BAB 9: Mulai Kerja

Gue dan Sulay mengunjungi tim informasi di ruangan paling ujung. Kalau gue gak salah, dua ruangan sebelum ini, gue melihat ada sebuah ruangan yang pintunya transparan sehingga gue bisa melihat sekilas. Di sana gue melihat banyak orang dalam akuarium besar, dan semuanya gak kayak manusia. Karena Sulay jalannya cepat banget gue jadi gak sempat nanya ke dia.

"Do, mereka emang kerja khusus buat nyari informasi. Jadi mending lo diam aja. Kalau ada yang nyoba nanya-nanya soal lo atau soal pedang lo, lo senyumin aja. Paham, kan?"

Gue mengangguk. Kami membuka pintu.

"Kami dari tim lapangan. Mohon kerjasamanya," kata Sulay, kepada cewek-cewek berwajah pucat dengan baju putih.

"Baik, Pak," sahut salah satu dari mereka, yang satu-satunya berkulit normal.

Mereka segera menyusun berkas dan menyerahkannya kepada Sulay. Saat beberapa cewek mendekati gue sambil menatap pedang yang gue pegang, Sulay segera mendorong gue dan keluar ruangan.

"Bego lo!"

"Hah? Kata Bapak tadi senyumin aja."

"Gue bilang, kan kalau lo ditanyain baru lo senyum gak usah jawab, bukan malah senyum ke mereka satu per satu!"

"I-iya yaudah maaf, Pak."

"Nih, lo pelajarin berkasnya. Gue mau ke toilet dulu."

Gue duduk di kursi panjang, tepat berseberangan dengan ruangan transparan yang gue bilang tadi. Gue membuka berkas, membacanya dengan teliti, merekam wajah target kami baik-baik dalam ingatan gue. Beberapa poin penting yang gue tangkap adalah namanya Alan, usia 17 tahun, punya banyak pacar, emosi gak stabil, suka berantem, dan secara misterius gak pernah berhasil ditangkap polisi.

Gue masih membuka-buka berkas itu, lalu gue mendengar ada suara ketukan dari pintu di depan. Saat gue menatap ke arah suara, gue kaget banget karena ada orang berdiri dari balik pintu sambil menatap gue. Gue yakin itu cowok, tapi yang bikin aneh adalah kepalanya lonjong ke atas dan rambutnya gondrong. Yang bikin mukanya serem adalah bibirnya yang kayak paruh ayam. Dan dia mengetuk pintu dengan bibirnya itu sambil menatap gue.

Waktu SMP gue pernah pelihara ayam dalam kardus, dan gak sampai seminggu dia mati karena keseringan matuk-matukin kardusnya sendiri. Berbekal empati dan pengalaman itu, gue menutup berkas dan berjalan mendekati pria itu. Sekarang, hanya kaca transparan lah yang membatasi kami.

"Nama kamu siapa?" tanyanya.

"Mardo ... Pak."

"Saya Torgol. Kamu dari tim mana?"

"Lapangan, Pak."

Dia langsung bertepuk tangan dan mematuk kaca sekali lagi. Bikin kaget aja!

"Berarti kamu jago bertempur, kan?"

"Enggak, Pak, tapi saya jago mengintai."

Dia melirik ke segala arah. Ke teman-temannya di belakang, keluar ruangan, dan ke pedang gue.

"Mardo, kita ini sebenarnya bisa bekerjasama. Saya bisa bikin kamu jadi jago bertempur, dan kamu bisa bikin saya gak kesakitan lagi di dalam sini."

Gue segera menyembunyikan pedang gue ke belakang ketika merasa bahwa orang ini punya rencana jahat.

"Coba kamu perhatikan ini."

Dia mundur selangkah, dan ketika muncul asap hitam dari tubuhnya dia langsung berubah menjadi burung kecil. Gue takjub banget! Dia terbang dengan lincah dan sangat cepat! Saat dia menabrakkan diri ke kaca di depan gue, dia kembali berubah ke wujud awal. Membuat suara tabrakkan yang nyaring! Dan ketika gue perhatiin, gak ada retakan di kaca itu. Keren!

"Manusia mana yang menduga kalau burung kecil yang hinggap di dahan pohon rumahnya, adalah malaikat maut yang akan mencabut nyawanya? Jawab, Mardo."

Gue mikir bentar. Iya juga, ya. Kalau gue kerjasama bareng dia buat mengintai Alan, pasti kerjaan gue dan Sulay akan lebih ringan. Gue jenius banget!

"Terus, gimana cara kita mulai kerjasamanya, Pak?"

"Tempelkan pedang kamu ke kaca."

Gue membuka sarungnya, sarung berwarna hitam pemberian Mery, lalu menuruti kata-kata orang aneh bernama Torgol itu. Ketika pedang ditempelkan, Torgol berubah menjadi asap hitam dan secara aneh masuk ke dalam pedang gue.

