Serra berbalik, ia terkejut mendapati Eric yang ada di kamarnya. Bahkan, pria itu bergerak menutup pintu dan menguncinya. Hanya ada mereka berdua di kamar ini, sepertinya Eric sudah tahu jika hanya Serra yang kembali ke kamar.
"Kenapa kamu memasang raut wajah begitu? Takut?"
"Keluar Eric!" Sentak Serra.
"Kenapa aku harus keluar? Bukankah kita kekasih, Serra?"
"Gilaa yah kamu?" Serra akan beranjak pergi. Namun, Erick justru menahan lengannya dan mengunci tubuhnya di tembok. Serra panik, ia benar-benar tak bisa menarik tangannya dari cengkraman Eric.
"Tak bisa mendapatkan ku, kamu justru menikah dengan saudaraku? Serra, tenyata kamu sangat licik. Demi dekat denganku, kamu rela menikah dengan Dean." Mendengar hal itu, Serra justru tertawa. Eric yang melihat Serra tertawa tentu saja bingung.
"Kalau dari awal aku tahu Dean masih saudaramu, aku tidak akan menikah dengannya dan harus kembali bertemu denganmu. Sayang saja, pria baik seperti Dean memiliki saudara cangcorang gatal seperti mu."
Eric memejamkan matanya sejenak sebelum kembali menatap Serra. Tatapannya terlihat teduh, tak tajam seperti tadi. Raut wajahnya seolah tengah menunjukkan betapa besarnya kerinduan yang dirinya alami saat ini. Rindu, pada wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu.
"Serra, kita masih bisa bersama. Kamu masih mencintaiku kan? Katakan, kita masih bisa dekat. Dean juga gak akan tahu, Tara ... aku hanya butuh anak dari dia. Aku ...."
PLAK!
Satu tangan Serra berhasil terlepas, wanita itu menampar kuat wajah Eric hingga membuat pipinya merah. Amarah Serra meledak-ledak, ia menatap penuh amarah pada Eric yang melepaskan cengkraman tangannya dan memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Serra.
"Kamu gak pantas berbicara seperti itu Eric! Titik penyesalanku, adalah menjalin hubungan denganmu! Kamu memang baik, sangat baik, sangking baiknya ... kamu jadi tidak waras! apa kamu pikir, dengan kamu punya anak bersama Tara lalu aku mau kembali denganmu karena pilihanku untuk childfree? Kamu salah besar! Alasan aku mengapa memilih childfree, karena banyak pria yang memiliki otak seperti mu! Minggir!"
Serra mendorong kuat tubuh Eric, ia kemudian melirik pria itu sebelum beranjak pergi. "Jaga bicaramu pada istri Tuan muda pertama."
Serra lalu beranjak pergi dengan langkah yang anggun. Dia meninggalkan Eric yang bertambah kesal karena perkataannya. Serra merasa tak takut dengan Eric, pria yang pernah membuat luka di hatinya. Ia tak membenarkan dirinya, hanya saja haruskah pria itu melakukan pengkhianatan di belakangnya?
Di meja makan, suasana tampak sedikit ramai dengan obrolan si kembar dan juga Yura. Keduanya ribut soal siapa yang duduk di samping Chio. Tapi untungnya, Chio mau duduk di tengah-tengah mereka. Pastinya, Leora mengalah dan duduk di samping Leona. Ketiganya tampak antusias mengambilkan sarapan untuk Chio yang merasa kebingungan dengan tingkah para tante kecilnya.
"Cudah banyak, cudah banyak. Nanti meledak pelutna Chio." Protes Chio saat adik dari Dean itu akan mengambilkan makanan lagi untuk nya.
"Tidak mungkin, perutmu akan melar tidak meledak. Kamu kurus sekali, jadi harus makan banyak biar gembul." Seru Leona.
Berbeda dengan Dean yang menunggu kedatangan Serra, ia merasa wanita itu sangat lama. Saat akan meneleponnya, kebetulan Serra telah kembali dengan membawa kotak susu di tangannya. Melihat kedatangan wanita itu, Dean pun protes kesal.
"Lama banget sih, ngapain aja?" Tanya Dean.
"Hanya membasmi cangcorang gatal. Oh ya, dimana aku bisa menyeduh susu Chio?"
Dean awalnya bingung dengan cangcorang gatal yang istrinya maksud. Namun, mendapat pertanyaan Serra, perhatiannya jadi teralihkan. "Berikan, aku akan meminta bibi membuatkannya."
Dean mengambil kotak susu itu, ia lalu memanggil pelayan yang ada di dekatnya. Ia lalu memberikan susu itu dan meminta pelayan tersebut membuatnya. Berbeda dengan Serra yang sempat melirik kedatangan Eric.
"Eric, kenapa wajahmu merah seperti itu?" Tanya Tara saat melihat suaminya datang dengan pipi yang merah.
"Hanya tak sengaja terjatuh." Jawab Eric sembari melirik ke arah Serra yang terlihat acuh padanya.
