Keinginan yang sama

Serra mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia begitu emosi saat ini karena perkataan Eric tadi. Jenia sampai tak bisa mengeluarkan suara, ia mencengkram erat pegangan kursi dan memejamkan matanya. Ia merasa, nyawanya akan hilang setelah ini.

"Kurang ajar si Eric itu! Kadal bu.suk dasar! Seenaknya dia ngajak aku buat jadi simpanannya! DIa pikir aku ini wanita macam apa hah?!" Kesal Serra.

"Ra, jodohku masih nyangkut di lain hati. Tolonglah, jangan kayak gini." Cicit Jenia, ia mencoba membuka matanya dan melirik ke arah sahabatnya itu.

"Kalau dia gak setuju yaudah! Tinggal putus, kenapa harus nikah diam-diam. Biar aku mau gitu jadi selingkuhannya? Dasar orang gilaa!" Greget Serra

Jenia meneguk kasar lud4hnya, ia menutup mulutnya saat merasakan mual di perut nya. "Serra, aku mual."

"Hah?! Bentar, bentar. Ada minimarket di depan." Serra menghentikan mobilnya tepat di depan mini market yang tadi ia tunjuk.

Setelah mobil terhenti, bergegas Jenia turun. Sebelum menutup pintu, ia berbalik dan menatap ke arah Serra. "Pulang duluan sana, aku mau naik ojek aja."

"Beneran?" Tanya Serra ragu.

"Beneraaan! Aku gak mau naik mobil orang putus cinta! Bisa ma.ti k0ny0l! Udah sana, nanti malam kita video call aja!"

"Ooh oke." Serra melajukan mobilnya kembali. Meninggalkan Jenia yang berada di minimarket itu.

"Eh, aku lupa minta tagihan bayaran tuh papan bunga sama pasangan kadal itu! Mana lumayan lagi, buat beli seblak seminggu." Gumam Jenia sembari menepuk keningnya.

Sementara itu, Serra masih menyetir mobilnya menuju rumahnya. Ia menatap jalanan dengan mata berkaca-kaca. Sejenak, Serra mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Tak ada yang mau menikah denganmu!"

"Tak ada yang mau menikah denganmu!"

"Tak ada yang mau menikah denganmu!"

"ARRGHH!" Serra melempar kaca matanya, ia mencoba memukul kepalanya agar suara bising itu tak lagi dia dengarkan.

"Memangnya menikah bagian penting dalam hidupku?! Tidak! Cinta? Cinta itu bisa ma.ti kapan saja, ayolah ... ngapain bersedih karena pria seperti dia. Tinggal buka lagi penangkaran buaya yang sempat di tutup." Gumam Serra sembari menarik sudut bibirnya.

Serra melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tadinya ingin pulang ke rumahnya, tetapi jalanan tiba-tiba macet. Tak ada sama sekali ruang, bahkan mobil di depannya tak bergerak sama sekali. Serra pun lalu membuka kaca mobilnya, ia bertanya pada penjual minuman yang berdiri di pembatas jalan.

“Pak, ada apa ini? Kok macet?” Tanya Serra.

“Di depan ada kecelakaan neng.”

“Ooh gitu, ya sudah makasih Pak!” Serra kembali menutup jendela mobilnya. Sejenak, ia berdiam diri dan menatap sekitar.

“Lewat gang aja deh.” Serra melihat sebuah gang dengan ukuran jalan yang bisa di masuki oleh dua mobil. Takut macetnya akan memakan waktu lama, Serra memutuskan untuk melewati gang itu. Siapa tahu, di ujung sana ada jalan tembusan lain.

“Coba dulu deh, hoki-hokian kan yah.” Gumam Serra.

Mobil Serra melaju perlahan, Untungnya keadaan gang sepi. Ia pun melajukan mobilnya dengan hati-hati. Dalam hatinya ia merasa khawatir, takutnya mobilnya justru mendapati jalan buntu dan akan menyulitkannya. Tapi semoga saja tidak.

