Ep 15 Sindiran Dian

Zua melempar spray yang hendak dia pakai untuk turun ke lantai bawah dengan jengkel. Lagi-lagi dia tidak jadi kabur. Jengkel sekali rasanya. Mana ketahuannya sama laki-laki yang bertampang sangat dingin dan berwajah misterius itu lagi.

Malam itu, Zua merasa semakin bingung dan tertekan. Hidupnya, yang tadinya begitu tenang dan sederhana, kini berubah menjadi tidak asyik. Karena dia tiba-tiba terikat pernikahan dengan Ganra. Menjadi bagian dari keluarga Barasta? Itu bukanlah sesuatu yang dia bayangkan. Dia tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga kaya raya itu, sekalipun tidak. Justru baginya itu adalah sebuah mimpi buruk.

Zua bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, tapi bukannya menenangkan, justru membuatnya semakin merasa jengkel dengan apa yang dia alami setelah mamanya meninggal. Entah apa lagi yang akan dia hadapi esok hari. Malam itu di lewati Zua dengan penuh rasa jengkel.

Keesokan paginya, suasana rumah keluarga Barasta seperti biasanya, datar dan semua penghuninya sibuk masing-masing.

Zua turun ke ruang makan, berharap bisa menghindari orang-orang yang tidak ingin ia temui pagi itu. Namun, sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya.

Ganra sudah ada di sana, duduk dengan santai sambil sibuk menatap lurus ke hapenya. Tatapannya langsung terangkat ketika Zua masuk ke ruangan.

"Pagi, calon istri." sapanya dengan nada setengah menggoda, kata-katanya langsung menarik perhatian semua orang di meja makan itu.

Sepupu-sepupunya Leon dan Narin, serta Lala dan Dian masih tidak menyangka kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Ganra. Lala dan Brandon tampak senang mendengarnya, berbeda dengan Narin dan Dian mamanya Ganra.

Dian menatap putranya tajam.

"Kenapa, memang benar dia calon istriku kan?" kata Ganra ke sang mama.

"Kak Ganra ih, kakak beneran mau nikah sama cewek standar ini?" Ganra mengangkat bahunya cuek.

"Menolak pun percuma kan?"

Narin langsung menatap kesal ke Zua.

Pagi itu hanya mereka yang berada di meja makan, entah yang lain di mana, kenapa tidak turun atau belum turun. Zua memilih Dian saja. Ia duduk di meja makan tanpa berkata apa-apa. Ia berharap bisa sarapan dengan tenang tanpa gangguan. Tapi harapannya kembali pupus saat wanita yang dia ketahui ibu kandungnya Ganra itu  memberikan tatapan tajam yang langsung mengarah padanya.

"Kau sudah bangun?" tanya wanita itu, suaranya terdengar ramah, tapi jelas ada nada sindiran di dalamnya. Tidak ada ayah mertuanya saat ini, tentu dirinya bisa berbicara apapun yang dia inginkan pada gadis itu.

"Bagaimana tidurmu tadi malam? Tidur di kamar sebesar itu terasa aneh untukmu, atau kau suka? Kau pasti belum pernah tidur di tempat nyaman dan mewah seperti itu kan?"

Zua menelan ludah. Ia tahu apa maksud dari pertanyaan itu. Sebuah sindiran halus, mengingatkan dirinya bahwa ia hanyalah orang luar yang tidak pantas berada di rumah mewah ini. Tidak pantas menjadi bagian dari keluarga ini.

Zua hanya bisa tersenyum kikuk, Ganra tidak terlalu suka dengan kata-kata menusuk mamanya, dia sudah siap-siap menegur mamanya ketika wanita itu hendak mengatakan sesuatu lagi, namun suara berat kakek Barasta terdengar dari pintu masuk dapur makan.

"Selamat pagi," kata pria tua itu, berjalan masuk. Semua orang di ruangan itu langsung berdiri, memberikan penghormatan kepada kepala keluarga Barasta tersebut.

