Ep 17 Kau tidak pakai bra?

"Ada yang berbeda darimu."

Leon terus menatap Ganra. Kedua pria itu sekarang berada di kamar Ganra. Mereka sudah bubar dari ruang tamu. Zua juga sudah masuk ke kamarnya. Kamar yang berada di sisi kiri kamar Ganra.

Ganra yang duduk di sofa mengangkat kepalanya menatap Leon. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menunggu Leon melanjutkan kalimatnya.

"Katakan, apa kau sudah jatuh hati pada gadis itu? Si Zua, calon istrimu."

Ganra yang kalau di mulutnya ada makanan yang sementara dia kunyah, makanan tersebut pasti sudah muncrat keluar akibat mendengar pertanyaan Leon.

"Kau tidak punya pertanyaan lain? Pertanyaan apa itu, aku tidak mungkin jatuh cinta pada anak-anak." balas Ganra menyangkal. Bukan, bukan menyangkal, dia sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dia memang tidak tertarik dengan Zua.

Leon tertawa.

"Anak-anak? Kau bilang gadis itu anak-anak? Kau yakin? Matamu tidak buta kan?"

Ganra hanya diam.

"Kau benar-benar tidak mau mengakuinya?" tanya Leon sambil bersandar pada dinding di dekat pintu. Tangannya disilangkan di dada, dan ia menyipitkan mata menatap Ganra.  

"Zua bukan anak-anak, Ganra. Usianya mungkin lebih muda darimu, tapi dia sudah cukup dewasa. Kau saja yang menganggapnya anak-anak."

Ganra menghela napas panjang, lalu mengalihkan pandangannya.

"Ganti topik, Leon. Aku sedang tidak ingin membicarakan gadis itu." katanya datar.

Leon mengangkat bahu.

"Aku sering memperhatikanmu. Kau berubah kalau sedang berada di dekat gadis itu." ia masih membicarakan topik yang sama.

Ganra mengangkat alisnya,

"Berubah? Maksudmu apa? Aku masih orang yang sama."

"Tidak juga," Leon menyela dengan cepat.

"Dulu, kau selalu tenang, rasional, dan cenderung dingin. Tapi sekarang, kau mudah teralihkan di depan gadis itu. Kau memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya tidak pernah kau pedulikan. Kau jadi lebih ... Lebih apa ya, manusiawi? Ya, kau terlihat lebih manusiawi berada di sebelah Zua."

Ganra tertawa kecil, tapi suaranya terdengar dipaksakan.

"Sepertinya kau terlalu banyak membaca novel romantis, Leon."

"Dan kau terlalu banyak menyangkal," balas Leon dengan cepat.

"Kau pikir aku tidak melihat bagaimana caramu menatapnya? Setiap kali dia berbicara, setiap kali dia tertawa. Kau mencoba untuk tetap menjaga jarak, tapi tatapan matamu berkata lain, Ganra. Kau mungkin bisa membohongi dirimu sendiri, tapi tidak bisa membohongiku. Kita tumbuh bersama."

Ganra diam, pria itu berpikir lama. Benarkah? Bahkan dia sendiri tidak sadar.

Kata-kata Leon benar-benar mengusiknya, meskipun begitu dia tetap tidak ingin mengakuinya. Mana mungkin dia jatuh cinta secepat itu pada gadis pilihan kakeknya.

"Aku hanya berusaha menjalankan tugasku, Leon," katanya akhirnya, mencoba mempertahankan nada tenangnya.

"Aku ditugaskan untuk menikahinya dengan imbalan yang menggiurkan. Itu saja. Tidak ada yang lebih. Kau tahu imbalan yang akan kakek berikan padaku memang menggiurkan sekali kan?" kali ini Ganra memakai alasan perjodohan dari sang kakek.

Leon memiringkan kepalanya, memperhatikan Ganra dengan tatapan penuh selidik. Tapi sesaat kemudian dia pun berhenti membicarakan Zua. Dia tahu Ganra pasti akan terus mengelak.

"Oh ya, besok sore kau tidak lupa kan?"

Ganra menyernyitkan dahi.

"Lupa apa?"