Tiba-tiba, Serra menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang terdapat plang bertuliskan panti asuhan. Sejenak ia terdiam, kata-kata Eric kembali terngiang di pikirannya. Serra memutuskan untuk turun dari mobilnya, ia lalu berjalan pelan mendekati pintu. Belum sempat ia sampai, tiba-tiba seorang wanita paruh baya keluar dan memergokinya.

“Eh, ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya.

Serra sempat kaget, tapi ia merubah ekspresinya dengan cepat. “Saya hanya ingin datang berkunjung, sekalian mau donasi juga.” Ujat Serra. Ia juga tidak tahu mengapa datang ke panti ini. Hatinya seolah terketuk ingin tahu tentang panti tersebut.

“Oh begitu, mari masuk Bu.” Serra mengangguk saat dipersilahkan masuk. Ia mengikuti ibu panti itu masuk ke dalam bangunan yang di jadikan panti. Memang tak besar tapi, menurut Serra tempatnya sangat nyaman.

Suara berisik anak-anak memasuki gendang telinga Serra. Keadaan cukup ramai, banyak sekali anak di panti asuhan itu. Umurnya juga bervariasi, tetapi beberapa juga ada yang sudah remaja.

“Maaf yah Bu, anak-anak lagi ramai.”

“Oh iya, enggak papa. Saya justru senang datang kesini dan lihat keseruan mereka.” Balas Serra.

“Disini total ada tiga puluh anak, paling besar usia delapan belas tahun. Paling kecil tiga tahun, baru masuk tiga harian ini.”

“Oh gitu? Mereka sudah tidak ada orang tuanya atau ....”

Ibu panti itu tersenyum, ia tahu maksud dari Serra. “Ada yang sudah tidak punya orang tua, ada yang di buang karena tidak di inginkan, yah ... begitu lah.”

Serra masih menatap ke sekitar, beberapa anak menyapanya dengan ramah. Serra merasa kasihan pada anak-anak itu. Mengapa ada orang tua yang tega membuang anak mereka? apa salah anak mereka? Serra merasa miris melihat kehidupan anak-anak itu yang menjadi korban akan keegeoisan orang tua mereka.

“Kalau gak siap punya anak ngapain punya anak coba. Yang jadi korban kan anak-anaknya, taunya cuman bikin doang.” Batin Serra.

Serra memainkan ponselnya, ia memesan makanan sebagai hadiah untuk anak-anak itu. Lalu, ibu panti mengajaknya mengobrol di ruang tamu. Serra menurut, ia mengikuti ibu panti itu. Keduanya pun. Berbincang santai, sampai pesanan yang Serra pesan tiba.

“Bu, saya pesan makanan untuk anak-anak.”

“Astaga Mba, terimakasih banyak. Anak-anak pasti senang ini.” Ucap ibu panti.

Serra tersenyum, ia mulai membantu ibu panti untuk membagikan makanan yang dia pesan. Semuanya tampak senang, padahal hanya makanan biasa saja. Nasi dan ayam dengan brand nama yang terkenal. Melihat kesenangan mereka, Serra pun ikut tersenyum.

“Ada yang belum dapat?” Tanya Serra. Namun, anak-anak di hadapannya sudah dapat semuanya. Sampai, tatapan Serra jatuh pada seorang anak yang paling kecil di antara mereka berada di barisan paling belakang. Anehnya, bukannya maju untuk mengambil makanan yang Serra berikan anak itu justru mundur dan terlihat kesulitan.

“Itu Chio, sebentar.” Ibu panti menghampiri anak bernama Chio itu. Lalu ia menggendongnya dan membawanya mendekat pada Serra.