Zua ikut berdiri,  ia merasa lelaki tua itu sangat berwibawa, sang kakek tua itu juga yang memegang kendali penuh atas hidupnya saat ini. Membuatnya kesulitan kabur.

"Kalian semua sudah mendengar keputusanku tadi malam," kata kakek Barasta setelah duduk di kursinya.

"Dan aku ingin persiapan pernikahan ini dimulai secepatnya. Aku tidak mau ada penundaan."

Zua menunduk, merasa beban di pundaknya semakin berat. Ganra hanya duduk dengan tenang, seolah berita besar ini sama sekali bukan masalah baginya.

"Tapi, Pa..." Dian mencoba membuka suara, tapi kakek Barasta langsung mengangkat tangannya, menghentikan wanita itu.

"Tidak ada tapi-tapian, Dian. Aku tahu apa yang terbaik untuk keluarga ini," tegasnya. Semua orang lagi-lagi dibuat diam oleh sang penguasa rumah tersebut.

Setelah sarapan selesai, Zua kembali ke kamarnya, berharap bisa mendapatkan sedikit ketenangan. Namun, seperti biasa, harapannya kembali pupus saat ia menemukan Narin menunggunya di lorong, dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya.

"Heh, Zua. Lo benar-benar nggak sadar diri, ya? Apa lo pikir dengan menikah dengan Kak Ganra, hidup lo bakal jadi lebih baik?" tanya Narin dengan nada mengejek.

Zua menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Narin, tapi gadis itu sepertinya tidak akan berhenti begitu saja.

"Lo pikir gue juga mau gitu nikah sama beruang kutub? Kalo aja gue punya pilihan gak bakal gue nikah sama sepupu lo." jawab Zua singkat.

Narin tertawa merendahkan.

"Nggak punya pilihan? Bulshit. Ngarang, semua cewek tergila-gila sama kak Ganra, jangan akting lo. Lo harus sadar kalo Keluarga ini bukan tempat untuk orang kayak lo. Cepat atau lambat, lo pasti di usir sama kakek."

"Lo yakin kakek lo bakal usir gue?"

Zua membalas Narin dengan senyum miring. Ia kemudian melewati cewek itu dan masuk ke kamarnya, menutup pintu dengan keras.

Sementara itu, di ruangan lain, Ganra sedang berbicara dengan kakeknya. Meski ia tampak tenang di luar, sebenarnya ia juga merasa masih tidak nyaman dengan keputusan ini. Tapi ia tahu bahwa melawan kehendak kakek Barasta sama saja dengan mencari masalah besar. Menikah secepat itu? Sepertinya dia memang belum siap.

"Kek, apa pernikahan ini benar-benar perlu?" tanyanya.

Kakek Barasta menatap cucunya dengan tajam.

"Kau tidak perlu mempertanyakan keputusanku Ganra. Aku tahu apa yang kulakukan. Zua mungkin terlihat biasa, tapi dia memiliki potensi. Dan lebih penting lagi, aku sudah berjanji pada almarhum ibunya. Aku berhutang budi pada keluarga itu."

Ganra menghela napas. Percuma melawan kakeknya. Jadi, ia memilih untuk diam.

"Ganra," pria itu mengangkat wajahnya lagi.

"Kakek lihat mama kamu tidak terlalu menyukai Zua. Tugasmu adalah, kau harus membuat calon istrimu menjadi wanita yang terpandang dan dihargai orang-orang. Belajarlah mencintainya, kakek yakin kamu pasti bisa mencintainya nanti. Berikanlah dia posisi di kantor, jadikan di sekretarismu.

"Tapi dia masih kuliah kek."

"Kalau begitu tunggu sampai kuliahnya selesai. Jangan lupa dia adalah tanggung jawabmu mulai sekarang.

Ganra menghela nafas lagi.

"Baiklah." katanya kemudian.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Sang penguasa keluarga barasta telah berucap keputusan tidak bisa diganggu gugat ganra hrs menikah dgn zua...

