Perhatian Kecil

"Apa-apaan ini"? teriak Mike yang baru saja tiba di rumah sakit bersama istrinya, dan segera masuk ke ruang IGD untuk melihat kejadian sebenarnya.

Mike terpaksa harus datang selarut ini, saat dirinya mendapat telpon dari putranya yang mengatakan bahwa dirinya sedang berada diruang IGD sekarang.

Zidan juga memberi tahu keadaan diruangan ini sedang kacau. Awalnya Mike tidak ingin datang, namun setelah Zidan menyebut nama Zayna, mereka berdua tentu tidak akan tinggal diam.

Ayyura adalah sahabat terbaik mereka, malah sudah seperti saudara sendiri. Tentu mereka tidak akan membiarkan siapapun, yang berani mencoba mengusik serta menganggu putri cantiknya mereka.

"Professor". ucap seluruh staff diruang IGD.

"Kau tidak apa-apa"? tanya Zidan, dia ikut berlutut untuk memastikan keadaan wanita itu sendiri.

"Kau? seharusnya saya yang bertanya, apa ini sakit"? tanya Zayna saat melihat bahu Zidan tergores akibat serangan mendadak dari remaja itu. Bukan Zayna yang terkena lemparannya, tapi Zidan.

Pria itu dengan cepat memasang badan berusaha melindungi gadis itu, Zayna masih terduduk dibawah lantai dingin ruangan yang terlihat mencengkam itu.

"Sayang, Kamu tidak apa-apa nak"? seru Alana yang juga ikut berlutut untuk melihat kondisi Zayna.

"Hmm, saya baik-baik saja professor". jawab Zayna.

"Zidan, bawa Dokter Zayna keluar dari ruangan ini". titah Mike dengan wajah tegasnya.

Alana mengangguk, lalu memberi kode yang sama dengan putranya. Semua orang didalam IGD itu diam, tidak ada yang berani untuk berbicara lagi.

"Tapi professor". bantah Zayna cepat.

"Turuti saja, apa yang saya katakan Dokter Zayna"!

"Kenapa dia harus keluar? dia sudah membunuh ibuku, kalian semua sudah membunuh ibuku"! teriak anak korban itu kembali.

"Yang dikatakan anak ini benar professor, Dokter Zayna telah lalai dalam bekerja malam ini". timpal Dokter Anya yang pura-pura sedih atas kematian ibu dari anak laki-laki yang ada dihadapan mereka.

"Diam"! sergah Mike kembali.

"Kau bisa komplain padaku selaku pimpinan dari rumah sakit ini. Saya akan melihat CCTV ruang IGD secara langsung, dan melihat seberapa lalai Dokter Zayna menangani pasien malam ini". tegas Mike.

Semua orang menunduk, termasuk Dokter Anya wajahnya berubah pucat. Dia lupa untuk mematikan CCTV ruang IGD, kini dia tidak bisa mengelak lagi. Dia terlihat sedang berpikir keras, alasan apa yang akan ia gunakan untuk menjawab semua pertanyaan yang akan di ajukan oleh pimpinan rumah sakit itu.

Keadaan yang sebelumnya tegang, semakin terasa sesak saat Mike memerintahkan pihak dan tim keamanan untuk mengamankan semua korban kecelakaan beruntun tersebut.

Karena menurut kabar yang dia dapat dari putranya, kecelakaan itu terjadi karena ulah seseorang yang lalai dalam berkendara dan membuat banyak kerugian pada banyak orang, Zidan sebagai penanggung jawab malam ini akan segera melakukan investigasi pada seluruh korban yang terkait pada kecelakaan beruntun malam ini.

"Jangan biarkan siapapun keluar dari ruang IGD ini, sebelum investigasi dan penyelidikan pihak polisi usai dilakukan. Terutama untuk para pasien yang menjadi korban kecelakaan beruntun malam ini". perintah Mike pada seluruh tim keamanannya.

"Baik Professor". jawab mereka serentak.

Sementara anak laki-laki dari korban yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya barusan, nampak terlihat begitu ketakutan dan juga cemas. Anak itu sudah tidak tantrum lagi, bahkan dia duduk dengan diam disamping jenazah ibunya tersebut.

Sementara Zayna sudah berada diruang kerjanya, saat ini ia tengah mengobati punggung Zidan yang sempat terkena goresan, oleh sebuah nampan yang terbuat dari bahan alumunium tebal, tempat yang sering digunakan untuk menaruh alat-alat medis pada departemen gawat darurat itu sendiri.

"Maaf karena menolong saya, anda kembali terluka". ucap Zayna dengan lembut.

"Anggap saja kita berdua impas, karena berapa hari yang lalu Kamu juga sudah menyelamatkan ku". jawab Zidan yang berusaha bersikap biasa saja, padahal aslinya sudah gugup bukan main.

Jarak Zayna yang sedang mengobati luka pada punggungnya begitu dekat, wajah yang terlihat polos tanpa polesan make up itu, sekarang ada disamping wajahnya. Pria mana yang tidak nerveous dengan jarak sedekat ini dengan perempuan secantik Zayna.

Wanita ini ternyata sangat cantik jika dilihat dengan jarak sedekat ini, tidak perlu dengan make up yang tebal, dan lipstik yang merah merona untuk bisa membuat wanita dihadapannya ini terlihat cantik. Semuanya benar-benar terpancar dari inner beauty yang gadis itu simpan selama ini.

