Tarikan kuat di lengan tangannya membuat Katarina terkejut bukan main. Tubuhnya yang semula duduk bersila di atas sofa sampai berdiri di buatnya.
Ingin rasanya Katarina protes dengan perlakuan kasar seseorang, namun suaranya tercekat di tenggorokan saat melihat wajah penuh amarah dan penampilan Brendan yang jauh dari kata baik-baik saja. Terlebih tatapan tajam bak elang milik laki-laki itu mampu membungkam bibir Katarina.
Tak ada seuntai kata yang Brendan ucapkan saat tatapan mereka berdua bertamu. Ia justru menarik Katarina menuju ke kamar wanita itu, tanpa peduli jika tarikannya yang kasar dapat melukai Katarina.
Ia buka dan tutup pintu kamar dengan kasar, menimbulkan suara dentuman keras yang membuat Katarina menjadi was-was. Rasa takut pun kini menjalar di dalam diri Katarina saat tubuhnya terpelanting kasar keatas kasur karena dorongan yang diberikan oleh Brendan.
"A---Apa yang akan kamu lakukan?" Suara Katarina terbata dengan intonasi yang sangat lirih sembari tubuhnya memberingsut ke belakang. Ia benar-benar takut dengan situasi yang terjadi saat ini. Pikirannya pun tak bisa ia ajak bekerjasama kala melihat tatapan mata Brendan semakin mengelap. Ia takut dirinya akan dihabisi oleh Brendan saat ini juga. Katarina belum mau mati, sehingga sebisa mungkin ia akan melindungi dirinya sendiri dari amukan Brendan yang mungkin sebentar lagi akan menyakiti tubuhnya.
Brendan masih enggan membuka suara. Ia diam, namun tangannya kini bergerak membuka kaos putih yang ia kenakan tanpa mengalihkan tatapannya dari Katarina yang sebentar lagi mungkin akan menangis. Ia lempar kaos itu ke sembarang arah, lalu dengan gerakan secepat kilat, ia menarik salah satu kaki Katarina yang sudah tampak jauh dari jangkauannya.
"Tolong, jangan bunuh aku. Aku mohon," ucap Katarina dengan bibir bergetar. Tubuhnya pun tak berhenti bergerak, mencoba untuk melepaskan cengkraman tangan Brendan dari kakinya. Tapi sayangnya, cengkraman itu cukup kuat dan bukannya dirinya bisa lepas dari genggaman Brendan, Katarina justru merasakan sakit yang teramat sangat di pergelangan kakinya.
"Diam!" bentak Brendan yang sama sekali tak dihiraukan oleh Katarina. Wanita itu masih memberontak tanpa peduli rasa sakit yang ia rasakan.
Dan pemberontakan itu semakin menyulut emosi Brendan. Ia melepaskan cengkeramannya, membiarkan Katarina merangkak bahkan berlari dari jangkauannya.
Katarina terus berlari dan tujuannya kali ini adalah pintu kamar. Ia berusaha untuk membuka pintu tersebut namun sayangnya, ia tak berhasil. Pintu itu sudah di kunci oleh Brendan dan ia tak tau dimana laki-laki itu menyembunyikan kuncinya.
Dengan perasaan kalut, Katarina berubah haluan menuju ke kamar mandi. Mungkin disana satu-satunya tempat persembunyian yang aman dari Brendan.
Ia tutup rapat pintu kamar mandi tak lupa ia kunci dari dalam. Tubuh Katarina terasa begitu lemas, ia mengedarkan pandangannya, mencari tempat untuk ia gunakan bersembunyi.
Mata Katarina berhenti tepat di sudut ruangan. Disana terdapat celah antara gorden dan bathub yang bisa menyembunyikan tubuhnya dari kejaran Brendan.
Katarina berusaha menyembunyikan tubuhnya dengan semaksimal mungkin di celah tersebut. Berharap jika Brendan berhasil masuk kedalam kamar mandi, ia tak bisa menemukan keberadaannya. Bahkan ia sempat berandai-andai jika kaca yang berada di kamar mandi tersebut bisa ia buka, ia akan keluar tanpa peduli jika cuaca yang sangat ekstrim di luar sana akan membunuhnya. Tapi sayangnya kaca itu merupakan kaca tanam yang tak bisa ia buka sama sekali. Mau ia pecahkan pun juga tidak bisa ia lakukan karena di dalam ruangan itu ia tak menemukan benda yang bisa ia gunakan untuk memecahkan kaca tersebut.
Maka dari itu mau tak mau Katarina harus bisa memanfaatkan celah tersebut. Ia duduk meringkuk dengan tubuh yang bergetar hebat. Satu tetes air mata pun kini membasahi pipinya bertepatan dengan turunnya butiran salju yang cukup lebat di luar sana.
Katarina menatap salju-salju itu dengan harapan dia masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidup esok hari. Turunnya salju itu semakin tebal hingga menutup penglihatan Katarina dari pemandangan di luar sana.
