TOLONG AKU

Matahari mulai memancarkan sinarnya, dan burung-burung pun juga mulai berkicauan menandakan bahwa hari sudah pagi. Eden terbangun karena mendengar alarm yang sudah dipasang olehnya yang setiap hari otomatis akan berbunyi.

Eden bangun dari kasurnya, dan ia masih memakai pakaian kerja yang kemarin. Eden masih terduduk di atas kasurnya, ia masih mengumpulkan seluruh nyawa dan energinya karena kemarin telah habis terkuras karena lembur hingga hampir tengah malam. Dan saat semua nyawa dan energinya terkumpul, Eden amat sangat terkejut.

'Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa sampai di kosan? Apakah aku mengigau berjalan hingga sampai kosan?' gumam Eden sambil memikir bagaimana ia bisa sampai di kosan.

Tidak mabuk alkohol, tapi ia mabuk oleh pekerjaan yang diberikan oleh bosnya. Hingga sampai tidak ingat bagaimana cara ia bisa sampai ke kosan dengan selamat. Namun Eden tidak ingin berpikir lebih panjang lagi, karena akan menghabiskan waktu berharganya, yang penting ia telah sampai kosan dengan selamat. Eden pun bangun dari ranjangnya dan ia pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk kembali bekerja.

Lima menit kemudian Eden telah selesai membersihkan dirinya, kini ia terlihat lebih segar. Eden menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya sebelum ia menggunakan hairdryer. Dan saat itu pula Eden berteriak dan tersadar dengan kejadian semalam.

“AAAARRRGGHH TIDAK! DASAR GADIS BODOH TIDAK TAHU DIRI” teriak Eden sambil memukul-mukul dirinya sendiri.

Eden telah sampai di kantor, ia mengendap-endap karena takut bertemu dengan seseorang. Akan tetapi tiba tiba ada yang memegang sebelah pundaknya, reflek Eden pun melihat orang yang telah memegang pundaknya, dan..

“Aaaa matilah aku” teriak Eden hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang melihat dirinya.

“E-eden ada apa?” tanya Jeno.

“Maafkan aku atas kejadian semalam dan terima kasih atas tumpangannya untuk pertama dan terakhir kalinya, aku pergi dulu karena pagi ini Presdir ada jadwal meeting” ucap Eden dengan terburu buru, lalu ia kabur begitu saja dan langsung masuk ke dalam lift.

'Ppffttt...Menggemaskan' gumam Jeno sambil tersenyum.

Baru saja Eden sampai dimeja kerjanya, ia sedang berdandan mempoles wajahnya dengan make up dan merapikan rambutnya. Dan sentuhan terakhir, ia tinggal memakai maskara, namun ada yang mengejutkannya hingga membuat wajahnya tercoret.

“Temani aku untuk makan siang bersama pemilik Sandcube hari ini” kata Miguel dengan lantang yang membuat Eden sampai terkejut, dan setelah itu Miguel pergi begitu saja.

‘Aaaarrrggh benar-benar orang itu, jangan sampai aku memiliki jodoh persis seperti laki-laki yang angkuh itu. Bisa-bisa aku selalu naik darah dan akan cepat tua” Eden merutuki dirinya sendiri.

Pagi ini Eden menemani Miguel meeting dengan divisi pemasaran, untuk melaporkan hasil penjualan dari produk-produk yang telah dirancang dan dipasarkan. Eden juga sudah membuat bahan pembahasan apa saja yang akan keluarkan saat meeting berjalan.

“Selamat pagi tuan Miguel” sapa seluruh tim pemasaran dengan serentak.

“Hmm…pagi” jawab Miguel.

Kemudian Miguel duduk dikursi yang kosong tepat berhadapan dengan layar, sedangkan Eden duduk disamping Miguel.

“Silahkan dimulai, karena saya masih memiliki janji dengan beberapa kolega” ucap Miguel dengan nada yang dingin.

‘Sungguh sangat berbeda sekali Miguel di real life dan Miguel saat meeting. Di real life ia sangat angkuh dan terlihat bodoh, namun saat mode serius benar-benar aura menyeramkannya terasa hingga menusuk tulang rusukku’ batin Eden.

“Baik tuan, saya akan membahas mengenai penjualan kita dari yang tertinggi terlebih dahulu” ucap sang presentator, kemudian ia menampilkan poin-poin dari hasil divisi marketing kedalam pointer yang ditampilkan di layar.

“Ini hasil penjualan tertinggi dari perusahaan kita tuan Miguel. CCTV pembaca pikiran yang paling laku terjual di tahun ini, dan sampai saat ini masih banyak orang yang berminat hingga rela antre pre-order demi mendapatkannya” jelas presentator itu menunjukan diagram penjualannya yang sukses dan melejit.

Dan meeting pun berlanjut hingga pukul 10.00 menjelang siang. Sepanjang meeting, Eden memperhatikan dengan sangat seksama karena ia tertarik dengan divisi marketing ini. Dahulu ia sangat bercita-cita jika suatu saat nanti bekerja akan masuk ke dalam divisi marketing, karena menurutnya divisi ini banyak rintangannya untuk dapat menggaet seorang pembeli. Apakah suatu saat ia bisa pindah ke divisi marketing? Eden juga jika lama kelamaan akan tidak betah terus-terusan bersama bos yang angkuh.

Akhirnya meeting bersama divisi pemasaran pun telah selesai. Dan Miguel langsung mengajak Eden menuju parkiran untuk menghadiri undangan makan siang bersama rekan bisnisnya dari perusahaan Sandcube.

Dan saat sudah sampai di restoran, ternyata pemilik Sandcube sudah datang lebih dulu daripada Miguel. Ya..akibat adanya perbaikan jalan jadi membuat jalanan macet dan menghambat waktu Miguel banyak terbuang.

“Mohon maaf tuan Ezze Douzer saya datang terlambat” ucap Miguel, pada pemilik Sandcube.

“Santai saja tuan Miguel Alexander, saya pun juga baru datang” jawab Ezze.

Kemudian Ezze melihat ke arah Eden, dan bertanya pada Miguel.

“Apakah dia sekretaris barumu?” tanya Ezze.

“Iya, dia sekretaris baruku” jawab Miguel

“Salam kenal tuan Ezze Douzer, nama saya Eden Eleanor” ucap Eden memperkenalkan dirinya.

Ezze pun mempersilahkan Miguel dan Eden untuk duduk. Kemudian mereka memesan makan siang serta minuman, dan setelah itu mereka berbincang-bincang.

Ezze Douzer sosok laki-laki yang bertubuh gemuk dan memiliki kumis yang lebat. Ia dikenal sebagai orang yang suka membeli wanita malam untuk bermain dengannya. Dan sudah banyak juga anak yang ia miliki dari hasil slebew dengan wanita-wanita bayarannya, ia pun juga tidak keberatan untuk bertanggung jawab asalkan mau menjalani tes DNA terlebih dahulu.

Istri Ezze pun tidak keberatan dengan perilaku suaminya yang seperti kucing. Yang suka kawin dengan sembarangan, tidak pandang ras demi menyalurkan hasratnya. Selagi uang masih mengalir dalam kartu geseknya, istrinya tidak pernah berkata apa pun, begitu pula dengan anak-anak dari istri pertamanya.

Eden merasa sangat tidak nyaman, karena semenjak duduk, kakinya selalu dipegang oleh Ezze. Dan dengan spontan Eden menggenggam tangan Miguel, ia juga menatap Miguel dengan wajah yang seperti ingin menangis.

‘Tolong, tolong aku’ dalam hatinya berkata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!