"Main futsal dengan Dante dan teman-temannya."

Ah iya. Ganra baru ingat.

"Kau ingat Lucky?"

"Lucky siapa?" Ganra menatap Leon lagi.

"Salah satu teman Dante yang sering main futsal sama kita."

Ganra menganggukan kepala.

"Katanya dia akan bawa pacarnya yang seorang model. Mereka masing-masing membawa pacar. Dante sudah mengajak Narin, cari gampang sekali dia. Aku akan menelpon salah satu perempuanku yang bisa. Sepertinya kau harus juga harus membawa Zua."

Wajah Ganra tampak keberatan.

"Kita mau main futsal, untuk apa bawa perempuan?" agak tidak masuk akal menurut Ganra. Leon mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu. Mungkin karena Lucky berulang tahun besok jadi dia sengaja ingin mengajak pacarnya dan ingin kita bawa pasangan juga karena habis itu kita mau di ajak liburan semalam di puncak."

"Kalau begitu aku tidak bisa. Kalian saja." tolak Ganra langsung. Dia paling tidak suka liburan dengan orang yang tidak dia kenal. Walau ada beberapa yang dia kenal, tetapi pasti banyak yang tidak dia kenal. Dia tidak mau.

"Ayolah Ganra. Anggap saja kau mengajak calon istrimu refreshing sebelum hari pernikahan kalian. Kau tidak kasihan padanya?"

Ganra terdiam. Pria itu lalu menghela napas panjang. Ia membawa Zua ke acara yang penuh dengan orang asing. Menurutnya gadis itu tidak akan setuju.

"Aku tidak yakin gadis itu akan tertarik," kata Ganra. Bukan mencoba mencari alasan, tapi ia betul-betul merasa Zua tidak akan tertarik.

"Tertarik atau tidak, itu tergantung caramu mengajaknya. Kau ini calon suaminya, setidaknya tunjukkan kalau kau punya niat untuk mengenalnya lebih baik. Lagi pula, siapa tahu dia malah senang diajak keluar."

Ganra mengangkat alis, menatap Leon.

"Kau yakin? Kau tidak lihat ia terus menatapku seperti kucing liar tadi?"

Leon terkekeh.

"Itu karena kau yang menggodanya lebih dulu.

"Dengar, Ganra. Setelah kalian menikah, Zua adalah bagian dari keluarga kita. Terutama kau. Kau harus membuatnya terbiasa dengan lingkungannya. Kau harus mengajaknya."

Ganra memutar bola matanya, merasa kesal dengan betapa keras kepalanya Leon.

"Baiklah," Ganra akhirnya mengalah. "Aku akan mencoba mengajaknya. Tapi kalau dia menolak, jangan salahkan aku."

Leon tersenyum puas.

"Gitu dong."

Tak lama setelah itu Leon keluar dari kamarnya. Ganra tampak menimbang-nimbang lama, kemudian berjalan keluar menuju kamar Zua di sebelah. Dia mengetuk pintu dengan pelan, jam menunjukkan pukul enam sore, gadis itu pasti sedang santai di dalam sana.

Ketukan pertama tidak ada respon dari dalam, tapi akhirnya pintu terbuka sedikit, memperlihatkan wajah Zua yang terlihat mengantuk. Rambutnya berantakan, dan dia sudah masih mengenakan piyama tidur bermotif bunga-bunga kecil. Ah, mungkin gadis itu sedang tidur sore.

"Ada apa?" tanya Zua dengan suara pelan tapi agak ketus. Muka bantalnya makin lucu karena menatap Ganra dengan wajah kesal.

Tanpa meminta ijin Ganra mendorong pintu kamar itu dan berjalan masuk ke dalam.

"Ganra!" Zua melotot kesal. Sembarangan saja masuk-masuk kamarnya tanpa ijin. Duduk di kasurnya pula.

Zua berjalan mengikuti pria itu sambil berkacak pinggang di depannya.

"Kau mau apa?" kata Zua ketus.

Pada saat Ganra hendak membuka suara, dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Pandangannya tak lepas dari dada Zua yang pu-tingnya tergambar jelas dari balik piyama yang gadis itu kenakan.

