Perang kertas

Ghost Riders keluar dari kelas. Dikoridor yang riuh, suara tawa, dan canda memenuhi udara. Mereka berjalan santai menuju kantin. Ada Kael yang memimpin dengan langkah santai, diikuti Ronan yang asyik bercerita tentang momen lucu di kelas. Luka dan Bayu, dua teman lainnya, sibuk bercanda, saling goda tentang tugas yang belum selesai. Ezra dan Leo yang hanya mendengar candaan teman-temannya.

"Tadi di kelas, si Dedi jawab soal kimia, tapi tuh anak malah nyebut nama-nama bahan makanan. Gue sampe bingung, dia lagi ujian apa lagi buat dapur!" Ujar Ronan.

Kael tersenyum sambil menatap ke depan, pura-pura serius. "Itu sih bukan soal kimia, Itu namanya eksperimen kuliner."

Luka berjalan kedepan. "Kalian liat ekspresi Alena nggak tadi?"

Kael menoleh. "Kenapa?"

Mereka semua tertawa, melihat ekspresi tak biasa yang di tunjukan seorang Kael.

Bayu menyenggol Leo "Ada yang.."

Dengan kompak mereka berlima menjawab. "Jatuh cinta nih!"

Kael menendang satu-satu kaki temannya. Suasana santai itu tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara teriakan dari belakang. Sebuah bola kertas melayang dan tepat mendarat di kepala Kael. Kael menoleh ke belakang, rahangnya mengeras melihat kelompok anak-anak kelas sebelah tertawa terbahak-bahak.

"Siapa yang berani ngelempar ini!" Teriak Kael, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi seram. Orang-orang yang melihat pun menatap Kael dengan ketakutan.

Ronan mengepalkan tangannya. "Kelas sebelah, El."

Satu bola kertas lagi meluncur ke depan Kael. Ia menghela nafas, lalu tersenyum kecil.

"Balas!"

Mereka mengangguk setuju. Mulai mengumpulkan kertas dari sekitar dan melemparkan kembali ke arah kelas sebelah. Dalam hitungan detik, perang kertas pecah.

Luka melempar bola kertas. “Nice shot! Ronan, awas belakang lo!”

Ronan berkelit dari lemparan. "Aman."

Semua mata tertuju pada mereka. Pertarungan antar kelas makin memanas, dan hampir semua anak kelas ikut terlibat, kecuali beberapa orang yang memilih untuk duduk tenang. Koridor yang sebelumnya tampak santai kini berubah jadi medan perang yang riuh.

Tiba-tiba, Sherly, gadis dari kelas sebelah muncul di tengah keributan. Ia berdiri di antara dua kelompok dengan tangan di pinggul, mencoba menghentikan mereka.

"BERHENTI!!!" teriaknya, berusaha menghentikan keributan. Namun, tanpa sengaja kakinya tersandung dan Sherly terjatuh, hampir terinjak bola kertas yang berserakan.

Kael langsung sigap, berlari mendekat, dan menolong Sherly untuk bangkit. "Lo nggak papa?" Kael memberikan tangan untuk membantunya berdiri.

"Makasih, El."

Dari kejauhan, Alena menyaksikan kejadian itu dengan ekspresi malas.

"Dasar bocah. Ribut cuma gara-gara kertas," gumamnya.

Namun, justru setelah kejadian itu, peperangan bola kertas malah semakin parah. Semua anak kelas kembali berperang, tak peduli siapa yang menghalangi mereka. Suasana semakin kacau, hingga suara teriakan keras terdengar dari jauh.

"PAK MAMAT!" suara keras itu memecah suasana.

Pak Mamat, guru yang terkenal tegas, muncul di tengah keributan. "APA INI?! KENAPA BISA BEGINI?!" dia memarahi mereka semua dengan suara yang menggelegar.

"Saya nggak ngerti lagi! Kalian mau jadi apa? Ini bukan tempat buat main perang-perangan! Semuanya, ngumpul!" Pak Mamat melotot, memaksa mereka berhenti.

"SEMUA DUA KELAS BERANDALAN INI PERGI KE LAPANGAN, SEKARANG!"

Semua siswa, termasuk yang tidak ikut perang, digiring ke lapangan. Alena mengangkat tangan dengan protes.

"Pak, saya nggak ikut-ikutan. Kenapa ikut dihukum juga?!" protes Alena.

Pak Mamat memandang Alena tajam. "Semua yang ada di lokasi kejadian kena hukuman. Ini pembelajaran buat kalian semua!"

Mereka semua, yang kini sudah capek dan merasa bersalah, berjalan dengan lesu menuju lapangan.

