Ep 8 Aku bukan anak-anak

Tante Laya sudah pergi setelah mengantarnya ke ruangan kakek Barasta. Kini Zua sudah berdiri didepan meja kerjanya kakek tua tersebut. Dan ternyata di dalam sana ada orang lain juga. Bukan sekretarisnya kakek Barasta, tapi pria yang sudah dua hari ini tidak ia lihat. Siapa lagi kalau bukan Ganra.

Lelaki itu sedang duduk dengan memangku kakinya di sofa sudut kiri ruangan. Zua sesekali mencuri-curi pandang ke arah pria itu yang juga sedang menatap ke arahnya. Tatapan tajam dan mengintimidasi itu sungguh membuat Zua merasa tidak nyaman. Kenapa juga pria itu harus berada di ruang kerja kakek Barasta? Darimana dia datang?

"Zua, katanya kamu mau bicara dengan kakek, katakanlah." kakek Barasta yang duduk di kursi putar tersebut mengangkat suara. Zua kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Gadis itu mengangguk.

"Aku ingin pulang ke rumah mama." katanya. Ganra yang sudah tak melihat ke arahnya lagi dan lebih memilih fokus ke iped-nya kembali mengangkat wajah menatap gadis itu.

"Kenapa, apa kau tidak merasa nyaman di rumah ini? Apa yang membuatmu tidak nyaman? Apa fasilitas yang kakek berikan kurang?" tangan Zua melambai-lambai ke udara.

"Tidak kek, bukan seperti itu. Hanya saja aku merasa lebih nyaman tinggal di rumah mama." jujurnya. Ia tidak sadar Ganra yang duduk di sudut sana sedang tersenyum miring padanya.

"Zua, maaf. Tapi kakek tetap harus menyebut ini. Mama kamu sudah meninggal. Dan kamu sudah tahu bukan kakek telah berjanji pada mamamu akan mengurusmu dengan baik seperti cucu kakek sendiri. Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga ini. Kamu harus tinggal di sini. Itu adalah takdir kamu. Kakek juga tidak bisa membiarkanmu tinggal sendirian di rumah lama kamu. Terlalu beresiko. Apalagi kamu perempuan. Tidak lama lagi pernikahanmu dan Ganra akan segera dilaksanakan. Sebaiknya kamu tinggal di sini saja." ucap kakek Barasta dengan suara penuh wibawa. Zua tidak tahu mau bicara apa lagi. Kalau begini caranya, dia akan susah kabur. Jadi apa yang harus dia lakukan?

"Tapi aku ..."

"Kamu kenapa?

"Ada yang ingin aku ambil di rumah." kata Zua beralasan.

"Oh, kalau itu alasannya Ganra bisa mengantarmu ke rumahmu. Hari ini dia sedang santai."

Ya ampun. Zua merutuk dalam hati. Kenapa harus laki-laki itu sih yang mengantar? Memangnya tidak ada yang lain? Kan pembantu sih kakek ada banyak, kenapa harus pria itu?

"Ganra, kau antar calon istrimu ke rumahnya bisa kan? Sekalian ajak dia jalan-jalan biar kalian makin akrab."

Sama seperti Zua, di ujung sana Ganra juga sedang menahan kekesalannya. Kenapa harus dia? Dasar gadis merepotkan. Memangnya dia tidak punya kaki untuk pergi sendiri?

Ingin rasanya Ganra berteriak dia tidak mau mengantar gadis itu, sayang sekali dia tidak bisa. Karena dia sudah setuju untuk menikah dengan gadis itu, ia tidak punya alasan untuk menolak. Akhirnya hanya bisa setuju. Pria itu lalu berdiri dari sofa dan melangkah mendekati Zua, berhenti ketika dirinya berada tepat disamping gadis itu. Matanya turun ke bawah.

Ia tersenyum remeh. Gadis ini sangat mungil. Tingginya hanya sampai sebahunya. Benar, apa saja yang berhubungan dengan gadis itu selalu kecil. Entah kenapa Ganra merasa terhibur meledek gadis itu dalam hati.

"Ayo," katanya menatap Zua kemudian berbalik keluar lebih dulu.

"Kami pergi dulu kek." pamitnya lalu berbalik mengikuti Ganra.