“Mba, ini anak yang paling kecil. Dua minggu lalu dia sama orang tuanya terlibat kecelakaan. Motornya di tabrak truk, orang tuanya meninggal dan sudah tidak ada keluarga lagi. Jadi, dia di titipkan disini. Tangannya patah, kakinya juga luka tapi sedang dalam proses penyembuhan.” Terang ibu panti memperkenalkan anak yang tengah ia gendong.

Sejenak, Serra mengamati anak itu. Wajah Chio terlihat takut dan tak nyaman. Seolah, anak itu tak mau menatapnya. Wajahnya juga terlihat lesu, tubuhnya kurus. Entah mengapa, saat anak itu menatapnya jantung Serra berdebar kencang.

“Hai, Tante punya coklat. Mau coklat?” Chio mengangkat pandangannya, dia menatap Serra yang memberikan coklat padanya.

“Nah, ambil.” Ibu panti mengarahkan tangan Chio. Tapi, sepertinya anak itu ragu.

“Gak papa, ambil sayang.” Ucap Serra, ia menempatkan coklat itu di tangan kecil Chio.

“Maaf, apa dia tidak bisa bicara?” Tanya Serra karena sejak tadi tak ada suara yang keluar dari mulut Chio.

Ibu panti menggeleng, “Dia bisa bicara, hanya memang pendiam saja. Saat pertama kali datang kesini dia sempat berteriak histeris mencari orang tuanya. Tapi untungnya, sekarang dia tenang.”

Serra menganggukkan kepalanya, pasti ada rasa trauma di hati anak itu. Walaupun umurnya masih kecil, tapi tentu saja dia mengingat kejadian yang paling menyakitkan. Entah anak itu mengerti atau tidak jika orang tuanya sudah tidak ada, Serra merasa kasihan padanya.

“Bu, sudah sore. Saya pamit pulang dulu yah, kapan-kapan ... saya main lagi kesini.”

“Oh iya Mba Serra, hati-hati yah. Mari, saya antar kedepan.” Ibu Panti mengantar Serra sampai di teras. Ia tetap berdiri di sana sampai Serra masuk ke dalam mobilnya.

Sebelum melajukan mobilnya, Serra lebih dulu melambaikan tangannya. Chio juga menatapnya, tatapan anak itu terlihat polos. Serra memutuskan pandangannya, ia mulai melajukan mobilnya pergi. Namun, dari spion mobilnya ia masih menatap Chio yang menatap ke arah kepergiannya.

"Anak yang menggemaskan." Gumam Serra dengan senyuman manis di bibirnya.

.

.

.

Dean memasuki mobilnya, ia memukul kepalanya dan membenturkannya ke stir mobilnya. Tadinya ia hanya ingin mengecek kesehatan, ia juga mengajukan beberapa keluhan tentang dirinya. Tak menyangka, dokter malah memvonis ke hal yang paling tak pernah ia pikirkan.

“Bagaimana bisa? Aku seperti sehat-sehat saja, kenapa bisa aku mandul.” Batin Dean.

Tok!

Tok!

Dean menatap lemas ke arah jendela mobilnya, ia menurunkan kaca setelah melihat pria berjas putih yang mengetuk jendela mobilnya. Dia seolah tak ada tenaga lagi untuk meledek orang yang kini bersandar di jendela mobilnya.

“Kenapa? Hasilnya udah keluar?” Tanya pria berjas dokter itu.

Dean menyerahkan hasil pemeriksaannya pada pria yang merupakan sepupunya itu. Dengan cepat, pria itu meraihnya dan melihatnya. Sama hal nya dengan Dean, dia sungguh syok melihatnya. Tak menyangka, jika hasilnya akan seperti itu.

“Dean, tapi kamu tenang aja. Ini masih bisa di sembuhkan, masih bisa di obati. Tapi emang makan waktu dan hasilnya ... kita gak bisa pastikan. Apa salahnya usaha dulu kan?”

“Mario, hal itu akan sia-sia aja. Aku akan sulit punya anak dan mungkin bahkan tidak pernah bisa! Siapa yang mau nikah sama pria mandul seperti ku?!” Sentak Dean frustasi.