"Kau tidak pakai bra?" pertanyaan tersebut membuat Zua kaget dan cepat-cepat menutupi menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.

Astaga, kenapa dia lupa pakai bra sebelum buka pintu tadi sih? Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi ini sekarang juga. Mana yang lihat pria tengil dan mesum itu lagi.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

wkwkwk🤣🤣🤣😂 Zua sangat malu bingit ketahuan ganra tidak memakai
bra terlihat jelas...

Ayo ganra bicara baik2 zua agar mau diajak kefutsal dan kepuncak sekalian refresing....

zua bukan anak kecil lg ganra sudah tumbuh jd gadis dewasa dan sudah kuliah.....
Ganra menyangkal perkataan leon pdhal dah mulai tertarik sm zua tapi ganra blm menyadari aja msh gengsi tingkah selangit....

zua usianya kini 20thn sudah dewasa dan bukan anak2 Lagi ganta...

lanjut Thor...

sehat sll....

semangat sll....

2025-01-22

4

Aurora

Aurora

Ganra bisa kan dalam hati aja ucapnya,knapa pake nanya lngsung,gimana ganra udah liat?ga bilang zua anak kecil lagi kan?awas kebayang² trus,apalagi mau ajak ke puncak breng,bisa canggung 🤭

2025-01-22

3

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

anra apa yg kau lihat matamu jeli jg ya tp km munafik bilang dia ank kecil pdhl hatimu berkata lain sorot matamu mengandung cinta tp logikaku menyangkalnya awas saja nanti kau ter zua zua nanti

