Terima kasih, Kael.

Alena membuka pintu kantor guru dan melangkah masuk. Suasana di dalam kantor terasa lebih sunyi dibanding lorong sekolah. Ia langsung menghampiri meja Bu Merah, yang sedang duduk sambil membaca beberapa kertas. Ketika melihat Alena datang, Bu Merah menghela napas pelan dan menatapnya dengan serius.

"Alena, duduk dulu." Ucap Bu merah dengan nada tegas, tapi lebut.

Alena menarik kursi di depan meja Bu Merah dan duduk dengan ekspresi datar, meski dalam hatinya merasa sedikit tegang. Bu Merah mengambil selembar kertas yang ternyata adalah hasil tugas fisika yang tadi dikerjakan di kelas. Ia meletakkannya di depan Alena.

"Ini nilai kamu dari tugas yang tadi. Saya nggak tahu apakah kamu sadar, tapi ini jauh di bawah rata-rata, Alena."

Alena melirik kertas itu, dan matanya membelalak kecil melihat angka di pojok kanan atas. Wajahnya sedikit memerah karena malu, tapi ia tetap berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang.

Bu Merah melanjutkan, dengan nada lebih lembut. "Bahkan dibandingkan dengan yang lain, nilai kamu yang paling kecil. Saya tahu kamu bisa lebih baik dari ini, Alena. Kamu cuma perlu usaha lebih."

Alena tidak menjawab, hanya menunduk sedikit sambil meremas jaket Kael yang ada di pangkuannya. Bu Merah melipat tangannya di meja, menatap Alena dengan penuh perhatian.

"Saya mau kamu perbaiki ini. Kamu nggak sendirian, Alena. Kamu bisa minta bantuan teman-teman sekelas kamu. Dan, kalau boleh saya sarankan, kamu bisa minta tolong Kael dan teman-temannya itu."

Alena langsung menatap Bu Merah dengan kening berkerut, jelas terkejut dengan saran itu.

"Maksud Ibu… Ghost Riders? Bukannya mereka cuma bikin ribut di kelas?"

Bu Merah tersenyum tipis, seperti sudah menduga respons itu. Ia menggeleng pelan sebelum menjawab.

"Kamu salah besar kalau hanya menilai mereka dari sikap mereka di kelas. Kael dan teman-temannya adalah siswa terpintar di kelas ini, bahkan di sekolah ini. Mereka hanya punya cara sendiri untuk mengekspresikan diri."

Alena terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. Ia tidak pernah membayangkan geng seperti Ghost Riders bisa begitu cerdas, kecuali Kael ia tahu kalo Kael adalah siswa terpintar dilihat bagaimana Kael membantunya kemarin. Namun, ia juga tahu tidak ada banyak pilihan lain untuk memperbaiki nilainya.

Bu Merah melanjutkan. "Coba bicarakan dengan Kael. Saya yakin dia mau membantu, dan saya percaya kamu bisa memperbaiki nilai kamu, Alena. Ini penting."

Alena menghela napas pelan, menatap kertas nilainya sebentar, lalu mengangguk kecil. Meski merasa ragu, ia tahu ia tidak bisa mengabaikan saran ini.

"Baik, Bu. Saya akan coba."

Bu Merah tersenyum puas, lalu mengembalikan kertas tugas itu ke Alena.

“Bagus. Saya tunggu hasilnya nanti. Jangan menyerah, Alena.”

Alena berdiri dari kursinya dan mengangguk sebelum berbalik meninggalkan kantor. Pikirannya penuh dengan kebingungan dan keraguan tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

...----------------...

Kael berjalan sendirian dengan langkah santai, tetapi wajahnya serius seperti biasanya. Dia menatap lurus ke depan, seperti tidak peduli dengan keramaian di sekitarnya. Namun, ekspresinya berubah saat ia melihat Alena berjalan cepat ke arahnya. Kael memperhatikan setiap gerakan gadis itu, matanya menyiratkan kepekaan yang luar biasa.

Alena mendekat dengan wajah yang tampak biasa saja, tapi Kael, entah bagaimana, langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres. Ia menghentikan langkahnya, menunggu Alena sampai di hadapannya.

Kael menatap Alena. "kenapa?"

Alena menghentikan langkahnya tepat di depan Kael, meremas jaket di tangannya. Dia menatap Kael dengan sedikit ragu, tapi akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Gue butuh bantuan lo." Ucap Alena dengan nada datar, tapi terdengar serius.

Kael mengangkat alis, sedikit terkejut. Dia jarang mendengar Alena meminta sesuatu, apalagi kepadanya. Namun, ia tidak menunjukkan kebingungannya terlalu lama.

Kael menyeringai kecil. "Bantuan? kayaknya gue lagi naik pangkat di daftar orang yang lo percaya, ya."

Alena mendesah pelan, sedikit kesal dengan nada santai Kael, tapi ia tetap melanjutkan.

"Gue butuh lo ngajarin gue fisika. Tugas tadi pagi… Nilai gue jelek. Gue disuruh bu merah perbaikin." Tegas Alena, tapi agak pelan.

