Ep 19 Berbagi air liur juga

"Sabar dong Rin. Gak sabaran banget sih. Tenang aja kita bakalan tetap ke puncak habis ini." kata Leon yang muncul di belakangnya, Narin memutar matanya malas. Leon adalah kakak kandungnya, tapi paling sering bertentangan dengannya. Sama kayak mama mereka. Narin lebih senang jadi anaknya tante Dian, yang paling baik sama dia.

Tak lama setelah itu, Leon dan Dante berjalan menuju lapangan bersama Lucky dan teman-temannya. Narin juga kesal ke para kakak sepupunya Dante dan Ganra. Dante terlalu cuek sekali padahal lelaki itu yang mengajaknya ikut, sedang Ganra, kayak mulai tertarik sama Zua. Nyebelin banget pokoknya semua kakaknya.

Sebelum bergabung dengan Dante, Leon dan yang lain, Ganra ke Zua yang berdiri di sampingnya, gadis itu terlihat masih canggung. Mungkin karena suasana seperti ini masih baru baginya.

Ganra menunduk ke arah Zua.

"Kau duduk saja di sana kalau tidak mau menonton." dia menunjuk ke sebuah bangku panjang di dekat lapangan. Tapi Zua menatapnya dengan wajah keberatan.

"Aku nggak mau terlihat seperti gadis aneh yang sendirian di sudut. Aku bukan kutu buku mister Ganra. Aku ikut menonton saja." balas Zua sedikit ketus.

Ganra terkekeh dan mengangkat bahunya dengan santai.

"Terserah kau saja. Tapi jangan pergi jauh-jauh. Jangan coba-coba menghilang dari pandanganku. Jangan berani kabur."

Zua memutar bola matanya malas. Siapa yang mau kabur. Ia lalu mengikuti Ganra yang mulai berjalan ke arah lapangan. Matanya menangkap Narin yang kini sibuk dengan ponselnya, tampak sengaja menjauh dari keramaian. Zua tidak peduli. Gadis itu sudah cukup menguras emosinya dari tadi. Biarkan saja dia sibuk dengan dunianya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pertandingan futsal berlangsung cukup seru. Ganra bermain dengan santai tapi tampak memukau. Gerakannya gesit, membuat banyak orang yang menonton terkesima, termasuk beberapa perempuan yang berdiri di sisi lapangan. Mereka bahkan tak tanggung-tanggung berteriak histeris. Tiga bersaudara itu, Ganra, Dante dan Leon, benar-benar sangat keren di lapangan. Zua mengakuinya.

Gadis itu duduk di bangku penonton dengan pandangan sesekali tertuju pada kelompok Ganra. Bukan karena dia ingin, tapi karena sulit mengabaikan sorakan dan pujian yang terus mengalir untuk ketiga pria bermarga sama itu. Lalu sesekali pandangan Zua berhenti ke Ganra.

Boleh juga tuh cowok. Zua tersenyum

"Dia selalu seperti itu," suara lembut seorang perempuan tiba-tiba terdengar di samping Zua. Ketika menoleh, ia melihat Bunga sudah duduk di sebelahnya. Wanita itu tersenyum tipis, membawa sebotol air mineral di tangannya.

"Ah?"

"Ganra," jawab Bunga, masih dengan senyuman itu.

"Dia selalu menarik perhatian semua orang di mana pun dia berada. Kau tidak merasa terganggu dengan itu?"

Zua mencoba membaca maksud dari pertanyaan itu. Namun, dia memilih untuk tidak menunjukkan reaksi berlebihan.

"Menurutku itu wajar. Laki-laki dengan tampang sepertinya, memang sering menjadi pusat perhatian." kata Zua menanggapi ucapan Bunga

Bunga tertawa kecil, menyembunyikan ekspresi sinis di wajahnya.

"Kau benar. Tapi kau tahu, berada di sisi Ganra itu tidak mudah. Dia… sulit di mengerti. Dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada orang lain. Kau harus bersiap untuk menghadapi itu. Apalagi kalian akan menikah. Kau harus pikir baik-baik kalian cocok atau tidak."

Zua merasa ada sindiran tersembunyi dalam kalimat bunga. Namun, dia tetap menjaga ekspresinya dan hanya membalas dengan senyuman halus.