                                   

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mobil sport merah milik Ganra meluncur meninggalkan halaman rumah mewah keluarga Barasta. Sepanjang perjalanan tak ada satupun di antara keduanya yang memulai pembicaraan. Ganra fokus menyetir, sedang Zua memilih melihat ke arah jalan. Suasana dalam mobil terlalu canggung. Jadi lebih baik pura-pura lihat jalan saja.

"Berapa umurmu?" kemudian Zua mendengar pria itu bicara. Dia tidak menyimak tadi jadi tidak sempat dengar apa yang dikatakan Ganra.

"Apa?" ia melirik Ganra dan bertanya balik. Pria itu mendengus pelan.

"Aku tanya berapa umurmu?" ulangnya.

"Dua puluh tahun."

Tuhkan masih kecil. Batin Ganra. Perbedaan umur mereka delapan tahun. Terbilang jauh dengan umur Ganra yang sudah berusia dua puluh delapan tahun. Pria itu lalu tertawa remeh, mengundang rasa jengkel Zua yang melihatnya.

"Kenapa tertawa?" ia tahu pasti lelaki itu sedang menertawainya.

"Karena aku akan menikahi perempuan yang masih anak-anak." sahut Ganra santai.

Mata Zua sukses melotot lebar. Anak-anak? Sialan.

"Aku bukan anak-anak asal kau tahu , orang Amerika di umur tujuh belas tahun sudah dianggap dewasa, sudah tinggal terpisah dengan orangtua, bahkan ada yang sudah punya anak!" katanya kesal. Lagi-lagi Ganra tertawa remeh.

"Memangnya kau orang Amerika?" balasnya dengan nada mencemooh. Sesekali ia melirik gadis itu.

Zua menutup matanya dalam-dalam. Tenang Zua tenang, jangan terpancing emosi.

"Terserah padamu. Yang pasti umur dua puluh tahun bukanlah usia yang masih anak-anak seperti kata-katamu." cetusnya. Tapi sepertinya pria yang sedang menyetir itu senang sekali membuatnya kesal. Karena kalimat pria itu selanjutnya sungguh-sungguh membuatnya kesal bukan main, sampai tidak bisa berkata-kata.

"Tapi kau terlihat anak-anak di mataku. Itumu saja belum tumbuh." Ganra menunjuk dada Zua dengan dagunya. Terang saja kedua tangan Zua cepat-cepat terangkat menutupi daerah itu. Dasar mesum.

"Ini hanya tertutupi kaosku yang kebesaran. Dadaku sudah tumbuh." balas Zua refleks, saking kesalnya. Ganra sontak tertawa. Lucu juga. Baiklah, sekarang dia menikmati menggoda gadis ini. Tanpa pikir panjang, pria itu menghentikan mobilnya sebentar dipinggir jalan dan menatap Zua dalam-dalam, sengaja menunjukkan tatapan nakalnya.

"Benarkah? Mana aku lihat?" godanya sambil memajukan wajahnya dan menunduk ke bagian dada Zua. Jelas Zua dengan cekatan mendorong laki-laki itu menjauh. Wajahnya memerah karena malu sekaligus kesal.

"Kenapa malu, lagipula kau juga akan segera menjadi istriku. Semua yang ada pada dirimu adalah milikku. Termasuk tubuhmu." kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Ganra. Pria itu bahkan terheran-heran ada apa dengannya. Kenapa bersama gadis ini dia jadi aneh begini dan sering tidak bisa menahan diri untuk menggodanya?

Lalu keadaan berubah menjadi hening. Zua sangat malu. Apalagi mendengar kalimat Ganra, membuatnya makin malu. Apa-apaan? Memangnya dia barang? Dia tidak akan menjadi milik siapapun. Tapi kenapa dia malu sekali hanya karena kalimat Ganra yang ia tahu hanya sekedar menggodanya saja.

Ganra berdeham. Memecah keheningan. Ekspresinya berubah datar seperti biasa lagi.

"Sudahlah, aku tidak akan menggodamu lagi." ucapnya lalu siap-siap menyetir lagi. Setelah itu sepanjang perjalanan menuju rumah Zua kembali hening.