Mario menghela nafas pelan, “Menurutku ya ... kamu adopsi anak aja si. Sampai berjalannya waktu kamu bertemu wanita yang nerima kekuranganmu, kehidupanmu akan sama aja. Lengkap,”

“Ngaco!” Dean tertawa hambar, tak mungkin ada wanita yang mau dengannya. Namun, tiba-tiba Dean terpikirkan sesuatu.

“Kalau aku mati, yang warisin hartaku siapa dong? Masa situ? Gak sudi aku.”

“Astaga nih anak masih mikir warisan. Ya makanya, adopsi aja! Kamu punya penerus, yah walaupun bukan darah daging tapi setidaknya kehidupanmu juga gak hambar-hambar banget lah.” Dean terdiam, ia seolah tengah mencerna perkataan sepupunya itu.

“Dari pada di cecar terus sama Tante minta cucu. Kalau mau, aku cariin deh anak adopsi di panti asuhan! Gimana? Oke gak?” Dengan ragu, Dean menganggukkan kepalanya.

“Nah gitu kek!”

Terpopuler

Comments

Aluna_21

Aluna_21

Erik tuh cinta sama kamu ra,, tapi caranya salah mau enaknya aja. dapat anak dari tara terus sepertinya lanjut nikah lagi sama kamu,, bikin jengkel

2025-01-06

8

Aluna_21

Aluna_21

Gak apa' Serra berarti semesta sayang padamu, makanya erik laki' yg kamu pernah cintai dibukakan kelakuan jeleknya

2025-01-06

15

Ita rahmawati

Ita rahmawati

iya juga sih klo gk mau tinggal putusin aja kn mestinya tp erick tuh masih cinta sm serra dn dia butuh anak makanya bgtu solusi terbaik menutut erick 🤣
dean ucullagi galau sedih malah sempet² nya mikirin yg warisin hartanya,,tp ya emang itulah ya mgkn yg ada dipikiran pertama kali kalo kita tau² di vonis mandul bgtu 🤔🤣

