI?!" Suaranya keras banget sampek orang-orang yang lagi antri pada noleh ke arah kita.

"KATANYA LO MAU TIDUR. BISA-BISANYA LO BO'ONG YAA."

"KENAPA LO KELUAR MALEM-MALEM?? GAK IJIN SAMA GUE LAGI!!"

"GUE UDAH BILANGIN LO BERKALI-KALI KALO MAU KELUAR ITU IJIN! APA SUSAHNYA SIH TINGGAL CHAT GUE!!!!"

Aku cuma diem sambil dengerin Chandra marah-marah. Kak Silvy coba elus-elus punggung Chandra biar dia gak teriak-teriak. Kak Ken gak bisa bantu apa-apa, dia cuma diem di sampingku.

Oke oke, semua ini memang salahku. Salahku sih karena gak ijin dulu sama Chandra tadi.

"PACARAN TERUS MALEM-MALEM!" ucap Chandra.

Deg.

"Gue gak pacaran!"

Aku gak terima dituduh pacaran. Emang kenyataannya begitu, aku gak pernah pacaran sama Kak Ken kok.

"ALAH GAUSAH BO'ONG LO!!!" teriak Chandra sambil melotot.

"Chan, serius kita gak pacaran." kali ini kak Ken ikut mengelak.

"BULLSHIT!!!" Chandra langsung menarik lenganku. Dia menggelandangku keluar dari toko.

"Chan lepasin!!!" pintaku sembari mencoba melepaskan diri. Chandra gak bergeming, dia terus narik lenganku ini.

"Chan..." Aku mulai menangis. Aku tau aku salah, tapi bukan kayak gini cara dia.

Cengkraman Chandra semakin kencang. Rasanya lenganku mau remuk.

Sakit, bener-bener sakit.

Aku lihat kak Ken lagi lari di belakangku. Dia menyusulku yang lagi digelandang sama Chandra.

"CHAN SAKITTT!!!" teriakku tapi Chandra tetep gak mau lepasin.

"PULANG GAK LO!!!" Chandra masih menarik lenganku.

"Chan Stop!!!" suruh kak Ken yang sekarang sudah berdiri di depan Chandra.

Chandra memberhentikan langkah kakinya, dia kemudian melepaskan cengkramannya dari tanganku dengan kasar.

Aku langsung periksa lenganku, ada bekas tangan Chandra berwarna keunguan disana. Seketika itu air mataku makin deras mengalir.

Aku cuma bisa menangis karena rasa panas dan sakit menjalar di lenganku ini.

"Lo mau apa ha?" tanya Chandra pada kak Ken yang ada dihadapannya.

"Lo jangan kasar-kasar."

"Kasar? Gimana gak kasar kalo ngurus bocah kayak gini! Bocah gak bisa diatur!" Chandra mengacungkan jari telunjuknya tepat di wajahku. Dia menunjukku 'Bocah gak bisa diatur'.

Chandra kemudian maju selangkah mendekati kak Ken. "Didik pacar lo yang bener!"

"GUE GAK PACARAN!!!" teriak kak Ken.

Aku lihat kak Ken sekarang mulai emosi. Aku takut kalo mereka berdua berantem.

"GAUSAH BO'ONG LO BANGSAT!!!" Chandra langsung menarik kerah baju kak Ken. Kak Ken gak mau kalah, dia sekarang juga menarik kerah baju milik Chandra.

"Kak udah." Aku memeluk tubuh Chandra dari belakang, aku mencoba melerai mereka walaupun gak yakin ini akan berhasil.

Hingga akhirnya ada seorang satpam yang menghampiri kita bertiga. Chandra akhirnya melepaskan cengkramannya di kerah baju kak Ken, begitupun kak Ken.

"Pak kalo mau berantem jangan disini ya. Mengganggu kenyamanan pelanggan toko. Silahkan kalian pergi." usir pak satpam.

Ternyata kak Silvy lah yang memanggil satpam itu.

"Ayok pulang." Kak Ken langsung menggandeng tangan kananku.

Tangan Chandra tiba-tiba memegang tangan kiriku juga. Dia gak mau kalo aku pulang bareng kak Ken.

"Lo sama Silvy. Gaby biar sama gue aja." ucap kak Ken lalu melangkahkan kakinya. Tanganku yang masih dipegang sama Chandra coba aku lepaskan.

Tapi gak bisa.

Chandra menahanku.

"Dia sama gue aja anjing!"

Umpatan Chandra seketika membuat langkah kak Ken terhenti. Chandra sukses membuat kak Ken naik pitam.

Kak Ken melepaskan gandengan tangannya pada tanganku. Dia kemudian berbalik menuju ke arah Chandra.

Dengan cepat aku langsung mencegahnya. "Kak Ken udah, gu-gue pulang sama kak Chandra aja."

...***...

Sekarang aku lagi di perjalanan pulang. Di mobil tidak ada pembicaraan sama sekali. Aku cuma menolehkan kepalaku ke arah jendela, sedangkan Chandra fokus memandangi jalanan di depan. Aku gak tahu gimana nasib Kak Silvy yang masih tertinggal di toserba. Mudah-mudahan kak Ken yang nganterin dia pulang.