Karena teman-temannya di belakang ada dalam akuarium, mereka gak bisa mendekati gue. Mereka teriak-teriak untuk minta dikeluarin. Ketika gue menyadari pedang gue jadi jauh lebih berat dari sebelumnya, gue segera menutupnya kembali dan mundur ke kursi. Gak lama, Sulay pun datang.

"Oke, Do. Kita mulai dari mana?"

"Kita mulai dari rumah pacar-pacarnya, Pak."

Berdasarkan data dari tim informasi, Alan ini punya banyak pacar dalam satu kawasan. Itu yang bikin gue heran. Dia ini selingkuh atau poligami, sih? Anak muda emang susah ditebak. Mengendarai motor gue, kami menuju sebuah rumah yang tertulis dalam berkas. Berdasarkan datanya, dia ini adalah pacar pertama Alan.

"Yakin di sini, Do?"

"Yakin, Pak. Nah, sekarang kita mesti ngapain?"

"Kita misah. Lo coba masuk secara normal ke rumahnya, bilang aja lo temannya Alan."

"Terus Bapak ke mana?"

"Gue masuk secara gak normal. Udah cepetan sana!"

Ternyata Sulay juga bisa ilmu maling. Not bad. Pedang gue bergetar beberapa kali kayak HP, tapi gue cuekin aja, karena bukan saatnya bagi Torgol bantu gue. Gue mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya gue dibukain. Berdiri seorang bapak-bapak gempal yang heran melihat gue.

"Iya, siapa, ya?" tanyanya.

"Saya ... temannya Alan ... Pak."

"Oh, teman Alan, ya. Ada perlu apa, ya?"

"Saya ... ada perlu sama Anissa, Pak."

"Oh, gitu. Yuk masuk dulu. Saya panggilin orangnya. Tunggu sebentar, ya."

Gue masih gak tahu ya. Apakah seorang cowok berpakaian serba hitam dan menenteng pedang sepanjang 1 meter adalah hal normal bagi kebanyakan orang? Gue mulai mikirin fashion apa yang cocok buat cowok berpedang kayak gue, agar gak kelihatan seperti tukang jagal sapi keliling. Turunlah seorang cewek berbaju ungu dari tangga.

"Siapa, ya, Kak?"

"Oh, s-saya ... g-gue temannya Sulay."

"Sulay? Sulay siapa, ya?"

"Anu ... A-Alan ... Alan temannya Alan. Hahaha."

Pedang gue bergetar. Terdengar suara Torgol di telinga gue.

"Dia dalam pengaruh ilmu pelet, Mardo."

Gue langsung berhenti ketawa.

"Ada perlu apa?"

Nah itu dia! Gue gak punya rencana apa-apa! Yang gue tahu hanyalah ketemu pacar-pacarnya biar gue kelihatan punya rencana aja sama Sulay.

"Jadi gini ... Emm ... Alan berantem lagi."

"Hah!? Dia berantem lagi!? Siapa lagi yang dia pukulin!?"

"N-nah itu dia masalahnya! Kali ini dia yang dipukulin. Sampai mau mati!"

Cewek itu langsung berdiri dan panik.

"Mau mati!? Kok bisa!?"

Terdengar suara Torgol lagi.

"Tahan terus dia di sini, Mardo. Teman kamu lagi ada di kamarnya, mencoba mencari barang yang bikin dia dalam pengaruh pelet."

"Terus dia sekarang di mana, Kak!? Aku harus ketemu sama dia!"

"Tenang ... tenang! Jangan panik dulu! Duduk dulu ... kamu d-duduk dulu, ya."

Mendengar anak perempuannya panik dan hampir nangis, bapaknya keluar dan berusaha menenangkannya.

"Berhasil! Saatnya kita pergi, Mardo," kata Torgol.

Secara mendadak cewek itu langsung terdiam lalu jatuh pingsan. Bapaknya panik, gue pura-pura panik sambil kabur keluar. Gue berlari kecil menuju motor gue, dan Sulay sudah di sana sambil melempar-lempar boneka Spongebob di tangannya.

"Dia kena pelet, Do. Dan gue berhasil nyabut peletnya. Habis ini dia pasti benci sama Alan dan minta putus."

"Iya, gue udah tahu, Pak."

"Tahu dari mana lo?"

Pedang gue bergetar, Sulay meliriknya.

"Feeling aja, Pak. Yuk kita lanjut ke lokasi berikutnya."

Untuk sementara, gue berencana gak ngasih tahu siapa pun soal Torgol yang masuk ke dalam pedang gue.