2025-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Dua keinginan yang berbeda
2 Keinginan yang sama
3 Kita nikah aja deh!
4 Hadiah untuk mama
5 Bocah pemikat hati
6 Keluarga heboh
7 Pengangguran premium
8 Kekesalan Serra
9 Pertanyaan mama mertua
10 Hati yang berdebar
11 Aku mendapatkan kebahagiaan ku
12 Pembalasan Dean
13 Tuan Muda pertama
14 Jangan dekat dengan siapapun disini!
15 Keterkejutan Serra
16 Tidak ada yang boleh menghiina istriku!
17 Tak sengaja
18 Cangcorang gatal
19 Pilihan saya menikahinya
20 Sang penyelamat
21 Ingin mencintaimu
22 She's My Wife!
23 Apa aku boleh memintanya?
24 Pembelaan Mama Nessa
25 Kedua Mama yang heboh
26 Jamu rahasia
27 Malam panjang
28 Terima kasih sudah menjaganya untukku
29 Harapan mama Nessa
30 Kecewa dalam harap
31 Mas suami
32 Cemburunya Dean
33 Pesona istri Tuan muda pertama Arkatama
34 Ini bukan soal cinta
35 Asal ketakutan Serra
36 Gara-gara si kambing
37 Godaan Serra
38 Suami saya bau duitnya kenceng yah?!
39 Hak waris
40 Tentang kehilangan
41 Cucu kesayangan
42 Kakek celaaaaam!
43 Bayi malang
44 Salahku?
45 Aku ingin kamu malam ini!
46 Keputusasaan Dean
47 Lepaskan!
48 Kemarahan Dean
49 Keanehan Serra
50 Semakin aneh
51 Dean sakit?
52 Dua garis merah
53 Aku tidak mau hamil!
54 Permohonan Dean
55 Perjuangan membujuk istri
56 Keterlaluan?
57 Kehamilan simpatik
58 Nasehat baik Mario
59 Cangcorang gatal
60 Kekhawatiran Tara
61 Mood ekstrim bumil
62 Tawa yang sulit terulang kembali
63 Mana ci kambing?!
64 Tetangga Eror
65 Malam yang manis
66 Darling!
67 Siapa?
68 Jangan salahkan dia
69 Perhatian suami idaman
70 Kedatangan Nicholas
71 Chio mau pindah ke cebelah Oma!
72 Jangan menangis sayang!
73 Si gembul
74 Cerita Papa mertua
75 Jangan usik milikku!
76 Pulang
77 Kemarahan Nicholas
78 Celaaaam!
79 Tendangan buah hati
80 Sulit di artikan
81 Bahagia nya Dean
82 Kehebohan Jenia
83 Akibat yang di dapat
84 Kehancuran Eric?
85 Kehebohan si gembul
86 Gara-gara es krim
87 Penolakan Dean
88 Penganggulan plemium!
89 Belanja kebutuhan bayi
90 Tak dapat menghindar
91 Tragedi
92 Berusaha menolong
93 Tingkah Chio
94 Penangkapan Alma
95 Perhatian Nessa
96 Amanat Nicholas
97 Chiara Kalea Arkatama
98 Bayi cantik
99 Adekna Chiooo!
100 Kedatangan Kelvin
101 Papaku ....
102 Kok calah Chio!
103 Untung nda jadi cali pacal buat Oma!
104 Dua saudara
105 Abang kuliiil!
106 Tak merebut kebahagiaan orang lain
107 Hadiah untukmu
108 Biar bebas!
109 Telcangkuuuut!
110 Perkara si kambing
111 Hampir
112 Masih egois
113 Si dua gembul
114 Hamil lagi?
115 Menerima
116 Ternyata keponakan
117 Rahasia Chio
118 Manjanya Papi Dean
119 Hari yang di tunggu
120 Kehangatan yang di impikan
121 Kebahagiaan yang sempurna
122 Keluarga yang hangat
123 Anak angkat
124 Cemburunya Chiara
125 Berondong atau hot papi?
126 Kepanikan Jenia
127 BUKAN UPDATE
128 Teman Chio
129 Kemarahan Serra
130 Merasa aneh
131 Teguran Serra
132 Cerita Chiara
133 Pernikahan Mario Jenia
134 Keributan pasutri baru
135 Maliooooo!
136 Mencari tahu keberadaan Rajendra
137 Menolong
138 Perhatian yang di harapkan
139 Tak bisa memaksakan
140 Ending terbaik
141 Bonchap satu
142 Bonchap dua
143 Cinta yang kamu pilih (Promosi)
144 Bonchap Tiga
145 Bonchap empat
146 Limaaaa
147 Enaaam
148 Tujuuuh
149 Bonchap delapan
150 Bonchap sembilan
151 Bonchap akhir DERA