Narin sangat sombong dan angkuh sll merendahkan status zua hanya org miskin tidak pantas bersanding dgn sepupunya ganra.....

kakek barasta mempercepat pernikahan ganra dan zua demi kebaikan...
Percuma ganra dan zua menolak kakek barasta yg berkuasa saat ini....

Menikah dgn ganra mimpi buruk bagi zua pria seperti dingin seperti kutub utara....
Awal2 menolak zua da ganra terpaksa menerima pernikahan itu lama2 jatuh cinta dan bucin akut ganra....

lanjut thor...
semangat sll....
sehat sll.....

2025-01-20

1

Sleepyhead

Sleepyhead

Marin, your attitude determine your direction.
Artinya sikap dan perilakumu menunjukan bagaimana keseharianmu bersikap, Dengan sikapmu yang seperti ini tidak mencerminkan bahwa dirimu jauh dibawah rata² orang yang kau anggap rendah.
Dan ingatlah Ketika seseorang menunjukkan jari pada orang lain, dia harus ingat bahwa keempat jarinya menunjuk pada dirinya sendiri..!

2025-01-20

2

Fadilah

Fadilah

lawan aja Zua kalo ada yang merendahkanmu d rumah itu, toh ini bukan kemauan dan kesalahanmu kan. jangan mau d rendahkan Zu tunjukkan kepada mereka semua