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Suatu saat setelah Zua say milik lu, Lu pasti akan terkejut Dan takjub melihatnya 😂

2025-01-13

3

Ar Rasyha

Ar Rasyha

ayoo jawab zua.... putar balik kata" ganrah ... ' kalo kau tau aku masi anak" kenapa kou tak menolak peejodohan ini ' ...../Proud//Proud//Proud/

2025-01-13

4

Aurora

Aurora

balok es mulai cair,pintu hatinya udah kebuka bang?🤭

2025-01-13

3

lihat semua
Episodes
1 Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2 Ep 2 Menikah?
3 Ep 3 Ganra mabuk
4 Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5 Ep 5 Tidak rela
6 Ep 6 Tidak sengaja menguping
7 Ep 7 Pengen pulang
8 Ep 8 Aku bukan anak-anak
9 Ep 9 Berencana kabur
10 Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11 Ep 11 Kantor Ganra
12 Ep 12 Bunga Dwiyani
13 Ep 13 Segera menikah
14 Ep 14 Kabur lagi
15 Ep 15 Sindiran Dian
16 Ep 16 Ganra tengil
17 Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18 Ep 18 Calon istriku
19 Ep 19 Berbagi air liur juga
20 Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21 Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22 Ep 22 Burung
23 Ep 23 Sinting!
24 Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25 Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26 Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27 Ep 27 Truth or Dare
28 Ep 28 Ciuman pertama
29 Ep 29 Mimpi Ganra
30 Ep 30 Minum milikku saja
31 Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32 Ep 32 Dasar mesum
33 Ep 33 Ciuman kedua
34 Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35 Ep 35 Bulan madu?
36 Ep 36 Menikah
37 Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38 Ep 38 Perkara bra
39 Ep 39 Perjalanan bulan madu
40 Ep 40 Ingin main
41 Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42 Ep 42 Foreplay
43 Ep 43 Foreplay 2
44 Ep 44 Gol
45 Ep 45 Bermain lagi
46 Ep 46 Mau aku mandikan?
47 Ep 47 Kabar buruk
48 Ep 48 Pulang
49 Ep 49 Pemakaman
50 Bab 50 Kekacauan
51 Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52 Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53 Bab 53 Cemburu
54 Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55 Bab 55 Kembali ke kampus
56 Bab 56 Kantor
57 Bab 57 Rencana jahat Bunga
58 Bab 58 Paparazzi?
59 Bab 59 Perintah ibu mertua
60 Bab 60 Mengobati Dante
61 Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62 Bab 62 Ganra cemburu
63 Bab 62 Ganra cemburu
64 Bab 63 Kekesalan Bunga
65 Bab 64 Cemburu lagi
66 Bab 65 Main di kantor
67 Bab 66 Butik
68 Bab 67 Bunga si tukang caper
69 Bab 68 Zua cemburu
70 Bab 69 Main lagi
71 Bab 70 Gosip tentang Bunga
72 Bab 71 Main berlima
73 Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74 Bab 73 Mual
75 Bab 74 Hamil
76 Bab 75 Tidak sengaja nguping
77 Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78 Bab 77 Hukuman
79 Bab 78 Acara kantor
80 Bab 79 Kesal pada Bunga
81 Bab 80 peringatan Ganra
82 Bab 81 Masalah Narin
83 Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84 Bab 83 Pemutusan kontrak
85 Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86 Bab 85 Makan di pinggir jalan
87 Bab 86 Saling menggoda
88 Bab 87 Perubahan ibu mertua
