Bintang utama

Bel tanda pelajaran dimulai berbunyi nyaring, memecah keramaian di kelas. Ibu Santi, guru Bahasa Indonesia, masuk dengan langkah tenang sambil membawa buku dan map di tangannya. Semua siswa segera duduk di tempat masing-masing, beberapa terlihat baru saja berkenalan atau mengobrol dengan teman lama.

"Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Bu!" Jawab mereka semua serempak.

Ibu Santi tersenyum dan menaruh buku serta mapnya di meja guru, sebelum berdiri di depan kelas. Semua mata tertuju padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Hari ini, kita akan memulai dengan diskusi kelompok. Materinya tentang analisis tokoh dalam cerita pendek. Saya ingin kalian membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Diskusi ini bertujuan agar kalian bisa memahami karakter tokoh lebih mendalam."

Siswa mulai bergerak, sebagian besar langsung mencari teman dekat mereka untuk membentuk kelompok. Ada yang berdiskusi dengan semangat, ada juga yang terlihat bingung mencari teman sekelompok. Kael dan Ghost Riders segera berkumpul dengan santai, sementara Alena tetap duduk diam di bangkunya, membuka buku dan menatap kosong ke depan.

"Gue benci tugas kelompok." Ucap Alena sedikit lirih.

Kael melirik ke Alena. "Gue ajak Alena."

Teman-teman saling pandang.

"Ini kah yang katanya penasaran? sampe seperduli itu?" Canda Luka.

Mereka semua tertawa, sementara Kael berjalan ke tempat duduk Alena.

"KittyCat, yok gabung sama kita."

Alena menutup bukunya perlahan, menatap Kael dengan ekspresi datar, hampir tidak terkejut.

"Nggak. Gue bisa kerja sendiri."

"Ini diskusi bukan ujian."

Alena menghela napas pelan dan kembali menatap Kael. "Gue se kasian itu kah?"

"Gue nggak kasian sama lo. Gue cuma mau lo gabung sama kita."

Ibu Santi mendengar percakapan mereka dari depan kelas ikut berbicara. "Kael, kamu sudah dapat kelompok? Kalau belum, ajak Alena. Jangan ada yang kerja sendiri."

Kael tersenyum lebar, mengangguk ke arah Ibu Santi.

"Tuh denger sendiri, KittyCat."

Alena hanya memutar bola matanya, tapi tak bisa berbuat banyak. Jelas saja Ia tidak senang dengan keadaan ini, tapi akhirnya dia bangkit dari tempat duduknya, membawa bukunya, dan duduk di kelompok Kael. Luka, Bayu, dan Ronan yang berada di sekitar Kael langsung menatapnya dengan senyum jahil.

"Selamat datang, ibu guru cinta." Sabut Bayu sambil tersenyum lebar.

Alena tersenyum tipis dan Kael melihat itu.

"Ayo, mulai!" Ucap Ronan dengan semangat.

Ronan, yang duduk di sebelah Kael, segera membuka buku dan mulai membaca bagian pertama cerita pendek yang akan mereka bahas. Alena memperhatikan sebentar, lalu mulai berbicara dengan nada serius.

"Kalau kita lihat dari karakter utama cerita ini, tokohnya jelas punya konflik internal. Mereka terjebak dalam dilema moral yang sulit diselesaikan. Misalnya, keputusan tokoh untuk... "

Kael dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama. Alena yang biasanya terkesan dingin dan tak terlalu peduli, tiba-tiba menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis tokoh dengan sangat detail. Luka yang semula tak terlalu tertarik mulai menatapnya lebih serius.

Alena dengan lancar menyampaikan pendapatnya, memberikan analisis yang cukup mendalam. Kael dan teman-temannya, meski dengan gaya santai, mulai lebih memperhatikan dan memberi tanggapan serius. Hanya sesekali mereka melontarkan candaan, tapi semua tahu bahwa diskusi ini lebih hidup berkat Alena.

"Lihat, Len. Lo ternyata pinter di pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi kita nggak perlu ngajarin lo pelajaran ini kan?" Ucap Ronan.

Alena menatap Ronan. "Tapi kalian masih perlu ngajarin gue di pelajaran lainnya dan gue masih akan ngajarin kalian tentang cinta, supaya kalian nggak bodoh-bodoh banget soal cinta."

Kael tertawa pelan, merasa suasana semakin menghangat, meski masih ada ketegangan di antara mereka. Namun, dalam hati Kael merasa senang, karena Alena mulai membuka diri, meski sedikit.

"Seneng bisa kenal lo, Alena." Ucapnya dalam hati.

Diskusi terus berlanjut, dengan Alena sebagai pusat perhatian, meskipun ia tidak menyadarinya. Di luar kelompok mereka, beberapa siswa sesekali melirik ke arah mereka, berbicara bisik-bisik tentang dinamika baru yang terbentuk di kelas ini.