Nicholas memulai acara sarapan mereka, Serra dan Dean pun mengambil makanan yang ada. Mereka semua makan dengan nikmat, begitu juga dengan Chio yang sangat menyukai kentang goreng yang tersedia di sana. Belum lagi, di tambah roti bakar yang ada di piringnya. Ia sangat menyukainya.
"Kamu mau coba?" Tanya Serra menawarkan makanannya.
"Heum." Saat Dean akan meraih sendok Serra, istrinya itu lebih dulu menyuapkannya. Dean tentu kaget, ia syok dengan apa yang Serra lakukan padanya. Tubuhnya mendadak mematung, tatapannya terhenti pada kedua mata cantik wanita itu.
"Enak?" Tanya Serra sembari mengelus pipi Dean agar menyadarkan pria itu dari rasa kejutnya.
Dean mengangguk kaku, ia mengunyah makanan yang Serra suapkan ke mulutnya. Entah mengapa, hatinya mendadak berbunga-bunga. Apalagi, saat Serra mengelus pipinya. Hal tadi, membuat jantungnya berdegup kencang. Tak pernah Dean merasakan hal ini sebelumnya.
Berbeda dengan Eric yang justru panas melihat hal itu. Tatapan matanya memancar api kecemburuan, ia sampai tak sadar memegang erat sendok dan juga garpu yang ada di tangannya. Menyadari perubahan suaminya, Tara pun bertanya.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Tara menyadari perubahan sikap Eric.
"Aku kenyang!" Eric beranjak berdiri dan pergi begitu saja. Nicholas yang melihat kepergian putranya merasa aneh. Biasanya Dean yang melakukan hal seperti itu. Tapi kali ini, Eric lah yang melakukannya.
"Kenapa anak itu?" Tanya Nicholas pada istri pertamanya.
"Enggak tahu Mas, mungkin Eric lagi gak enak badan. Tara, samperin suamimu." Titah Alma pada menantunya.
Tara pun pergi menyusul Eric, ia juga tak tahu apa yang terjadi dengan suaminya itu. Serra yang melihatnya tersenyum puas, dia bukan maksud membuat Eric cemburu. Namun, ia ingin memperlihatkan pada Eric jika dirinya mampu bahagia setelah terlepas dari pria itu.
"Setelah sarapan, kamu ikut ke ruangan Papa, Dean." Titah Nicholas pada putra sulungnya itu.
"Heum." Jawab Dean dengan malas.
Mendengar hal itu, Alma tersenyum senang. Ia melirik ke arah Serra dan menyeringai. Melihat tatapan wanita paruh baya itu, tentunya membuat Serra heran. Nicholas pastinya akan membahas tentang Serra, makanya Alma merasa senang.
"Kenapa nenek sihir itu tertawa? Hih, sangat menyeramkan." Gumam Serra.
Selesai acara sarapan bersama, Serra tak kembali ke kamar lagi. Dia memilih menemani putranya bermain di halaman belakang Mansion dekat paviliun. Di sana, juga ada istri ketiga dan ke empat nicholas yang biasa meminum teh bersama. Untungnya, keduanya terbuka pada Serra yang termasuk orang baru dalam keluarga itu.
Berbeda dengan Dean yang harus mengobrol bersama Nicholas. Lagi dan lagi, Dean harus mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang kerja papa nya itu. Ruangan, yang sangat tidak dirinya sukai. Karana di ruangan ini, Nicholas selalu menginterogasinya.
"Anda mau bicara apalagi?" Tanya Dean dengan tatapan malas. Pria tampan itu melipat tangannya di depan d4da dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa yang ia duduki.
"Ceraikan istrimu,"
____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Alistalita
Heleh main ceraii cereii. Situ aja daripada cerai malah k4win mulu🤦♀️
Entah kena pelet apa mama Nessa sampai pernah dijadiin istri kedua.
Agak lain sih percaya sama Istri pertama, tapi nikah lagi dan lagi.
Tak kira pak tua pengendali semua orang, lah ternyata masih percaya sama Istri pertama. Yakin deh sebetulnya Alma tuh gak tulus, hanya mau hartanya saja.
Ayo Dean jujur saja soal keadaanmu, Sekaya2ny Tuan Nicholas gak ada apa2nya kalau gk ada kamu. buktinya yang nerusin perusahaan malah kamu bukan c Congcorang Eric..
2025-01-11
35
Aluna_21
Papi golong' vs om congcorang ternyata masih keluarga,, aku harap erik bukan putranya tuan nicholas,, tapi kelakuannya miripp sih
2025-01-11
6
achilla 82
ngawur aja pp nicholas nich, nyuruh" cerai,,,
gmn klo dean cerita klo dia terdeteksi g bs pnya anak? apakh bpknya itu akan ttp mnyuruh dean cerai? atau dia akan mnghancurkan dean?? sembarangan ini bpk tua,,,
2025-01-11
8