Dihukum bareng

Jam di meja menunjukkan pukul 6:30. Alena terbangun mendadak dengan mata melotot saat melihat jam.

Alena bangkit dari tempat tidur segera berlari ke kamar mandi. Suara air mengalir terdengar selama beberapa detik. Setelah itu, Alena keluar dengan rambut basah, buru-buru mengambil seragam dari lemari dan mengenakannya.

Alena berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya dengan cepat, lalu menyemprotkan parfum ke lehernya. Dia mengoleskan lip balm sembari setengah melompat untuk memakai sepatu.

Larasati berdiri di dekat meja makan dengan wajah masam, melihat Alena yang baru turun dengan langkah terburu-buru.

"Astaga! Kamu baru bangun sekarang? Mama udah bangunin kamu dari jam lima, loh! Kamu pikir sekolah itu tempat rekreasi?" Ucap Larasati dengan nada marah bercampur panik.

Alena mengambil roti dari meja makan sambil menyahut dengan cepat. "Ale tahu, Ma, tapi ale ngantuk banget tadi! Nggak usah marah dulu ya, kan ale udah siap sekarang."

Larasati menahan diri, menarik napas dalam. "Kamu itu kebiasaan banget! Udah, cepetan, Mama antar sekarang!"

Alena menggeleng cepat sambil mengunyah roti. "Nggak usah, Ma! Ale bisa jalan sendiri. Makasih rotinya!"

Alena langsung berlari keluar rumah, roti masih setengah di tangannya. Larasati berteriak dari pintu.

"Alena! Tunggu! Mama anter aja! Kamu bakal lebih telat kalo jalan kaki!" Teriak Larasati.

Alena menoleh sebentar sambil terus berjalan. "Nggak usah, Ma! Ale jalan kaki aja, oke!"

Larasati menggeleng frustrasi, berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang, melihat anaknya yang semakin menjauh.

"Dasar anak keras kepala. Telat begini masih sempet-sempetnya ngeyel!" Gumam Larasati kesal.

...----------------...

Jalanan basah dan becek karena hujan semalam. Alena terus berlari dengan tas menggantung di bahunya. Sesekali dia harus melompat untuk menghindari genangan air di lubang-lubang jalan.

Tiba-tiba, dari belakang, sebuah motor melaju kencang dan ban depannya menghantam genangan besar. Cipratan air mengenai Alena, membasahi seragamnya dengan air kotor.

Alena berhenti dan teriak kesal. "WOI, NGGAK LIAT JALAN KAH LO! MABOK YA LO!"

Motor itu berhenti beberapa meter di depan. Pengendaranya, seorang pria dengan helm hitam, menoleh. Dia mematikan mesin dan turun dari motor. Saat helm dilepas, terlihat wajahnya yang tampan dengan rambut sedikit berantakan.

"Maaf banget, gue nggak sengaja." Ucapnya dengan nada tenang sambil berjalan mendekati Alena.

Alena menghampirinya dengan langkah cepat, wajahnya penuh emosi.

"Nggak sengaja? Lo ngebut kayak pembalap terus bilang nggak sengaja? Nih liat, seragam gue basah semua! Gue udah telat, dan lo malah bikin makin parah!" Alena memakinya sambil menunjuk genangan yang tadi mencipratinya.

Pria itu tetap tenang, mukanya terlihat sangat tulus.

"Gue bener-bener minta maaf. Gue salah. Kalau lo mau, gue bisa anterin lo ke sekolah. Biar lo nggak makin telat."

Alena, yang awalnya penuh emosi, tiba-tiba terdiam sejenak. Ia menatap pria itu lebih dekat dan merasa sedikit terpesona.

"Gini nih baru gue suka. Udah ganteng, nggak nyolot, nggak balik marah-marah, nggak kayak kaleng jelek itu... Eh, ganteng si, tapi nyebelin."

Alena tiba-tiba sadar dengan gumamannya sendiri. Tanpa dia sadari, dia baru saja memikirkan Kael.

Pria tersenyum kecil, menunggu jawaban. "Jadi, gimana? Gue antar ya?"

Setelah ragu beberapa detik, Alena akhirnya mengangguk pelan.

Pria itu menghela napas lega. sambil memberikan helmnya untuk Alena. Alena naik ke motor dengan sedikit kikuk.

Alena mengingat kembali bagaimana Kael memasangkan helmnya kepalanya.

"Sial, kenapa gue jadi mikirin bocah itu." Alena menggerutu dalam hati.

Pria itu memacu motor dengan kecepatan stabil, sementara Alena diam sambil mencoba menahan rasa aneh di dadanya.

...----------------...

Kelas sudah hampir penuh, hanya beberapa kursi yang kosong. Salah satunya adalah bangku Alena. Kael, yang duduk di bangku paling belakang, melirik ke arah bangku tersebut dengan dahi berkerut.

"Telat?" Ucapnya dalam hati.

Kael mendesah pelan dan melirik ke jam di dinding. Bel masuk tinggal beberapa menit lagi. Dia berdiri dari kursinya, membuat geng Ghost Riders yang sedang ribut langsung memperhatikannya.

Luka menyipitkan mata, penasaran. "Lo mau ke mana?"

Bayu tertawa kecil. "Mau jemput si Aleeena?"

"Mau cuci muka. Udah, nggak usah ribet." Jawab Kael.

Tanpa menunggu respons lebih lanjut, Kael keluar dari kelas. Luka dan yang lainnya saling melirik, bingung dengan tingkah Kael.