Kael terdiam sejenak, ekspresinya berubah serius. Ia menatap Alena, mencoba membaca lebih jauh dari apa yang diucapkan gadis itu. Tapi tanpa banyak berpikir, ia langsung menjawab.

"Boleh."

Alena terkejut dengan respons cepat itu, ekspresinya sedikit melunak. Ia mengangguk pelan, merasa lega karena Kael tidak menjadi menyebalkan seperti biasanya.

Kael hanya mengangguk, lalu memberi isyarat dengan kepalanya.

"Perpustakaan. Biar lo fokus."

Kael dan Alena duduk di meja kecil yang cukup jauh dari keramaian. Alena mengeluarkan kertas tugasnya dan menyerahkannya pada Kael. Kael mengambil kertas itu, dan matanya sedikit melebar saat melihat angka kecil di sudut kertas. Namun, ia dengan cepat menutupi keterkejutannya dengan sikap santai.

"Yah, nggak separah yang gue kira. Tapi emang perlu kerja keras buat benerin ini." Ucapnya santai, mencoba meredakan suasana.

Alena mendengus pelan, merasa sedikit malu. Kael meliriknya sebentar, lalu menaruh kertas itu di atas meja. Ia mulai menjelaskan soal-soal dengan nada yang jelas dan mudah dimengerti. Kael menjelaskan setiap langkah dengan sabar, memastikan Alena memahami inti dari setiap soal.

"Oke, yang ini soal tentang gelombang elektromagnetik. Lo pasti udah tahu, kan, gelombang elektromagnetik itu terdiri dari berbagai macam jenis, dari sinar gamma sampai gelombang radio."

"Iya, tapi gue masih bingung tentang perbedaan antara frekuensi dan panjang gelombang." Ucap Alena.

Kael menyunggingkan senyum tipis, mulai menjelaskan. "Frekuensi itu jumlah getaran per detik, sementara panjang gelombang itu jarak antara dua titik terdekat yang memiliki fase yang sama. Jadi, kalau frekuensinya tinggi, panjang gelombangnya jadi pendek."

Kael menulis rumus di kertas. "Lo bisa pakai rumus v \= λ × f. Di sini, v itu kecepatan gelombang, λ panjang gelombang, dan f frekuensinya."

Alena mengangguk. "Jadi kalau kecepatan gelombangnya tetap, kalau frekuensinya naik, panjang gelombangnya bakal turun?"

Kael mengangguk. "Betul. Misalnya, cahaya tampak itu punya panjang gelombang sekitar 400 hingga 700 nm. Kalau lo ngerti konsep ini, lo bisa dengan gampang ngerjain soal-soal kayak gini."

Alena melihat soal berikutnya, mencoba mencocokkan dengan penjelasan Kael. "Jadi, soal ini nanya tentang gelombang radio dengan panjang gelombang 1,5 m. Kalau kecepatan gelombang radio itu 3 × 10⁸ m/s, berarti frekuensinya berapa?"

Kael langsung mengerjakan di kertas. "Lo tinggal pakai rumus yang tadi. v \= λ × f, jadi f \= v / λ."

Kael menulis langkah-langkahnya. "f \= (3 × 10⁸ m/s) / 1,5 m \= 2 × 10⁸ Hz."

Alena terkejut. "Jadi frekuensinya 2 × 10⁸ Hz?"

Kael tersenyum tipis. "Yap, kalau udah paham rumus dasar, soal apapun jadi lebih gampang. Itu kuncinya."

Alena menatap Kael dengan ekspresi yang lebih tenang. Ada rasa lega di wajahnya.

"Gue tau kalo gue ganteng."

Alena mendengus pelan.

"Thanks, Gue pikir lo bakal nyusahin."

Kael terkekeh pelan, lalu bersandar di kursi dengan santai. "Gue emang nyusahin buat orang lain, tapi kalau buat lo… mungkin pengecualian."

Alena mengerutkan kening, sedikit bingung dengan kata-kata Kael. Namun, ia memilih tidak mempermasalahkannya dan kembali fokus pada soalnya. Kael hanya tersenyum kecil sambil terus memperhatikan Alena.

Alena memandang soal-soal fisika yang sudah ia selesaikan, merasa cukup puas dengan pembelajarannya. Dia merapikan kertas dan kemudian menatap Kael dengan sedikit senyum di wajahnya.

"Gue udah ngerti sekarang."

Kael mengangguk dengan santai, sedikit tersenyum tipis. "Lo tau kan sekarang bakal ke siapa kalo perlu apa-apa."

Alena tidak menjawab. Matanya tertuju pada jaket Kael yang masih tergelatak di atas meja. Dia teringat kembali kejadian pagi tadi, dan akhirnya mengambil jaket itu.

"Oh ya, gue bakal cuci jaket lo dulu sebelum gue balikin."

Kael menoleh ke arah jaketnya, kemudian tersenyum kecil. "Iya, Ale."

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!