...----------------...

Suasana kantin cukup ramai, para siswa berkerumun di meja-meja makan, ada yang tertawa, ada yang sibuk berbicara dengan teman, dan beberapa lainnya sibuk menikmati makanan mereka. Alena duduk di meja pojok, menikmati makanannya dengan tenang. Tiba-tiba, Bintang, yang baru dikenalnya kemarin, mendekat dengan senyum.

"Hai, Alena. Boleh gabung?"

Alena melirik sejenak, kemudian mengangguk pelan. Meski agak terkejut, ia tidak keberatan.

"Boleh."

Bintang duduk di hadapannya, dan mereka mulai mengobrol dengan santai. Alena merasa sedikit nyaman mengobrol dengan bintang. Pembicaraan mereka tidak terburu-buru, dan Bintang cukup tahu cara membuat Alena merasa lebih rileks.

"Makanan disini yang buat gue jatuh cinta sama sekolah ini." Canda Bintang sambil melahap makanannya.

"Gue juga cuma suka kantin ini dibanding gedung lainnya."

"Karena cuma disini yang ada makanannya."

Alena tertawa kecil.

"Gue tebak makanan favorite lo mie ayam?" Tebak Bintang.

Dengan mulut yang penuh, Alena mengacungkan jempolnya. Percakapan mereka terus mengalir dengan ringan, tanpa tekanan. Alena, yang biasanya cenderung lebih dingin, tidak merasa terbebani. Bahkan, ia mulai membuka sedikit lebih banyak tentang dirinya.

"Gue biasanya nggak terlalu suka ngobrol."

Bintang merasa bingung. Sedangkan Alena malah tertawa.

"Ya, karena gue nggak pernah punya temen." Lanjutnya.

"Sekarang lo punya temen, Alena."

Alena menggeleng. Gadis itu mengira itu sebuah pertanyaan.

"Maksud gue, gue bisa jadi temen lo sekarang."

Alena menatap Bintang dengan serius. "Gue nggak seru."

"Bahkan gue belum nyoba, dan lo udah bilang nggak seru."

"Terserah lo deh."

Bintang tertawa.

Tiba-tiba, suara gaduh dari arah pintu kantin membuat Alena sedikit terkejut. Ghost Riders baru saja masuk dengan penuh gaya, memecah ketenangan di sekitar mereka. Kael terlihat melangkah pertama, diikuti oleh Luka, Ronan, Bayu, Ezra, dan Leo yang tampaknya selalu memancarkan aura kehebohan.

Bintang melirik ke arah mereka. "Sekelas sama lo, kan?"

"Iya." Jawab Alena sedikit malas.

Ghost Riders langsung menuju meja yang agak jauh dari tempat Alena dan Bintang duduk. Mereka mulai memesan makanan dan duduk dengan gaya santai, tapi Kael sudah menyadari keberadaan Alena di meja itu. Ia melirik sesekali, merasa ada yang aneh dalam dirinya karena merasa tidak suka dengan keberadaan Bintang disana.

Sherly, yang tiba-tiba muncul dengan makanan di tangannya, melirik meja tempat Kael dan yang lainnya duduk. Dengan senyum ceria, ia langsung mendekat.

"Gue gabung ya."

Kael dan teman-temannya langsung menyambut dengan senyuman. Sherly duduk di sebelah Kael, masih dengan senyum lebar.

"Gimana kelas kalian? ada yang lebih pinter dari kalian?"

Ronan tertawa kecil, sambil menyendok makanannya. "Itu aja yang lo bahas, Sher."

Sherly mendengus kesal. "Gue takut kalian terbawa arus."

"Kita emang nakal kalo lo lupa." Sahut Luka.

"Bukan itu maksud gue."

Kael mengerti apa yang di maksud Sherly. "Makan, sher. Obrolan itu nggak bagus di bahas disini."

Sementara itu, di meja Alena dan Bintang, percakapan mereka terus berjalan lancar, meskipun beberapa mata sesekali melirik ke arah mereka. Alena terlihat sedikit lebih rileks, menikmati makanan dan percakapan tanpa gangguan.

"lo tau nggak kalau mereka sebenarnya nggak sebandel itu? Cuma image-nya doang yang bikin mereka kelihatan kaya bocah bandel."

Alena tersenyum tipis. "Iya Gue tau."

Bintang tertawa pelan, merasa nyaman berbicara dengan Alena yang ternyata lebih terbuka dari yang dia kira.

"Lo emang lebih chill dari yang orang lain pikir. Semoga kita lebih banyak ngobrol ya."

Alena hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Sedangkan Kael sedari tadi terus melirik ke arah Alena, melihat gadis itu tersenyum bahkan tertawa.

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!