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Dua keinginan yang berbeda
2
Keinginan yang sama
3
Kita nikah aja deh!
4
Hadiah untuk mama
5
Bocah pemikat hati
6
Keluarga heboh
7
Pengangguran premium
8
Kekesalan Serra
9
Pertanyaan mama mertua
10
Hati yang berdebar
11
Aku mendapatkan kebahagiaan ku
12
Pembalasan Dean
13
Tuan Muda pertama
14
Jangan dekat dengan siapapun disini!
15
Keterkejutan Serra
16
Tidak ada yang boleh menghiina istriku!
17
Tak sengaja
18
Cangcorang gatal
19
Pilihan saya menikahinya
20
Sang penyelamat
21
Ingin mencintaimu
22
She's My Wife!
23
Apa aku boleh memintanya?
24
Pembelaan Mama Nessa
25
Kedua Mama yang heboh
26
Jamu rahasia
27
Malam panjang
28
Terima kasih sudah menjaganya untukku
29
Harapan mama Nessa
30
Kecewa dalam harap
31
Mas suami
32
Cemburunya Dean
33
Pesona istri Tuan muda pertama Arkatama
34
Ini bukan soal cinta
35
Asal ketakutan Serra
36
Gara-gara si kambing
37
Godaan Serra
38
Suami saya bau duitnya kenceng yah?!
39
Hak waris
40
Tentang kehilangan
41
Cucu kesayangan
42
Kakek celaaaaam!
43
Bayi malang
44
Salahku?
45
Aku ingin kamu malam ini!
46
Keputusasaan Dean
47
Lepaskan!
48
Kemarahan Dean
49
Keanehan Serra
50
Semakin aneh
51
Dean sakit?
52
Dua garis merah
53
Aku tidak mau hamil!
54
Permohonan Dean
55
Perjuangan membujuk istri
56
Keterlaluan?
57
Kehamilan simpatik
58
Nasehat baik Mario
59
Cangcorang gatal
60
Kekhawatiran Tara
61
Mood ekstrim bumil
62
Tawa yang sulit terulang kembali
63
Mana ci kambing?!
64
Tetangga Eror
65
Malam yang manis
66
Darling!
67
Siapa?
68
Jangan salahkan dia
69
Perhatian suami idaman
70
Kedatangan Nicholas
71
Chio mau pindah ke cebelah Oma!
72
Jangan menangis sayang!
73
Si gembul
74
Cerita Papa mertua
75
Jangan usik milikku!
76
Pulang
77
Kemarahan Nicholas
78
Celaaaam!
79
Tendangan buah hati
80
Sulit di artikan
81
Bahagia nya Dean
82
Kehebohan Jenia
83
Akibat yang di dapat
84
Kehancuran Eric?
85
Kehebohan si gembul
86
Gara-gara es krim
87
Penolakan Dean
88
Penganggulan plemium!
89
Belanja kebutuhan bayi
90
Tak dapat menghindar
91
Tragedi
92
Berusaha menolong
93
Tingkah Chio
94
Penangkapan Alma
95
Perhatian Nessa
96
Amanat Nicholas
97
Chiara Kalea Arkatama
98
Bayi cantik
99
Adekna Chiooo!
100
Kedatangan Kelvin
101
Papaku ....
102
Kok calah Chio!
103
Untung nda jadi cali pacal buat Oma!
104
Dua saudara
105
Abang kuliiil!
106
Tak merebut kebahagiaan orang lain
107
Hadiah untukmu
108
Biar bebas!
109
Telcangkuuuut!
110
Perkara si kambing
111
Hampir
112
Masih egois
113
Si dua gembul
114
Hamil lagi?
115
Menerima
116
Ternyata keponakan
117
Rahasia Chio
118
Manjanya Papi Dean
119
Hari yang di tunggu
120
Kehangatan yang di impikan
121
Kebahagiaan yang sempurna
122
Keluarga yang hangat
123
Anak angkat
124
Cemburunya Chiara
125
Berondong atau hot papi?
126
Kepanikan Jenia
127
BUKAN UPDATE
128
Teman Chio
129
Kemarahan Serra
130
Merasa aneh
131
Teguran Serra
132
Cerita Chiara
133
Pernikahan Mario Jenia
134
Keributan pasutri baru
135
Maliooooo!
136
Mencari tahu keberadaan Rajendra
137
Menolong
138
Perhatian yang di harapkan
139
Tak bisa memaksakan
140
Ending terbaik
141
Bonchap satu
142
Bonchap dua
143
Cinta yang kamu pilih (Promosi)
144
Bonchap Tiga
145
Bonchap empat
146
Limaaaa
147
Enaaam
148
Tujuuuh
149
Bonchap delapan
150
Bonchap sembilan
151
Bonchap akhir DERA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!