Mie ayam

Suasana sekolah mulai sepi, beberapa siswa terlihat membereskan buku di kelas atau bersiap pulang. Alena memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan berjalan keluar dari kelas.

Baru beberapa langkah keluar, seorang pria menghampirinya.

"Hai, Alena kan?" Sapanya.

Alena berhenti dan menatap pria itu dengan sedikit terkejut, tapi tetap sopan.

"Iya. Kenapa, ya?"

"Gue nggak bikin masalah lagi kan?" Ucap Alena dalam hati.

"Nggak ada apa-apa, gue cuma mau kenalan. Gue sering liat lo jalan sendirian di koridor."

"Gue nggak punya temen, makanya selalu sendirian."

"Oh ya? Keren."

Alena menoleh. "Apanya yang keren dari nggak punya temen?"

"Keren, karena lo jadi bisa apa-apa sendirian, semua orang bakal ngira lo cewek mandiri." Jawab Bintang.

Alena diam.

"Gue salah ngomong ya?" Tanya Bintang.

Alena menggeleng cepat, "nggak! gue cuma lagi mikir aja, apa iya semua orang nilai gue begitu."

Belum sempat Bintang menjawab, Alena langsung bertanya pada pria itu.

"Lo kelas mana?" Tanya Alena.

"12 IPA 2."

"Kelas lo lebih unggulan di banding kelas gue, yang pastinya lo jauh lebih pinter."

Bintang tertawa pelan, dan mereka mulai berjalan bersama menyusuri lorong. Pembicaraan mereka berlangsung santai dan mengalir. Alena merasa cukup nyaman berbicara dengan Bintang, sesuatu yang jarang ia rasakan.

"Kelas gue nggak seru, terlalu ambis. Nggak ada bercandanya sedikit." Ucap Bintang.

Alena jadi teringat Ghost Riders, yang mana mereka lah yang membuat kelas sedikit lebih asik.

"Lo nggak ambis juga emang?"

"Setengah-setengah." Jawab Bintang.

"Maksudnya?" Bingung Alena.

"Setengah ambis, setengah enggak."

Alena tertawa mendengarnya.

Sementara itu, dari kejauhan, Ghost Riders baru keluar dari kelas mereka. Kael berjalan di depan, diikuti Luka, Ronan, dan yang lainnya. Tawa dan obrolan mereka langsung berhenti ketika mereka melihat Alena berbicara dengan Bintang di lorong.

Luka menyenggol Kael. "Bu guru cinta kita lagi ngobrol sama cowok."

Ronan tertawa kecil. "Fiks, posisi lo semakin menurun, El."

"Dari penerawangan gue sih, tuh cowok kutu buku. Pasti tipe Alena banget." Bayu ikut mengompori Kael.

Kael melirik mereka dengan malas, tapi tatapannya tetap tertuju pada Alena dan Bintang.

"Berisik, orang cuma ngobrol doang."

"Cuma ngobrol? Dari sini aja keliatan mereka cocok banget. Muka mereka aja kayak poster drama remaja." Cibir Ezra.

Luka tertawa lebih keras, menepuk bahu Kael.

"Lo nggak panas, El? Nggak mau nyamperin dan ngusir tuh cowok?"

Kael tersenyum kecil. "Ngusir? Nggak ada urusan sama gue. Kalau dia emang bisa bikin Alena ketawa, ya bagus."

Tapi dalam hati, Kael merasa ada sedikit ketidaknyamanan. Ia tetap menatap mereka dari jauh, matanya menyipit saat melihat senyum Alena yang jarang ia lihat sebelumnya.

Alena dan Bintang sampai di parkiran setelah obrolan mereka yang menyenangkan di sepanjang lorong. Bintang berhenti di dekat motornya dan menoleh ke Alena dengan senyum ramah.

"Ayo, bareng."

Alena terdiam sejenak, ragu. Dia merasa nyaman dengan Bintang, tapi ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin pulang bersama siapa pun hari itu.

"Makasih, tapi nggak usah. Gue pulang sendiri aja." Tolak Alena.

Bintang terlihat sedikit kecewa, namun ia tetap tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah kalo gitu gue duluan, ya."

Alena tersenyum tipis. "Iya hati-hati."