"Aku lihat kau masih muda. Apa tidak sayang menikah muda?"

"Menurutku tidak. Asalkan dengan pria yang bertanggungjawab." Zua heran. Kenapa dia balas begitu ke wanita ini? Ya ampun, Ganra pasti akan menggodanya lagi kalau mendengar apa yang barusan dia ucapkan.

"Hemm ... Semoga kalian tidak bercerai cepat saja setelah menikah." Bunga memandang Zua, memaksakan seulas senyum, sebelum akhirnya bangkit dan pergi, meninggalkan Zua yang masih bertanya-tanya tentang tujuan wanita itu menghampirinya. Aneh sekali. Mulutnya itu ...

Ah, Zua tidak ingin memikirkannya. Bikin tambah pusing saja.

Setelah pertandingan selesai, Ganra mendekati Zua dengan keringat yang membasahi wajah dan kaosnya. Ia membawa handuk kecil yang melingkar di leher.

"Bagaimana permainanku? Hebat, kan?" tanyanya sambil menyeringai.

Zua mendengus kecil.

"Biasa saja."

Ganra tertawa, tampak tidak tersinggung. Ia meraih botol air yang dipegang oleh Zua dan meminumnya tanpa izin. Zua hanya bisa menatapnya kesal.

"Itu punyaku, main ambik saja. Nggak sopan!" Zua menatap Ganra jengkel.

"Jangan pelit berbagi dengan calon suamimu, setelah menikah kita bukan hanya berbagi botol minum, air liur juga." Lagi. Ganra lagi-lagi menggodanya.

Zua melotot. Matanya langsung menatap kanan kiri. Untung tidak ada siapa-siapa di dekat mereka. Gadis itu pun menatap Ganra galak dan mencubit pinggang Ganra, membuat lelaki itu meringis pelan dan tertawa kecil. Entah kenapa, Ganra mulai suka gadis ini berada di dekatnya. Karena bisa dia gangguin tiap hari.

Leon mendekati mereka.

"Ganra, kita langsung ke puncak sekarang? Sudah sore."

Ganra melirik jam tangannya, lalu mengangguk.

"Ayo. Narin sudah tidak sabaran dari tadi." Ganra dan Zua menoleh bersamaan ke Narin.

Leon lalu menoleh pada Zua.

"Kau ikut juga kan Zu?"

Zua menatap pria itu ragu.

"Aku ... Lebih baik aku ting,"

"Dia ikut," potong Ganra langsung.

Zua menatapnya tajam. Leon tersenyum. Ganra boleh menyangkal ucapannya kemarin, tapi Leon tahu sang sepupu sudah mulai tertarik dengan Zua.

"Baiklah kalau begitu, kita jalan sekarang. " kata Leon kemudian. Dante, Lucky dan yang lain sudah menunggu di ujung sana.

Zua menghela napas berat, menyadari tidak ada gunanya berdebat. Akhirnya dengan terpaksa dia ikut.

Tidak ada yang sadar kalau sejak tadi Bunga terus memperhatikan interaksi Ganra dan Zua dengan wajah kesal.

"Kamu kenapa sayang, kurang sehat?" Lucky sang pacar menatapnya dan bertanya. Daritadi ia perhatikan Bunga hanya diam.

"Aku baik kok." Bunga tersenyum.

Dia dan Lucky baru berpacaran dua minggu. Alasan dia menerima Lucky pun karena lelaki itu memperlakukannya dengan baik juga kaya. Statusnya sebagai model papan atas makin naik sejak berpacaran dengan Lucky, tetapi tetap Ganra akan selalu menjadi pria yang dia cintai.

"Ya sudah, ayo." Lucky meraih tangan Bunga naik ke mobil mahal pria itu, mobil ketiga bersaudara Barasta memang lebih mahal, tapi punya Lucky juga tak kalah jauh.

Di dalam mobil Ganra, lelaki itu membuka kaosnya untuk di ganti dengan kaos yang baru, yang kering. Zua cepat-cepat menutup mata ketika pria itu membuka baju. Dalam hatinya ia menyumpahi pria itu.

