Dia kemana?

Suasana masih sepi. Matahari baru saja terbit, cahaya pagi yang lembut menyinari taman. Alena duduk di sebuah bangku kosong, memandang jauh ke depan. Hanya ada suara angin sepoi-sepoi dan burung yang berkicau. Ia membuka catatan kecilnya, memegang pena dengan tangan yang agak gemetar. Wajahnya datar, kosong, seperti terperangkap dalam pikirannya sendiri.

"Kadang.. gue ngerasa hidup itu kayak mesin yang terus gerak nggak ada tujuan jelas. Kenapa harus ada perasaan kayak gini? Ini terlalu hampa, semuanya berjalan gitu aja, tanpa makna. Sedih.. Dan seneng gue.. terlalu datar."

Ia menulisnya di catatan kecilnya.

"Orang-orang berisik itu, adalah gue."

Dia menutup catatannya, menatap kosong ke depan, seolah tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Angin yang berhembus pelan menyapu rambutnya yang tertata rapi. Suasana pagi yang sunyi terasa semakin berat bagi Alena.

Alena tertawa kecil. "Gue nggak tau gue kenapa."

Alena menatap langit sejenak, melanjutkan perenungannya di taman yang sunyi.

Ini masih pukul 06.15,

"Gue pengen punya temen."

Alena terdiam beberapa detik, lalu suara getaran ponselnya memecah keheningan. Dia mengeluarkan ponsel dari tas, melihat nama papanya di layar. Dengan ragu, dia mengangkat panggilan itu. Suara papanya terdengar di ujung sana.

"Halo, sayang. Selamat pagi."

"Pagi pa."

"Kamu sudah sarapan? sudah siap-siap berangkat sekolah kan?''

"Iya."

"Alena, papa kangen banget sama kamu. Gimana kamu bisa kan ketemu papa? besok atau lusa kamu libur kan."

Alena menatap layar ponselnya dengan wajah datar. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan emosi yang mulai menggelegak. Perlahan, ia menekan tombol mikrofon, mengangguk meskipun tidak ada yang melihatnya.

"Iya pa, bisa."

Dia menutup mata sejenak, merasa perutnya bergejolak. Ada rasa malas dan keputusasaan yang terpendam dalam hatinya. Setiap kali papanya mengajaknya bertemu, entah kenapa rasanya seperti membuka luka yang belum sembuh. Alena tahu, pertemuan ini tidak akan mengubah apapun. Hanya sekedar formalitas, hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai orang tua dan anak.

"Papa lega denger nya. Gimana kabar mamamu?"

"Mama sangat baik, pa."

"Bagus kalo begitu.."

"Daddy..," terdengar suara anak kecil di ujung sana.

Rahang Alena mengeras. Matanya bahkan sudah memerah.

"Iya sayang— Alena maaf pap—"

Alena langsung mematikan panggilan itu. Alena menggenggam erat ponselnya, seakan mencoba menahan semua kenangan dan perasaan yang datang begitu saja. Angin pagi yang sejuk seakan tidak mampu meredakan kepedihan yang menggerogoti hatinya.

...----------------...

Suara langkah kaki mulai terdengar lebih ramai. Siswa-siswa mulai berdatangan, beberapa berbicara dengan teman, sementara yang lain terburu-buru menuju kelas. Alena menatap sekilas ke sekitar, merasakan suasana yang semakin hidup. Tanpa berkata apa-apa, dia berdiri perlahan dari bangku taman, merapikan tasnya. Pikirannya masih kacau, namun dia tahu sudah saatnya untuk beranjak.

Langkah kaki Alena terdengar tegas saat dia berjalan menuju pintu belakang sekolah, melewati kerumunan siswa yang semakin padat. Wajahnya tetap datar, meskipun di dalam hatinya perasaan hampa dan kebingungannya belum hilang.

Alena menarik napas panjang sebelum membuka pintu kelasnya. Saat pintu terbuka, suasana kelas yang ramai menyambutnya. Siswa-siswa sudah mulai duduk, beberapa bercakap-cakap, sementara yang lain sibuk menyiapkan buku. Alena melangkah masuk, di kursi, kursi yang selalu untuk dirinya sendiri.

...----------------...

Pelajaran pertama dimulai dengan Bu Merah berdiri di depan papan tulis, menjelaskan materi fisika dengan suara yang jelas dan tegas. Di antara suara penjelasan Bu Merah, Alena duduk diam, matanya mengikuti tulisan di papan, namun pikirannya terbang jauh. Ada sesuatu yang tidak beres, seperti ada ruang kosong dalam pikirannya yang sulit dijelaskan.

Alena secara refleks menoleh ke belakang, mencari sosok yang tak tampak. Ghost Riders duduk di bangku paling belakang, tetapi Kael tidak ada di sana. Hanya Luka, Ronan, Bayu, Ezra, dan Leo yang duduk di sana, berbicara di antara mereka sendiri. Alena merasa sedikit heran, meskipun ia berusaha menahan rasa ingin tahu itu.

"Dia nggak masuk?"

Alena menggelengkan kepala seolah mencoba mengusir pikiran itu. Ia kembali menatap papan tulis, tapi tidak bisa sepenuhnya fokus. Pikirannya teralihkan lagi, meski ia tidak ingin peduli.

"Gaya ini bisa berupa gaya gravitasi, gaya gesek, atau gaya lainnya. Contohnya, ketika kalian menekan meja, kalian memberikan gaya pada meja tersebut. Hukum ini mengatur bagaimana benda-benda merespons gaya yang diberikan. Intinya, tanpa gaya, tidak ada perubahan dalam gerak benda."

Bu Merah menyadari Alena tidak memperhatikan. Dia mengalihkan perhatian Alena dengan suara yang cukup tegas.

"Alena, tolong fokus mengikuti pelajaran. Ini penting untuk ujian nanti. Jangan biarkan pikiran kamu melayang kemana-mana."

Alena terkejut, buru-buru mengalihkan pandangannya ke papan tulis.

"Fokus, Alena. Pikirin pelajaran dulu. Itu lebih penting daripada mikirin hal yang nggak guna."

Bu Merah kembali melanjutkan penjelasannya, dan Alena berusaha menenangkan diri, menulis catatan dengan cepat, berusaha menyelaraskan dirinya dengan materi yang sedang diajarkan. Meski begitu, ada bagian dalam dirinya yang terus bertanya-tanya, kenapa Kael tidak ada di sini hari ini.

...----------------...

Pelajaran selesai dan suara bel berbunyi. Suasana kelas yang tadinya penuh dengan penjelasan Bu Merah kini mulai riuh dengan suara siswa-siswi yang bersiap untuk keluar. Ghost Riders mulai berdiri dari bangku mereka dan mulai bergerak menuju pintu keluar, namun sebelum mereka benar-benar pergi, Kael’s gang berhenti di meja Alena.

"Len. Besok lo mau belajar lagi atau engga?'' Tanya Luka.

"Iya belajar. Lo pada masih bodoh soal cinta."

Mereka tertawa kecil.

Kemana teman lo satu itu. Alena ingin menanyakan itu, tapi rasa gengsinya jauh lebih tinggi dibanding tinggi badan Kael.

"Oke deh, sampai jumpa besok ibu guru cinta."

Mereka berbalik dan mulai melangkah keluar dari kelas.

Alena menggerutu kesal. Sadar Alena, lo ngapain sih! Mau dia kemana pun itu bukan urusanLar

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!