Alena mendengus kesal, sementara siswa lain berusaha menahan tawa.

Kael berjalan menghampiri Alena. "Ini bakal seru, nona dendam." bisik Kael.

Alena meremas tangannya kuat tepat di depan muka Kael. "Ini gara-gara lo dan geng bocah-bocah lo itu!"

Bukannya marah Kael malah tertawa melihat ekspresi marah Alena.

Dibelakang sherly melihat itu semua.

Pak Mamat mulai menceramahi mereka panjang lebar, sementara Alena tetap cemberut di belakang. Ghost Riders saling bertukar pandang, mencoba menahan tawa mereka di tengah ceramah.

...----------------...

Di tengah kesibukan dua kelas yang dihukum, tampak para anggota Ghost Riders sedang menjalankan tugas mereka dengan santai. Meski tengah bekerja, mereka masih sempat bercanda dan tertawa-tawa. Di sisi lain, Alena terlihat jelas kesal, dengan wajah cemberutnya. Ia sedang mencoba menyelesaikan tugas, namun dengan ogah-ogahan.

Kael berjalan mendekati Alena. "Kerjaan lo nggak bakal selesai, kalo lo cuma cemberut kayak gitu."

Alena menatap Kael kesal. "Harusnya ini bukan jadi kerjaan gue!"

Kael tertawa ringan, masih berdiri tegak di depan Alena. "Gue ngeliat lo tuh kayak orang yang lagi berperang sama dunia. Kalo lo butuh bantuan, bilang aja, gue siap bantuin"

Berhenti sejenak, menatap Kael tajam dengan ekspresi kesal. "Gue nggak butuh bantuan dari orang yang cuma bisa bikin masalah!"

Kael tetap mengamati Alena dengan penuh perhatian, tidak terganggu sama sekali. "Gue udah bilang, cewek imut kayak lo, nggak cocok marah-marah."

"Lo beneran mau ngajak gue perang ya?"

Kael tertawa kecil, berdiri santai di tempatnya.

Dalam hitungan detik, gadis itu..

"AAAaaaaaHHHHHHH!" Alena berteriak melengking.

Semua orang di halaman belakang langsung terhenti dari aktivitas mereka, menutup telinga mereka. Ghost Riders yang sedang duduk di bawah pohon terkejut, namun beberapa detik kemudian langsung meledak dalam tawa.

Ronan tertawa terbahak, memegangi perutnya. "Ini dia yang gue tunggu-tunggu!"

Luka berusaha menahan tawa, tapi gagal. "Ini akan menjadi momen bersejarah untuk anak bapak santoso."

Bayu tertawa sambil menunjuk ke arah Kael. "Liat muka Kael! Dia pasti gak nyangka Alena bakal meledak kayak gitu!"

Ezra menggeleng sambil tertawa. "Lagian berani banget ngelawan Alena, dia lupa Alena punya senjata pamungkas."

"Kasian kuping gue." Ujar Leo.

Kael berdiri mematung di depan Alena, jelas terkejut, tapi tidak menutup kuping seperti yang lain. Dia hanya menatap Alena dengan mata sedikit membelalak.

Kael berusaha tetap tenang, suaranya lebih rendah. "Nggak nyangka Suara lo bisa sekencang itu."

Alena menarik napas panjang, matanya menyipit penuh amarah. "Puas lo?! Pergi! Sebelum gue tambah gila!"

Kael tersenyum kecil. "Oke, gue pergi. Tapi lo harus tau, lo makin keren tiap kali lo marah."

Kael akhirnya mundur perlahan, meninggalkan Alena yang masih berdiri dengan napas tersengal. Ghost Riders terus tertawa terbahak di bawah pohon, menikmati kejadian tersebut.

Ronan menyeka air mata karena tertawa terlalu keras. "Kael kena mental!"

Bayu mengangkat tangan, menyemangati Alena dari jauh. "Hebat, Len! Gue dukung lo seratus persen!"

Alena berbalik ke arah Ghost Riders, mengangkat sapunya. "KALIAN SEMUA JUGA DIAM! Mau gue lempar sapu juga?!"

Ghost Riders langsung terdiam, lalu tertawa kecil sambil saling mendorong satu sama lain, sementara Alena kembali menyapu dengan ekspresi kesal.