Sembarangan sekali ganti baju di depan perempuan. Sementara Ganra yang melihat tingkah gadis itu tertawa menggeleng-geleng kepala. Setelah itu mobil pun melaju meninggalkan tempat tersebut.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Sibulu bulu bunga lg iri dan cemburu melihat ganra merebut minuman dr zua langsung keminumnya....

Bunga semakin kepanasan dan tidak rela ganra lbh perhatian sm zua dl pas pacara zm bunga ganra sangat dingin dan cuek....

Ganra skrg lbh suka menggoda zua membuat zua jd jengkel dan marah...
Zua tidak peka ganra dah mulai tertarik pd zua....

Hati2 zua siulet bulu bunga akan jd pelakoe merebut ganra tidak rela ganra menikah dengan zua....

zua gak pa2 kl melihat calon suami hanya ganti aja nanti dah menikah jg kan terbiasa melihat ganra ganti baju....

lanjut thor.....

2025-01-24

3

Aurora

Aurora

yahh..ada cacing kepanasan,yg habis main futsal siapa,dia yg gerah wkwkwk, mencoba memperingatkan zua tpi dia yg kena,ya ganra cuek sma bunga bangke krna ga cinta,tapi beda sma zua pke cinta,blum ke puncak udah ada yg kebakaran,gmna nnti pas dipuncak,jngan lemah zua,pnasin tuh cabe,bgus status bunga bangke lgi pcaran,jdi enak manas²in,kalo ga bisa gentayangan kaya ulet bulu bkin gatel 🤣

2025-01-24

1

yuning

yuning

bunga, jangan melihat yg tidak bisa dijangkau , lihat dan ambil yg bisa kamu dapatkan didekatmu , bersyukurlah jangan jadi orang yang serakah