Chandra memberhentikan mobilnya karena kita telah sampai rumah. Aku buka pintu duluan lalu langsung menuju ke kamar.

"Tunggu." ucap Chandra dari bawah tangga.

Aku berhenti di ambang pintu kamar kemudian Chandra bergegas menghampiri diriku.

"Mana lengan lo? Sini gue liat." tanyanya sambil mengambil lenganku.

Dia menggulung lengan bajuku hingga ke atas. Sekarang dia liat, apa yang baru aja dia perbuat.

"Sakit ya?"

Aku cuma diam mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Ayok dikasih minyak kayu putih dulu."

Aku langsung menghempaskan lenganku dari genggamannya, kemudian masuk ke kamar.

Brakk...

Aku sengaja membanting pintu dengan keras. Biar dia tau, aku sedang sakit hati karenanya. Aku terluka karena ulahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gaby keluar!!!!"

"Keluar gak kamu!!!!"

"Aku hitung sampek 3!"

"1"

"2"

"3"

Brakkkk

Suara pintu didobrak dengan paksa. Aku  hanya bisa sembunyi dibalik selimut.

"Mama sudah bilang jangan masuk ke kamar Mamaa!!!!"

"Ampun Maa. Jangan dijewer Ma. Lepasin telinga Gaby sakit."

"Sini kamu!!"

Mama menjambak rambut panjangku. Dia menyeretku ke arah kamar mandi. Dia menghidupkan shower air lalu mengarahkannya ke tubuhku. Mama menyiramku padahal tadi sore aku sudah mandi.

Mama kemudian menarik lenganku, dia menyuruhku untuk masuk ke dalam bak mandi yang sudah terisi air. Aku tidak mau, itu dingin.

Tapi Mama memaksa, dia sekarang mengangkat tubuhku. Aku memberontak tapi tidak bisa. Aku mencoba menendang Mama. Satu tendangan berhasil mengenai pipi kiri Mama. Mama sangat marah kemudian memukulku dengan shower.

"Dasar anak nakal!"

"Anak kurang ajar!"

"Anak sialan!"

Mama tidak henti-hentinya memukuliku. Tubuhku sakit semua. Aku merasakan ada cairan hangat yang mengalir melewati pipiku. Aku pikir itu air mata, tapi saat aku melihat ke arah lantai, itu berwarna merah.

Aku berdarah. Bagian manaku yang berdarah. Aku tidak tahu, rasanya semuanya sakit.

"Mama aku berdarah. Tolong lepaskan aku."

Mama tidak mau dengar. Dia tetap memukuliku. Tangisanku semakin keras, tapi mama tetap tidak peduli.

"Mama ampun."

"Mama Gaby menyesal."

"Mama tolong berhenti."

"Mama sakit."

"Mama Gaby sudah kapok".

~

Aku terbangun dengan napas terengah-engah. Aku melirik ke arah jam yang berada di dinding, pukul 02.00.

Apa itu tadi?

Astaga aku mimpi buruk lagi.

Air mata masih mengalir di pipiku. Dengan cepat aku lalu menghapusnya. Aku mencoba menormalkan detak jantungku yang masih berdegup kencang. Aku melihat Teby yang masih ada dipelukan.

"Tidak apa-apa itu tadi cuma mimpi sayang." lirihku pada Teby.

Tiba-tiba air mataku mengalir kembali. Lebih banyak lagi.

Barulah aku menyadari... Itu bukan mimpi tapi itu benar-benar terjadi di masa lalu. Aku peluk Teby kembali. Menangis bersamanya.

Tok tok tok

Sebuah ketukan tiba-tiba terdengar.

"Dek kamu mimpi buruk lagi?"

Kak Chandra?

Aku lalu berlari ke arah pintu dan membukanya.

Tubuh Kak Chandra sedang berdiri disana. Aku langsung memeluknya, menenggelamkan seluruh wajahku didalam dada bidangnya, kemudian menangis sangat kencang disana.

"Kak, mama pukulin aku lagi. Sakit..."

"Gak papa, kakak disini. Jangan takut."

Dia membalas pelukanku. Mendekapku sangat erat. Memberi kehangatan yang tidak pernah aku dapatkan dari dekapan siapapun.

~tbc...