"Jaga pandanganmu tuan Zidan". tegur Zayna saat melihat mata Zidan yang tidak berkedip sedikitpun dari wajahnya. Apa Zayna tidak merasakan hal yang sama, tentu dia merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Zidan yakni, melting sekali.

"Kenapa saat terluka begini dia makin tampan, astaghfirullah Zayna Kamu ini kenapa". Batin nya.

"Hmm". Zidan hanya berdehem pelan mencoba mengalihkan pikiran serta pandangannya.

"Sudah selesai". ujar Zayna kembali.

"Terimakasih". jawab Zidan pelan lalu memasang dua kancing kemejanya kembali, yang sempat ia buka untuk memudahkan Zayna mengobatinya.

Kecanggungan masih terasa diantara keduanya, sampai akhirnya ada seseorang mengetuk pintu ruangan Zayna. Salah satu perawat yang bertugas juga di ruang IGD bersama dengan Zayna.

Tok .. tok ..

"Masuk". sahut Zayna dari dalam ruangannya.

Seorang wanita yang memakai seragam putih-putih terlihat masuk kedalam ruangan Zayna.

"Maaf Dokter Zayna mengganggu, ada pasien darurat tambahan yang baru saja tiba saat ini".

"Emangnya di rumah sakit ini, tidak ada Dokter lain yang jaga di IGD? kenapa harus selalu Dokter Zayna yang kalian panggil, kalian semua benar-benar ya". bukan Zayna menjawab, melainkan Zidan.

Dia terlihat geram dengan semua staff rumah sakit milik orang tuanya ini. Bagaimana bisa di IGD tidak ada Dokter yang berpengalaman dan juga senior. Nyatanya Zidan sendiri tahu, bahwa Zayna adalah Dokter yang baru menerima kelulusannya, tepatnya saat kejadian yang menimpanya di minimarket.

"Maaf tuan .. semua staff IGD sedang di introgasi oleh Professor Alana dan juga Professor Mike".

"Hanya ada saya, suster Icha dan suster Indri yang berjaga, tidak ada satupun Dokter saat ini disana". jelas suster itu kembali.

"Baiklah suster Rika, saya akan segera kesana". sahut Dokter Zayna menengahi.

"Terimakasih Dokter, kalau begitu saya permisi".

Pintu ruangan Zayna tertutup kembali setelah suster Rika pergi menuju ruang gawat darurat itu lagi.

Zayna mendelik tajam pada Zidan yang masih duduk di sofa dalam ruangannya itu.

"Kenapa anda jadi memarahi suster Rika tadi"? tanya Zayna pada Zidan yang terlihat santai.

"Saya tidak marah, tapi menegur". sahut Zidan.

"Menegur anda bilang? tapi nada anda jelas seperti orang yang terlihat tidak senang". timpal Zayna lagi.

"Jelas saya tidak senang, sebab di IGD ini seperti tidak ada Dokter lain, selalu saja memanggilmu".

"Kau lihat saja wajah dan penampilanmu saat ini, terlihat begitu lelah. Apa mereka tidak melihat apa saja yang Kau lakukan sejak tadi didalam sana".

"Dokter juga manusia, butuh waktu dan istirahat". nasihat Zidan masih dengan nada dingin nya.

Untuk sesaat Zayna merasa tertegun dengan semua kata-kata yang di ucapkan oleh Zidan barusan, ternyata dibalik sifatnya yang dingin dan juga tegas, Zidan memiliki sifat empati dan peduli yang tinggi. Hati Zayna mulai luluh, dengan perhatian kecil dari lelaki tampan dan bertubuh atletis itu.

"Hmm, terimakasih atas perhatiannya".

"Kalau begitu saya tinggal dulu, saya mau lihat pasien yang baru saja tiba di IGD". timpal Zayna yang kembali gugup saat mata mereka bertemu lagi.

"Bersama saja, saya juga sekalian mau periksa para korban kecelakaan yang berhasil selamat malam ini. Dan ingat, kalau tubuhmu merasa tidak sanggup lagi jangan dipaksakan, Alana's Hospital masih banyak Dokter lain selain anda. Jadi jangan merasa besar kepala dan menganggap, hanya anda Dokter yang bisa diandalkan dirumah sakit ini". sindir Zidan.

Baru saja di puji karena memberi perhatian kecil padanya, lagi-lagi Zayna kembali merasa sebal dengan pria angkuh didepannya ini. Sindiran halus dari Zidan barusan membuatnya seketika geram, dengan cepat ia pergi berlalu, menunggalkan Zidan dari ruangannya lalu menuju ruang IGD kembali.

"Dasar pria tidak berperasaan, baru saja Aku luluh dengan ucapan manisnya, ehh tau-taunya pahit lagi". gumam Zayna dengan wajah kesalnya.

Sementara Zidan hanya bisa tersenyum simpul melihat ekspresi kesal dari wajah cantiknya Zayna.

"Semakin kesal, wajahmu semakin menggemaskan". gumam Zidan pelan dengan wajah tampannya, sembari mengekor Zayna dari belakang.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

sdh pasti Dok Ayna yg salah dan dipecat tdk hormat

2025-02-09

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

gmn ya hasil inteogaaiy kira² siapa yg salah nih..

2025-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!