Episodes
1 Prolog
2 Kelas baru, teman baru
3 Di labrak lagi
4 Mau berteman?
5 Perang kertas
6 Pahlawan Biologi
7 Belajar bareng
8 Dihukum bareng
9 Kali ini pahlawan lumpur
10 Terima kasih, Kael.
11 Apakah itu ide yang bagus?
12 Barter
13 Pahlawan upacara
14 Mie ayam
15 Kael salting
16 Bintang utama
17 Di rumah dengan pikiran masing-masing
18 Kael Peka Santoso
19 Ucapan Makasih
20 Dia kemana?
21 Belajar bareng lagi
22 Makan mie ayam bareng lagi
23 Seharian sama papa
24 Murid baru
25 Berteman
26 Bersama bintang
27 Jadi nakal
28 Nadine jatuh
29 Ulangan mendadak
30 Lo keren
31 Kemana?
32 Kenapa kael baik
33 Bintang or Kael?
34 Kaleng!
35 Ciri-ciri cewek suka sama kita
36 Leo pahlawan mendadak
37 Kerja di kafe Luka
38 Badut Shinchan
39 Tama
40 Aku suka dia...
41 Seharian bersama Bintang
42 Perasaan Alena
43 Alena suka sama Bintang
44 Alena vs Syifa
45 Cemburu
46 Buku nadine
47 Rahasia
48 Kael khawatir
49 Duri-duri kecil
50 Traktir
51 Mie ayam harga mati!
52 Akhirnya BERTEMAN
53 Good luck
54 Confess
55 Dekapan
56 Pukulan ingkar janji
57 Keychain yang sama?
58 Nadine...
59 Hadiah untuk Nadine
60 Lo selalu keren, KittyCat
61 Guru cinta
62 Tokoh lucu
63 Cemburu kah?
64 Hari senin
65 dua mangkuk mie ayam
66 Goodnight, KittyCat
67 Ngobrol sama Reya
68 Puisi
69 Alena dan Bintang
70 Kael
71 Perjalanan ke dufan
72 Euforia di Dufan
73 Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74 Dufan (selesai)
75 Suka?
76 Jalan-jalan malam
77 Nadine vs Syifa
78 Kael kangen ma...
79 Melihatnya
80 Sama-sama denial
81 Salah jalan
82 Jadi anak nyamuk
83 Gosipan
84 Ovt Alena
85 Siapa yang dicinta?
86 Memberitahu...
87 Sebuah pengkhianatan
88 Ketenangan sejenak
89 Kemana?
90 I need u
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Kelas baru, teman baru
3
Di labrak lagi
4
Mau berteman?
5
Perang kertas
6
Pahlawan Biologi
7
Belajar bareng
8
Dihukum bareng
9
Kali ini pahlawan lumpur
10
Terima kasih, Kael.
11
Apakah itu ide yang bagus?
12
Barter
13
Pahlawan upacara
14
Mie ayam
15
Kael salting
16
Bintang utama
17
Di rumah dengan pikiran masing-masing
18
Kael Peka Santoso
19
Ucapan Makasih
20
Dia kemana?
21
Belajar bareng lagi
22
Makan mie ayam bareng lagi
23
Seharian sama papa
24
Murid baru
25
Berteman
26
Bersama bintang
27
Jadi nakal
28
Nadine jatuh
29
Ulangan mendadak
30
Lo keren
31
Kemana?
32
Kenapa kael baik
33
Bintang or Kael?
34
Kaleng!
35
Ciri-ciri cewek suka sama kita
36
Leo pahlawan mendadak
37
Kerja di kafe Luka
38
Badut Shinchan
39
Tama
40
Aku suka dia...
41
Seharian bersama Bintang
42
Perasaan Alena
43
Alena suka sama Bintang
44
Alena vs Syifa
45
Cemburu
46
Buku nadine
47
Rahasia
48
Kael khawatir
49
Duri-duri kecil
50
Traktir
51
Mie ayam harga mati!
52
Akhirnya BERTEMAN
53
Good luck
54
Confess
55
Dekapan
56
Pukulan ingkar janji
57
Keychain yang sama?
58
Nadine...
59
Hadiah untuk Nadine
60
Lo selalu keren, KittyCat
61
Guru cinta
62
Tokoh lucu
63
Cemburu kah?
64
Hari senin
65
dua mangkuk mie ayam
66
Goodnight, KittyCat
67
Ngobrol sama Reya
68
Puisi
69
Alena dan Bintang
70
Kael
71
Perjalanan ke dufan
72
Euforia di Dufan
73
Bianglala dan Tatapan yang Menggantung
74
Dufan (selesai)
75
Suka?
76
Jalan-jalan malam
77
Nadine vs Syifa
78
Kael kangen ma...
79
Melihatnya
80
Sama-sama denial
81
Salah jalan
82
Jadi anak nyamuk
83
Gosipan
84
Ovt Alena
85
Siapa yang dicinta?
86
Memberitahu...
87
Sebuah pengkhianatan
88
Ketenangan sejenak
89
Kemana?
90
I need u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!