Episodes
1 Masa Lalu
2 Hari Minggu Ku
3 Kakak Galak
4 Sekolah Dimana
5 Anak Baik
6 Jahil
7 Pulang Sama Siapa?
8 Demam
9 Berantem
10 Gak Enak
11 Mau Pulang
12 Senam
13 Mimpi Buruk Atau?
14 Nyanyi
15 Trauma
16 Cukup Tau
17 Salah Sangka
18 Ngamuk
19 Masalah
20 Praktek Senam
21 LDR Lagi
22 Ke Rumah Temen
23 Emang Onar Banget
24 Cemburu?
25 Menangis
26 Hancur
27 Hancur (2)
28 Minta Maaf
29 Inner Child
30 Mino Moni
31 Pingsan
32 Sakit
33 Datang Lagi
34 Sudah Pergi
35 Damai
36 Sangat Sayang
37 Rewel
38 Masalah Dan Obatnya
39 Kasar
40 Dijenguk
41 Ikut Sakit Hati
42 Dan Dengan Gilanya
43 Membela Siapa?
44 Dia Datang Lagi
45 Wedding
46 Sekolah Lagi
47 Insaf
48 Gila
49 Menyesal
50 Cari Kerja
51 Hukuman
52 Menyelesaikan Masalah
53 Lagi Lagi...
54 Cantik Sekali
55 Hmm..
56 Anak Hilang
57 Trauma
58 Merasa Tidak Aman
59 Rahasia Yang Terbongkar
60 Menghilang
61 Kemana
62 Ada Telepon
63 Stress
64 Masa Lalu
65 Dipantau
66 Kecewa
67 Mengungkapkan
68 LIBURAN
69 Masih Liburan
70 Matahari
71 Ngerepotin?
72 Luka Masa Kecil
73 Rambut Pendek
74 Milik Bersama
75 Pesan Mama
76 Cita-Cita
77 Ditinggal Pergi
78 Situasi Macam Apa Ini
79 What?
80 Dosa
81 Apakah Ini Hukum Karma?
82 Sakit Hati
83 Maaf
84 Sudah Clear
85 Bersama Perempuan Lain
86 Mereka Baikan
87 Ujian Praktek
88 Brownies Yummy
89 Perjuangkan Cintamu
90 Benar-Benar Patah Hati
91 Penghibur
92 Ada Orang Asing
93 Apa Buktinya
94 Tes DNA
95 Anak Hebat
96 Sepakat
97 Menyesal
98 Gaby Bahagia
99 Selesai Sampai Disini
100 Tidak Boleh Kembali Lagi
101 Bahagia Bersama Yang Lain
102 Wisuda Nanti
103 Tasyakuran
104 Kado Buat Gaby
105 Bertemu Terakhir Kali (Perpisahan)
106 Jangan Tinggalkan Aku ~ Chandra
107 Gaby Kuat
108 Andai Saja Semua Tidak Terjadi
109 Janji Tidak Akan Kemana-Mana
110 ~Selamat Tinggal~
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Masa Lalu
2
Hari Minggu Ku
3
Kakak Galak
4
Sekolah Dimana
5
Anak Baik
6
Jahil
7
Pulang Sama Siapa?
8
Demam
9
Berantem
10
Gak Enak
11
Mau Pulang
12
Senam
13
Mimpi Buruk Atau?
14
Nyanyi
15
Trauma
16
Cukup Tau
17
Salah Sangka
18
Ngamuk
19
Masalah
20
Praktek Senam
21
LDR Lagi
22
Ke Rumah Temen
23
Emang Onar Banget
24
Cemburu?
25
Menangis
26
Hancur
27
Hancur (2)
28
Minta Maaf
29
Inner Child
30
Mino Moni
31
Pingsan
32
Sakit
33
Datang Lagi
34
Sudah Pergi
35
Damai
36
Sangat Sayang
37
Rewel
38
Masalah Dan Obatnya
39
Kasar
40
Dijenguk
41
Ikut Sakit Hati
42
Dan Dengan Gilanya
43
Membela Siapa?
44
Dia Datang Lagi
45
Wedding
46
Sekolah Lagi
47
Insaf
48
Gila
49
Menyesal
50
Cari Kerja
51
Hukuman
52
Menyelesaikan Masalah
53
Lagi Lagi...
54
Cantik Sekali
55
Hmm..
56
Anak Hilang
57
Trauma
58
Merasa Tidak Aman
59
Rahasia Yang Terbongkar
60
Menghilang
61
Kemana
62
Ada Telepon
63
Stress
64
Masa Lalu
65
Dipantau
66
Kecewa
67
Mengungkapkan
68
LIBURAN
69
Masih Liburan
70
Matahari
71
Ngerepotin?
72
Luka Masa Kecil
73
Rambut Pendek
74
Milik Bersama
75
Pesan Mama
76
Cita-Cita
77
Ditinggal Pergi
78
Situasi Macam Apa Ini
79
What?
80
Dosa
81
Apakah Ini Hukum Karma?
82
Sakit Hati
83
Maaf
84
Sudah Clear
85
Bersama Perempuan Lain
86
Mereka Baikan
87
Ujian Praktek
88
Brownies Yummy
89
Perjuangkan Cintamu
90
Benar-Benar Patah Hati
91
Penghibur
92
Ada Orang Asing
93
Apa Buktinya
94
Tes DNA
95
Anak Hebat
96
Sepakat
97
Menyesal
98
Gaby Bahagia
99
Selesai Sampai Disini
100
Tidak Boleh Kembali Lagi
101
Bahagia Bersama Yang Lain
102
Wisuda Nanti
103
Tasyakuran
104
Kado Buat Gaby
105
Bertemu Terakhir Kali (Perpisahan)
106
Jangan Tinggalkan Aku ~ Chandra
107
Gaby Kuat
108
Andai Saja Semua Tidak Terjadi
109
Janji Tidak Akan Kemana-Mana
110
~Selamat Tinggal~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!