89 Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90 Bab 89 Memeriksa cctv
91 Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92 Bab 91 Di manjakan istri
93 Bab 92 Positif HIV
94 Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95 Bab 94 Interogasi
96 Bab 95 Bunga makin nekat
97 Bab 96 Apa-apaan ini?
98 Bab 97 TOLONG!
99 Bab 98 bertahanlah
100 Bab 99 Kepanikan Ganra
101 Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Ep 1 nyonya muda keluarga Barasta?
2
Ep 2 Menikah?
3
Ep 3 Ganra mabuk
4
Ep 4 Jangan terlalu membencinya
5
Ep 5 Tidak rela
6
Ep 6 Tidak sengaja menguping
7
Ep 7 Pengen pulang
8
Ep 8 Aku bukan anak-anak
9
Ep 9 Berencana kabur
10
Ep 10 Ukuranku terlalu besar
11
Ep 11 Kantor Ganra
12
Ep 12 Bunga Dwiyani
13
Ep 13 Segera menikah
14
Ep 14 Kabur lagi
15
Ep 15 Sindiran Dian
16
Ep 16 Ganra tengil
17
Ep 17 Kau tidak pakai bra?
18
Ep 18 Calon istriku
19
Ep 19 Berbagi air liur juga
20
Ep 20 Berendam air panas atau berenang?
21
Ep 21 Yang merah terlalu seksi
22
Ep 22 Burung
23
Ep 23 Sinting!
24
Ep 24 Kau sudah tahu ukurannya kan?
25
Ep 25 Pakai sendiri atau aku pakaikan?
26
Ep 26 Kau lebih diperlukan di sini
27
Ep 27 Truth or Dare
28
Ep 28 Ciuman pertama
29
Ep 29 Mimpi Ganra
30
Ep 30 Minum milikku saja
31
Ep 31 Kau yakin bilang aku bocah?
32
Ep 32 Dasar mesum
33
Ep 33 Ciuman kedua
34
Ep 34 Aku tidak suka berbagi
35
Ep 35 Bulan madu?
36
Ep 36 Menikah
37
Ep 37 Aku tidak akan menggigit
38
Ep 38 Perkara bra
39
Ep 39 Perjalanan bulan madu
40
Ep 40 Ingin main
41
Ep 41 Kau tidak bisa menyentuh anak-anak
42
Ep 42 Foreplay
43
Ep 43 Foreplay 2
44
Ep 44 Gol
45
Ep 45 Bermain lagi
46
Ep 46 Mau aku mandikan?
47
Ep 47 Kabar buruk
48
Ep 48 Pulang
49
Ep 49 Pemakaman
50
Bab 50 Kekacauan
51
Bab 51 Kau mencintai Ganra?
52
Bab 52 Jangan menyalahkan siapa-siapa
53
Bab 53 Cemburu
54
Bab 54 Apa kau mencintaiku?
55
Bab 55 Kembali ke kampus
56
Bab 56 Kantor
57
Bab 57 Rencana jahat Bunga
58
Bab 58 Paparazzi?
59
Bab 59 Perintah ibu mertua
60
Bab 60 Mengobati Dante
61
Bab 61 Kau mau tahu rahasiaku?
62
Bab 62 Ganra cemburu
63
Bab 62 Ganra cemburu
64
Bab 63 Kekesalan Bunga
65
Bab 64 Cemburu lagi
66
Bab 65 Main di kantor
67
Bab 66 Butik
68
Bab 67 Bunga si tukang caper
69
Bab 68 Zua cemburu
70
Bab 69 Main lagi
71
Bab 70 Gosip tentang Bunga
72
Bab 71 Main berlima
73
Bab 72 panggilan dari kantor polisi
74
Bab 73 Mual
75
Bab 74 Hamil
76
Bab 75 Tidak sengaja nguping
77
Bab 76 Jangan coba-coba Claire
78
Bab 77 Hukuman
79
Bab 78 Acara kantor
80
Bab 79 Kesal pada Bunga
81
Bab 80 peringatan Ganra
82
Bab 81 Masalah Narin
83
Bab 82 Berita gembira untuk keluarga
84
Bab 83 Pemutusan kontrak
85
Bab 84 Habis perempuan itu, giliranmu
86
Bab 85 Makan di pinggir jalan
87
Bab 86 Saling menggoda
88
Bab 87 Perubahan ibu mertua
89
Bab 88 Sejak kapan kalian dekat?
90
Bab 89 Memeriksa cctv
91
Bab 90 Kalau aku pijitin di sini?
92
Bab 91 Di manjakan istri
93
Bab 92 Positif HIV
94
Bab 93 Rencana menghancurkan Zua
95
Bab 94 Interogasi
96
Bab 95 Bunga makin nekat
97
Bab 96 Apa-apaan ini?
98
Bab 97 TOLONG!
99
Bab 98 bertahanlah
100
Bab 99 Kepanikan Ganra
101
Bab 100 Siapa yang melakukan ini?
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!