Air matanya pun semakin mengalir deras saat ia mendengar dobrakan. Beberapa kali dobrakan itu terjadi hingga terdengar pintu terbuka dengan keras yang membuat Katarina refleks menutup mulutnya untuk mencegah suara isak tangisannya keluar.
Suara langkah kaki menambah suasana semakin mencekam bagi Katarina. Sampai dirinya di kejutkan dengan gorden yang ia jadikan sebagai penutup tubuhnya, tersingkap. Dengan takut-takut Katarina menengadahkan kepalanya menatap sosok menyeramkan bagi Katarina saat ini.
"Tolong lepas!" teriak Katarina kala lengannya kembali menjadi sasaran cengkraman Brendan. Tubuhnya di paksa berdiri oleh laki-laki itu, dan tanpa rasa perikemanusiaan, Brendan menyeret tubuh Katarina yang masih berusaha memberontak.
"Lepas! Aku mohon lepaskan aku! Aku tidak mau dibunuh! Aku masih mau hidup!" Jerit Katarina.
"Sabrina tolong!" Jeritan Katarina kali ini berhasil membuat Brendan berhenti berjalan. Ia menolehkan kepalanya kearah Katarina dengan tatapan membunuhnya.
"Jangan sebut nama istriku, jika kamu benar-benar tidak ingin mati sekarang juga!" perintah Brendan penuh ketegasan. Dari raut wajahnya, Brendan terlihat masih sangat marah dengan keputusan dan perintah yang istrinya itu berikan kepadanya. Sehingga ia melampiaskan kemarahannya itu kepada Katarina yang tak tau akar masalah dari mereka berdua.
Katarina menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Jangan! Jangan bunuh aku!" ucap Katarina yang diabaikan oleh Brendan. Laki-laki itu justru kembali melangkah, hingga mereka berdua berada di sisi ranjang. Untuk yang kedua kalinya, Brendan mendorong tubuh Katarina. Namun kali ini laki-laki itu langsung menarik kaki Katarina lalu ia borgol masing-masing kaki itu dengan borgol yang ternyata sudah dipasang di dua sudut dipan yang berbeda. Hingga kini kedua kaki Katarina terbuka lebar. Wanita itu pun juga sudah tidak bisa bergerak kemanapun, ditambah dengan kedua tangannya yang dirantai menjadi satu diatas kepalanya.
"Jangan nikmati permainan ini dan jangan pernah kamu mengeluarkan suara menjijikkanmu itu ketika penyatuan nanti!" Perintah sudah di layangkan Brendan sebelum laki-laki itu memulai aksinya.
Brendan langsung merobek pakaian yang dikenakan oleh Katarina hingga tubuh Katarina kini polos tak memakai selembar benangpun.
Tak ada pemanasan yang terjadi seperti layaknya sepasang kekasih ataupun suami-istri bahkan sepasangan partner ranjang yang saling menguntungkan lainnya yang sering Katarina rasakan ketika akan melakukan hubungan badan, Brendan justru langsung masuk kedalam inti milik Katarina hingga menimbulkan rasa perih yang teramat sangat. Dan lagi-lagi tanpa mempedulikan perasaan ataupun fisik Katarina yang akan merasakan sakit akibat perbuatannya, Brendan justru mencepatkan tempo pinggulnya agar segera mencapai puncak dan permainan itu usai.
Sedangkan Katarina, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya, menahan erangan kesakitan ataupun desahan nikmat yang akan keluar dari bibirnya. Ia tampak pasrah dengan permainan kasar dari Brendan.
...****************...
Disisi lain, Sabrina kini berada di pusat perbelanjaan. Ia sedari tadi hanya duduk terdiam di salah satu meja restoran yang ia kunjungi. Makanan dan minuman yang sempat ia pesan pun tak ia sentuh sedikitpun.
Ia hanya diam terbengong dengan tatapan kosong yang mengarah ke kaca restoran yang memperlihatkan keadaan di luar sana yang tampak gelap gulita karena badai salju tengah terjadi. Satu tetes air mata kini meluncur dengan indah di pipinya kala ia merasakan sesak dan rasa sakit yang tiba-tiba melanda dadanya.
"Tidak apa-apa. Semua ini sudah menjadi keputusanmu. Rasa sakit dan sesak di dadamu ini hanya akan terjadi sebentar saja karena setelahnya akan tergantikan dengan kebahagiaan. Kamu kuat Sabrina. Kamu wanita kuat," gumam Sabrina sebagai penguat dirinya sendiri sembari tangannya yang kini memukul-mukul dadanya, berusaha mengurangi sesak yang semakin lama semakin sakit ia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Radya Arynda
sabar katrina,,, suatu saat dia akan menyesal,,
2025-01-10
3
Indar
duh kasar banget si kamu brendan 😒 sampai ketakutan begitu katrina
2025-01-10
2
Hany
kasihan juga Katrin yg jadi korbannya, karena keegoisan orang tua yg menuntut anak"mereka untuk segera punya anak
2025-01-13
2