2025-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2 Ep 2 Menikah?
3 Ep 3 Ganra mabuk
4 Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5 Ep 5 Tidak rela
6 Ep 6 Tidak sengaja menguping
7 Ep 7 Pengen pulang
8 Ep 8 Aku bukan anak-anak
9 Ep 9 Berencana kabur
10 Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11 Ep 11 Kantor Ganra
12 Ep 12 Bunga Dwiyani
13 Ep 13 Segera menikah
14 Ep 14 Kabur lagi
15 Ep 15 Sindiran Dian
16 Ep 16 Ganra tengil
17 Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18 Ep 18 Calon istriku
19 Ep 19 Berbagi air liur juga
20 Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21 Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22 Ep 22 Burung
23 Ep 23 Sinting!
24 Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25 Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26 Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27 Ep 27 Truth or Dare
28 Ep 28 Ciuman pertama
29 Ep 29 Mimpi Ganra
30 Ep 30 Minum milikku saja
31 Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32 Ep 32 Dasar mesum
33 Ep 33 Ciuman kedua
34 Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35 Ep 35 Bulan madu?
36 Ep 36 Menikah
37 Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38 Ep 38 Perkara bra
39 Ep 39 Perjalanan bulan madu
40 Ep 40 Ingin main
41 Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42 Ep 42 Foreplay
43 Ep 43 Foreplay 2
44 Ep 44 Gol
45 Ep 45 Bermain lagi
46 Ep 46 Mau aku mandikan?
47 Ep 47 Kabar buruk
48 Ep 48 Pulang
49 Ep 49 Pemakaman
50 Bab 50 Kekacauan
51 Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52 Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53 Bab 53 Cemburu
54 Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55 Bab 55 Kembali ke kampus
56 Bab 56 Kantor
57 Bab 57 Rencana jahat Bunga
58 Bab 58 Paparazzi?
59 Bab 59 Perintah ibu mertua
60 Bab 60 Mengobati Dante
61 Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62 Bab 62 Ganra cemburu
63 Bab 62 Ganra cemburu
64 Bab 63 Kekesalan Bunga
65 Bab 64 Cemburu lagi
66 Bab 65 Main di kantor
67 Bab 66 Butik
68 Bab 67 Bunga si tukang caper
69 Bab 68 Zua cemburu
70 Bab 69 Main lagi
71 Bab 70 Gosip tentang Bunga
72 Bab 71 Main berlima
73 Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74 Bab 73 Mual
75 Bab 74 Hamil
76 Bab 75 Tidak sengaja nguping
77 Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78 Bab 77 Hukuman
79 Bab 78 Acara kantor
80 Bab 79 Kesal pada Bunga
81 Bab 80 peringatan Ganra
82 Bab 81 Masalah Narin
83 Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84 Bab 83 Pemutusan kontrak
85 Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86 Bab 85 Makan di pinggir jalan
87 Bab 86 Saling menggoda
88 Bab 87 Perubahan ibu mertua
89 Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90 Bab 89 Memeriksa cctv
91 Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92 Bab 91 Di manjakan istri
93 Bab 92 Positif HIV
94 Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95 Bab 94 Interogasi
96 Bab 95 Bunga makin nekat
97 Bab 96 Apa-apaan ini?
98 Bab 97 TOLONG!
99 Bab 98 bertahanlah
100 Bab 99 Kepanikan Ganra
101 Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2
Ep 2 Menikah?
3
Ep 3 Ganra mabuk
4
Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5
Ep 5 Tidak rela
6
Ep 6 Tidak sengaja menguping
7
Ep 7 Pengen pulang
8
Ep 8 Aku bukan anak-anak
9
Ep 9 Berencana kabur
10
Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11
Ep 11 Kantor Ganra
12
Ep 12 Bunga Dwiyani
13
Ep 13 Segera menikah
14
Ep 14 Kabur lagi
15
Ep 15 Sindiran Dian
16
Ep 16 Ganra tengil
17
Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18
Ep 18 Calon istriku
19
Ep 19 Berbagi air liur juga
20
Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21
Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22
Ep 22 Burung
23
Ep 23 Sinting!
24
Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25
Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26
Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27
Ep 27 Truth or Dare
28
Ep 28 Ciuman pertama
29
Ep 29 Mimpi Ganra
30
Ep 30 Minum milikku saja
31
Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32
Ep 32 Dasar mesum
33
Ep 33 Ciuman kedua
34
Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35
Ep 35 Bulan madu?
36
Ep 36 Menikah
37
Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38
Ep 38 Perkara bra
39
Ep 39 Perjalanan bulan madu
40
Ep 40 Ingin main
41
Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42
Ep 42 Foreplay
43
Ep 43 Foreplay 2
44
Ep 44 Gol
45
Ep 45 Bermain lagi
46
Ep 46 Mau aku mandikan?
47
Ep 47 Kabar buruk
48
Ep 48 Pulang
49
Ep 49 Pemakaman
50
Bab 50 Kekacauan
51
Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52
Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53
Bab 53 Cemburu
54
Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55
Bab 55 Kembali ke kampus
56
Bab 56 Kantor
57
Bab 57 Rencana jahat Bunga
58
Bab 58 Paparazzi?
59
Bab 59 Perintah ibu mertua
60
Bab 60 Mengobati Dante
61
Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62
Bab 62 Ganra cemburu
63
Bab 62 Ganra cemburu
64
Bab 63 Kekesalan Bunga
65
Bab 64 Cemburu lagi
66
Bab 65 Main di kantor
67
Bab 66 Butik
68
Bab 67 Bunga si tukang caper
69
Bab 68 Zua cemburu
70
Bab 69 Main lagi
71
Bab 70 Gosip tentang Bunga
72
Bab 71 Main berlima
73
Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74
Bab 73 Mual
75
Bab 74 Hamil
76
Bab 75 Tidak sengaja nguping
77
Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78
Bab 77 Hukuman
79
Bab 78 Acara kantor
80
Bab 79 Kesal pada Bunga
81
Bab 80 peringatan Ganra
82
Bab 81 Masalah Narin
83
Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84
Bab 83 Pemutusan kontrak
85
Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86
Bab 85 Makan di pinggir jalan
87
Bab 86 Saling menggoda
88
Bab 87 Perubahan ibu mertua
89
Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90
Bab 89 Memeriksa cctv
91
Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92
Bab 91 Di manjakan istri
93
Bab 92 Positif HIV
94
Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95
Bab 94 Interogasi
96
Bab 95 Bunga makin nekat
97
Bab 96 Apa-apaan ini?
98
Bab 97 TOLONG!
99
Bab 98 bertahanlah
100
Bab 99 Kepanikan Ganra
101
Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!