2025-01-22

2

lihat semua
Episodes
1 Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2 Ep 2 Menikah?
3 Ep 3 Ganra mabuk
4 Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5 Ep 5 Tidak rela
6 Ep 6 Tidak sengaja menguping
7 Ep 7 Pengen pulang
8 Ep 8 Aku bukan anak-anak
9 Ep 9 Berencana kabur
10 Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11 Ep 11 Kantor Ganra
12 Ep 12 Bunga Dwiyani
13 Ep 13 Segera menikah
14 Ep 14 Kabur lagi
15 Ep 15 Sindiran Dian
16 Ep 16 Ganra tengil
17 Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18 Ep 18 Calon istriku
19 Ep 19 Berbagi air liur juga
20 Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21 Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22 Ep 22 Burung
23 Ep 23 Sinting!
24 Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25 Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26 Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27 Ep 27 Truth or Dare
28 Ep 28 Ciuman pertama
29 Ep 29 Mimpi Ganra
30 Ep 30 Minum milikku saja
31 Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32 Ep 32 Dasar mesum
33 Ep 33 Ciuman kedua
34 Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35 Ep 35 Bulan madu?
36 Ep 36 Menikah
37 Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38 Ep 38 Perkara bra
39 Ep 39 Perjalanan bulan madu
40 Ep 40 Ingin main
41 Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42 Ep 42 Foreplay
43 Ep 43 Foreplay 2
44 Ep 44 Gol
45 Ep 45 Bermain lagi
46 Ep 46 Mau aku mandikan?
47 Ep 47 Kabar buruk
48 Ep 48 Pulang
49 Ep 49 Pemakaman
50 Bab 50 Kekacauan
51 Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52 Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53 Bab 53 Cemburu
54 Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55 Bab 55 Kembali ke kampus
56 Bab 56 Kantor
57 Bab 57 Rencana jahat Bunga
58 Bab 58 Paparazzi?
59 Bab 59 Perintah ibu mertua
60 Bab 60 Mengobati Dante
61 Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62 Bab 62 Ganra cemburu
63 Bab 62 Ganra cemburu
64 Bab 63 Kekesalan Bunga
65 Bab 64 Cemburu lagi
66 Bab 65 Main di kantor
67 Bab 66 Butik
68 Bab 67 Bunga si tukang caper
69 Bab 68 Zua cemburu
70 Bab 69 Main lagi
71 Bab 70 Gosip tentang Bunga
72 Bab 71 Main berlima
73 Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74 Bab 73 Mual
75 Bab 74 Hamil
76 Bab 75 Tidak sengaja nguping
77 Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78 Bab 77 Hukuman
79 Bab 78 Acara kantor
80 Bab 79 Kesal pada Bunga
81 Bab 80 peringatan Ganra
82 Bab 81 Masalah Narin
83 Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84 Bab 83 Pemutusan kontrak
85 Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86 Bab 85 Makan di pinggir jalan
87 Bab 86 Saling menggoda
88 Bab 87 Perubahan ibu mertua
89 Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90 Bab 89 Memeriksa cctv
91 Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92 Bab 91 Di manjakan istri
93 Bab 92 Positif HIV
94 Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95 Bab 94 Interogasi
96 Bab 95 Bunga makin nekat
97 Bab 96 Apa-apaan ini?
98 Bab 97 TOLONG!
99 Bab 98 bertahanlah
100 Bab 99 Kepanikan Ganra
101 Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2
Ep 2 Menikah?
3
Ep 3 Ganra mabuk
4
Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5
Ep 5 Tidak rela
6
Ep 6 Tidak sengaja menguping
7
Ep 7 Pengen pulang
8
Ep 8 Aku bukan anak-anak
9
Ep 9 Berencana kabur
10
Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11
Ep 11 Kantor Ganra
12
Ep 12 Bunga Dwiyani
13
Ep 13 Segera menikah
14
Ep 14 Kabur lagi
15
Ep 15 Sindiran Dian
16
Ep 16 Ganra tengil
17
Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18
Ep 18 Calon istriku
19
Ep 19 Berbagi air liur juga
20
Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21
Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22
Ep 22 Burung
23
Ep 23 Sinting!
24
Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25
Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26
Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27
Ep 27 Truth or Dare
28
Ep 28 Ciuman pertama
29
Ep 29 Mimpi Ganra
30
Ep 30 Minum milikku saja
31
Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32
Ep 32 Dasar mesum
33
Ep 33 Ciuman kedua
34
Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35
Ep 35 Bulan madu?
36
Ep 36 Menikah
37
Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38
Ep 38 Perkara bra
39
Ep 39 Perjalanan bulan madu
40
Ep 40 Ingin main
41
Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42
Ep 42 Foreplay
43
Ep 43 Foreplay 2
44
Ep 44 Gol
45
Ep 45 Bermain lagi
46
Ep 46 Mau aku mandikan?
47
Ep 47 Kabar buruk
48
Ep 48 Pulang
49
Ep 49 Pemakaman
50
Bab 50 Kekacauan
51
Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52
Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53
Bab 53 Cemburu
54
Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55
Bab 55 Kembali ke kampus
56
Bab 56 Kantor
57
Bab 57 Rencana jahat Bunga
58
Bab 58 Paparazzi?
59
Bab 59 Perintah ibu mertua
60
Bab 60 Mengobati Dante
61
Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62
Bab 62 Ganra cemburu
63
Bab 62 Ganra cemburu
64
Bab 63 Kekesalan Bunga
65
Bab 64 Cemburu lagi
66
Bab 65 Main di kantor
67
Bab 66 Butik
68
Bab 67 Bunga si tukang caper
69
Bab 68 Zua cemburu
70
Bab 69 Main lagi
71
Bab 70 Gosip tentang Bunga
72
Bab 71 Main berlima
73
Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74
Bab 73 Mual
75
Bab 74 Hamil
76
Bab 75 Tidak sengaja nguping
77
Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78
Bab 77 Hukuman
79
Bab 78 Acara kantor
80
Bab 79 Kesal pada Bunga
81
Bab 80 peringatan Ganra
82
Bab 81 Masalah Narin
83
Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84
Bab 83 Pemutusan kontrak
85
Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86
Bab 85 Makan di pinggir jalan
87
Bab 86 Saling menggoda
88
Bab 87 Perubahan ibu mertua
89
Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90
Bab 89 Memeriksa cctv
91
Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92
Bab 91 Di manjakan istri
93
Bab 92 Positif HIV
94
Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95
Bab 94 Interogasi
96
Bab 95 Bunga makin nekat
97
Bab 96 Apa-apaan ini?
98
Bab 97 TOLONG!
99
Bab 98 bertahanlah
100
Bab 99 Kepanikan Ganra
101
Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!