Kael keluar dari pintu utama dan berjalan ke bawah pohon besar di dekat gerbang. Satpam sekolah berdiri tak jauh, menghitung mundur waktu sebelum gerbang ditutup.

"5 menit lagi, gerbang saya tutup! Kalau telat, urusan ke guru BK!" Tegas Satpam dengan suara keras.

Kael berdiri santai di bawah pohon, matanya terus memandang ke arah jalanan luar sekolah. Ia tak peduli pada suara satpam atau hitungan mundurnya.

"Gue yakin, dia dateng." Ucap Kael dalam hati sambil bersandar di pohon.

Dari kejauhan, Kael melihat sosok Alena yang dibonceng oleh seorang pria. Kael langsung berdiri tegak, ekspresinya berubah serius. Pria itu menghentikan motornya di depan gerbang. Alena turun sambil berusaha membuka pengait helm, tapi ia kesusahan. Pria itu membantu Alena membukanya.

Alena tersenyum kecil ke pria itu. "Thanks ya."

"Santai, sorry juga buat kejadian tadi ya."

Alena mengangguk.

Pria itu menoleh ke baju Alena yang kotor. "Baju lo?"

"Nggak apa-apa, ini bisa gue bersihin nanti."

"Oke gue duluan, ya."

Setelah pria itu pergi, Alena menghela napas lega. Namun, sebelum dia bisa melangkah masuk, suara seseorang membuatnya kaget.

"Baju lo kenapa?"

Alena langsung menoleh dan melihat Kael berdiri di depannya dengan tangan dimasukkan ke saku celana. Alisnya berkerut kesal.

"Lo ngapain di sini? Stalking gue?" Ucap Alena dengan nada tajam menunjuk Kael.

Kael tertawa kecil, mengangkat bahu. "Gue cuma nunggu orang telat. Dan bener aja, lo muncul dengan gaya grand entrance."

Sebelum Alena bisa membalas, suara gerbang sekolah ditutup keras oleh satpam.

"Udah telat, kalian ke guru BK dulu. Nggak ada masuk tanpa surat izin!"

Alena langsung memutar tubuh ke arah gerbang dengan wajah kesal.

Alena menggerutu sambil memijat pelipis.

"Gara-gara lo gue jadi tambah telat!"

Kael tertawa kecil, melipat tangan di dada.

"Lo sendiri yang nggak bisa bangun pagi."

Alena mendelik ke arah Kael, mendekat dengan tangan di pinggang. "Lo tuh... Ah, sebel gue liat muka lo!"

Kael sambil tetap tersenyum santai. "Santai aja kali kan kita temenan sekarang. Kita bisa nunggu guru BK bareng sekalian quality time."

Alena hanya menggerutu sambil duduk di bangku kecil dekat gerbang, menolak memandang Kael. Sementara Kael berdiri di dekatnya, tersenyum puas sambil sesekali melirik Alena yang masih kesal.

...----------------...

Di lapangan yang cukup luas, Kael dan Alena berdiri tegak dengan tangan di samping tubuh, menghormati tiang bendera sebagai bagian dari hukuman mereka setelah terlambat. Meskipun mereka tampak diam di luar, suasana tegang antara keduanya masih terasa jelas.

Kael dengan senyum nakal, berbicara pelan ke Alena sambil meliriknya. "Bahkan bendera pun jauh lebih semangat dari lo yang cemberut terus."

Alena masih diam, memutar bola mata dan berusaha mengabaikannya, namun mulutnya tetap terkatup rapat.

"Kapan lagi lo ngerasain di hukum bareng gue. Ini momen langkah."

Alena yang semakin jengkel, memegang erat tali tasnya. Dia berusaha menahan amarahnya, tapi Kael terus menggoda.

Kael tertawa pelan, tetap berbisik pada Alena. "Lo beneran nggak mau ngobrol sama gue? kita udah cocok jadi temen loh."

Alena yang sudah nggak tahan, menoleh ke Kael dengan tatapan tajam. Wajahnya memerah karena marah.

"Are you always this annoying? Like, seriously, lo kayak nyamuk yang nggak capek buzzing terus. Bisa nggak, lo diem sebentar!" Kesal Alena.

Kael terkejut sejenak dengan kata-kata Alena, memiringkan kepala dan terdiam beberapa detik.

Kael tertawa santai, mengangkat bahu dan kembali menatap Alena dengan senyum nakal. "Chill out, Ale. I was just joking. Lo terlalu meledak, harusnya lo seneng karena bisa kenal gue. Tapi gue suka lo ngomong gitu, nggak semua orang berani."

Alena merasa kesal karena Kael malah santai dan menikmati reaksi dari dirinya.

Alena menatap Kael tajam. "Lo nggak ada takut-takutnya Kael. Gue masih nggak ngerti kenapa lo bisa seenaknya ganggu orang."

Kael tersenyum lebar, lalu kembali melirik ke arah tiang bendera. "Gue cuma suka ngetes batasan orang, terutama lo. Ternyata seru juga."

Alena menahan napas, masih merasa kesal, namun juga tidak bisa menahan sedikit rasa bingung dan, mungkin, rasa tertarik yang mulai tumbuh karena sikap Kael yang tak terduga.

"Kenapa sih dia nggak bisa serius? Kenapa gue malah jadi... mikirin ini terus?" Ucap Alena yang setengah kesal dan setengah bingung.

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!