2025-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2 Ep 2 Menikah?
3 Ep 3 Ganra mabuk
4 Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5 Ep 5 Tidak rela
6 Ep 6 Tidak sengaja menguping
7 Ep 7 Pengen pulang
8 Ep 8 Aku bukan anak-anak
9 Ep 9 Berencana kabur
10 Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11 Ep 11 Kantor Ganra
12 Ep 12 Bunga Dwiyani
13 Ep 13 Segera menikah
14 Ep 14 Kabur lagi
15 Ep 15 Sindiran Dian
16 Ep 16 Ganra tengil
17 Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18 Ep 18 Calon istriku
19 Ep 19 Berbagi air liur juga
20 Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21 Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22 Ep 22 Burung
23 Ep 23 Sinting!
24 Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25 Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26 Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27 Ep 27 Truth or Dare
28 Ep 28 Ciuman pertama
29 Ep 29 Mimpi Ganra
30 Ep 30 Minum milikku saja
31 Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32 Ep 32 Dasar mesum
33 Ep 33 Ciuman kedua
34 Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35 Ep 35 Bulan madu?
36 Ep 36 Menikah
37 Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38 Ep 38 Perkara bra
39 Ep 39 Perjalanan bulan madu
40 Ep 40 Ingin main
41 Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42 Ep 42 Foreplay
43 Ep 43 Foreplay 2
44 Ep 44 Gol
45 Ep 45 Bermain lagi
46 Ep 46 Mau aku mandikan?
47 Ep 47 Kabar buruk
48 Ep 48 Pulang
49 Ep 49 Pemakaman
50 Bab 50 Kekacauan
51 Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52 Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53 Bab 53 Cemburu
54 Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55 Bab 55 Kembali ke kampus
56 Bab 56 Kantor
57 Bab 57 Rencana jahat Bunga
58 Bab 58 Paparazzi?
59 Bab 59 Perintah ibu mertua
60 Bab 60 Mengobati Dante
61 Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62 Bab 62 Ganra cemburu
63 Bab 62 Ganra cemburu
64 Bab 63 Kekesalan Bunga
65 Bab 64 Cemburu lagi
66 Bab 65 Main di kantor
67 Bab 66 Butik
68 Bab 67 Bunga si tukang caper
69 Bab 68 Zua cemburu
70 Bab 69 Main lagi
71 Bab 70 Gosip tentang Bunga
72 Bab 71 Main berlima
73 Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74 Bab 73 Mual
75 Bab 74 Hamil
76 Bab 75 Tidak sengaja nguping
77 Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78 Bab 77 Hukuman
79 Bab 78 Acara kantor
80 Bab 79 Kesal pada Bunga
81 Bab 80 peringatan Ganra
82 Bab 81 Masalah Narin
83 Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84 Bab 83 Pemutusan kontrak
85 Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86 Bab 85 Makan di pinggir jalan
87 Bab 86 Saling menggoda
88 Bab 87 Perubahan ibu mertua
89 Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90 Bab 89 Memeriksa cctv
91 Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92 Bab 91 Di manjakan istri
93 Bab 92 Positif HIV
94 Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95 Bab 94 Interogasi
96 Bab 95 Bunga makin nekat
97 Bab 96 Apa-apaan ini?
98 Bab 97 TOLONG!
99 Bab 98 bertahanlah
100 Bab 99 Kepanikan Ganra
101 Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2
Ep 2 Menikah?
3
Ep 3 Ganra mabuk
4
Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5
Ep 5 Tidak rela
6
Ep 6 Tidak sengaja menguping
7
Ep 7 Pengen pulang
8
Ep 8 Aku bukan anak-anak
9
Ep 9 Berencana kabur
10
Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11
Ep 11 Kantor Ganra
12
Ep 12 Bunga Dwiyani
13
Ep 13 Segera menikah
14
Ep 14 Kabur lagi
15
Ep 15 Sindiran Dian
16
Ep 16 Ganra tengil
17
Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18
Ep 18 Calon istriku
19
Ep 19 Berbagi air liur juga
20
Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21
Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22
Ep 22 Burung
23
Ep 23 Sinting!
24
Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25
Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26
Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27
Ep 27 Truth or Dare
28
Ep 28 Ciuman pertama
29
Ep 29 Mimpi Ganra
30
Ep 30 Minum milikku saja
31
Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32
Ep 32 Dasar mesum
33
Ep 33 Ciuman kedua
34
Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35
Ep 35 Bulan madu?
36
Ep 36 Menikah
37
Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38
Ep 38 Perkara bra
39
Ep 39 Perjalanan bulan madu
40
Ep 40 Ingin main
41
Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42
Ep 42 Foreplay
43
Ep 43 Foreplay 2
44
Ep 44 Gol
45
Ep 45 Bermain lagi
46
Ep 46 Mau aku mandikan?
47
Ep 47 Kabar buruk
48
Ep 48 Pulang
49
Ep 49 Pemakaman
50
Bab 50 Kekacauan
51
Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52
Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53
Bab 53 Cemburu
54
Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55
Bab 55 Kembali ke kampus
56
Bab 56 Kantor
57
Bab 57 Rencana jahat Bunga
58
Bab 58 Paparazzi?
59
Bab 59 Perintah ibu mertua
60
Bab 60 Mengobati Dante
61
Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62
Bab 62 Ganra cemburu
63
Bab 62 Ganra cemburu
64
Bab 63 Kekesalan Bunga
65
Bab 64 Cemburu lagi
66
Bab 65 Main di kantor
67
Bab 66 Butik
68
Bab 67 Bunga si tukang caper
69
Bab 68 Zua cemburu
70
Bab 69 Main lagi
71
Bab 70 Gosip tentang Bunga
72
Bab 71 Main berlima
73
Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74
Bab 73 Mual
75
Bab 74 Hamil
76
Bab 75 Tidak sengaja nguping
77
Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78
Bab 77 Hukuman
79
Bab 78 Acara kantor
80
Bab 79 Kesal pada Bunga
81
Bab 80 peringatan Ganra
82
Bab 81 Masalah Narin
83
Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84
Bab 83 Pemutusan kontrak
85
Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86
Bab 85 Makan di pinggir jalan
87
Bab 86 Saling menggoda
88
Bab 87 Perubahan ibu mertua
89
Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90
Bab 89 Memeriksa cctv
91
Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92
Bab 91 Di manjakan istri
93
Bab 92 Positif HIV
94
Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95
Bab 94 Interogasi
96
Bab 95 Bunga makin nekat
97
Bab 96 Apa-apaan ini?
98
Bab 97 TOLONG!
99
Bab 98 bertahanlah
100
Bab 99 Kepanikan Ganra
101
Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!