Saat Alena mulai melangkah meninggalkan parkiran, dari kejauhan, Kael yang tengah berdiri di dekat gerbang sekolah melihat interaksi mereka. Senyum tipis muncul di wajah Kael saat mendengar penolakan Alena. Ia seolah merasa sedikit lega, meskipun tidak ingin mengakuinya.

Alena mulai berjalan santai menyusuri trotoar, mencoba mengabaikan suara riuh yang terdengar dari belakang. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Nama "Papa" tertera di layar, dan hatinya langsung terasa berat.

Alena mengangkat teleponnya dengan wajah datar, mencoba menahan emosinya. Suara di ujung sana terdengar ceria, tapi bagi Alena itu justru membuatnya semakin kesal.

"Halo, Ale. Gimana kabar kamu?"

"Baik."

"Bagus kalo gitu, papa mau ngajak kamu ketemu. Papa kangen banget sama kamu."

Alena diam sejenak, gadis itu menghela napas pelan. "Ya, aku juga kangen."

"Gimana? kapan kamu punya waktu, sayang?"

"Nggak tau pa, banyak tugas sekolah."

"Tapi ada waktu buat papa kan? kita bisa jalan-jalan ke mall. Kamu bisa beli apapun yang kamu mau."

"Iya, nanti kita bicarain lagi."

Telfonan itu terasa panjang, membebani Alena, meskipun hanya percakapan singkat. Di tengah jalan, Alena memejamkan matanya, menahan emosi.

Alena akhirnya memutuskan telepon itu setelah beberapa menit. Ia merasa lega meskipun ada amarah yang masih tertinggal dalam dirinya.

"Setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar, tiba-tiba dateng setelah dia ngerasa semuanya udah baik-baik aja."

Alena menendang batu-batu kecil di jalan.

...----------------...

Alena memasuki warung mie ayam kecil yang terletak di pinggir jalan, tempat favoritnya untuk melampiaskan lapar sekaligus menenangkan diri. Udara sore yang sejuk membuatnya sedikit lebih rileks, dan aroma mie ayam yang khas menyambutnya saat ia duduk di meja dekat jendela. Ia memesan mie ayam seperti biasa, berharap makanannya bisa meredakan amarah yang masih tersisa dari percakapan dengan papanya.

"Cuma Mie ayam yang bisa bikin hati gue sedikit lebih baik." Ucap Alena dalam hati, sambil menunggu pesanannya datang.

Tiba-tiba, pintu warung terbuka dan seorang pria masuk. Dengan langkah santai, dia mendekati penjual dan memesan mie ayam.

"Mie ayam satu, buk." Ucap pria itu santai.

Alena terkejut saat mendengar suara itu, dan saat pria itu berbalik, ia langsung mengenalinya. Itu, Kael. Pria itu tersenyum sambil duduk di meja yang berada tepat di hadapannya.

Alena memandangnya dengan heran. "Ngapain lo di sini? Ini warung biasa, bukan tempat hangout lo." Ketus Alena.

Kael tersenyum santai. "Nggak ada larangan buat orang kayak gue makan di sini, kan?"

Alena mengangkat alisnya. "Lo.. Beneran suka mie ayam, apa cuma fomo doang?"

Kael tertawa kecil, menyandarkan punggung di kursi. "Gue emang lebih sering makan di tempat fancy, tapi mie ayam kadang lebih nikmat dan nggak bisa di tandingin dengan makanan lainnya."

"Gue nggak percaya!"

Kael menatap Alena dengan serius. "Kadang, yang sederhana itu yang paling pas."

Alena hanya diam, memandang Kael yang kini duduk di depannya. Ia merasa sedikit canggung, tapi tidak ingin menunjukkan kalau dia tertarik dengan percakapan itu.

"Jangan harap gue mau ngobrol sama lo. Gue nggak butuh teman ngobrol."

Kael memandangnya dengan santai, tanpa rasa terganggu. "Gue cuma pengen makan mie ayam. Kalau lo nggak mau ngobrol, ya nggak masalah. Tapi lo nggak bisa menghindar dari gue, karena lo nggak mungkin pergi sekarang ninggalin mie ayam lo kan?"

Alena hanya mendengus pelan, merasa sedikit jengkel dengan sikap Kael yang selalu santai menghadapi apapun.

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!