Episodes
1 BAB 1: Ingin Kerja
2 BAB 2: Rekan Kerja
3 BAB 3: Risiko Kerja
4 BAB 4: Kontrak Kerja
5 BAB 5: Pulang Kerja
6 BAB 6: Efek Kerja
7 BAB 7: Masuk Kerja
8 BAB 8: Latihan Kerja
9 BAB 9: Mulai Kerja
10 BAB 10: Cara Kerja
11 BAB 11: Dampak Kerja
12 BAB 12: Racun Kerja
13 BAB 13: Api Kerja
14 BAB 14: Warna Kerja
15 BAB 15: Spirit Kerja
16 BAB 16: Awal Kerja
17 BAB 17: Dandanan Kerja
18 BAB 18: Bulan Kerja
19 BAB 19: Amarah Kerja
20 BAB 20: Rencana Kerja
21 BAB 21: Mery dan Lukanya
22 BAB 22: Berkas dan Nasi Gorengnya
23 BAB 23: Dea dan Perasaannya
24 BAB 24: Es Krim dan Bayangannya
25 BAB 25: Bunga Kuning dan Wujudnya
26 BAB 26: Kotak dan Pitanya
27 BAB 27: Kuyang dan Kekuatannya
28 BAB 28: Senyuman dan Langkahnya
29 BAB 29: Sihir dan Warnanya
30 BAB 30: Pasar Gaib dan Uangnya
31 BAB 31: Kuda dan Topengnya
32 BAB 32: Air Mata dan Kecepatannya
33 BAB 33: Bulan Pucat dan Alasannya
34 BAB 34: Perebutan dan Jawabannya
35 BAB 35: Naya dan Sayapnya
36 BAB 36: Asap Hijau dan Aromanya
37 BAB 37: Latihan dan Waktunya
38 BAB 38: Bambu dan Suaranya
39 BAB 39: Bandara dan Kemauannya
40 BAB 40: Torgol dan Misinya
41 BAB 41: Sebuah Perjalanan
42 BAB 42: Sebuah Rumah
43 BAB 43: Sebuah Cerita
44 BAB 44: Sebuah Tanggal
45 BAB 45: Sebuah Pohon
46 BAB 46: Sebuah Rooftop
47 BAB 47: Sebuah Ambisi
48 BAB 48: Sebuah Persiapan
49 BAB 49: Sebuah Pertemuan
50 BAB 50: Sebuah Perbincangan
51 BAB 51: Sebuah Informasi
52 BAB 52: Sebuah Patahan
53 BAB 53: Sebuah Pengobatan
54 BAB 54: Sebuah Gaji
55 BAB 55: Sebuah Perkumpulan
56 BAB 56: Sebuah Bank
57 BAB 57: Sebuah Gambaran
58 BAB 58: Sebuah Warna
59 BAB 59: Sebuah Pencurian
60 BAB 60: Sebuah Batu
61 BAB 61: Cerita Material Itu
62 BAB 62: Cerita Buku Itu
63 BAB 63: Cerita Mobil Itu
64 BAB 64: Cerita Pasar Itu
65 BAB 65: Cerita Penangkapan Itu
66 BAB 66: Cerita Pelarian Itu
67 BAB 67: Cerita Mbah Itu
68 BAB 68: Cerita Sekolah Itu
69 BAB 69: Cerita Cewek Itu
70 BAB 70: Cerita Bubur Itu
71 BAB 71: Cerita Dinding Itu
72 BAB 72: Cerita Sungai Itu
73 BAB 73: Cerita Penempa Itu
74 BAB 74: Cerita Pedang Itu
75 BAB 75: Cerita Luka Itu
76 BAB 76: Cerita Serangan Itu
77 BAB 77: Cerita Pertikaian Itu
78 BAB 78: Cerita Video Itu
79 BAB 79: Cerita Gang Itu
80 BAB 80: Cerita Kucing Itu
81 BAB 81: Tentang Vivin dan Nita
82 BAB 82: Tentang Gosip di Kantor
83 BAB 83: Tentang Mencari Barang
84 BAB 84: Tentang Sebuah Flashdisk
85 BAB 85: Tentang Hantu yang Kecewa
Episodes

Updated 85 Episodes

1
BAB 1: Ingin Kerja
2
BAB 2: Rekan Kerja
3
BAB 3: Risiko Kerja
4
BAB 4: Kontrak Kerja
5
BAB 5: Pulang Kerja
6
BAB 6: Efek Kerja
7
BAB 7: Masuk Kerja
8
BAB 8: Latihan Kerja
9
BAB 9: Mulai Kerja
10
BAB 10: Cara Kerja
11
BAB 11: Dampak Kerja
12
BAB 12: Racun Kerja
13
BAB 13: Api Kerja
14
BAB 14: Warna Kerja
15
BAB 15: Spirit Kerja
16
BAB 16: Awal Kerja
17
BAB 17: Dandanan Kerja
18
BAB 18: Bulan Kerja
19
BAB 19: Amarah Kerja
20
BAB 20: Rencana Kerja
21
BAB 21: Mery dan Lukanya
22
BAB 22: Berkas dan Nasi Gorengnya
23
BAB 23: Dea dan Perasaannya
24
BAB 24: Es Krim dan Bayangannya
25
BAB 25: Bunga Kuning dan Wujudnya
26
BAB 26: Kotak dan Pitanya
27
BAB 27: Kuyang dan Kekuatannya
28
BAB 28: Senyuman dan Langkahnya
29
BAB 29: Sihir dan Warnanya
30
BAB 30: Pasar Gaib dan Uangnya
31
BAB 31: Kuda dan Topengnya
32
BAB 32: Air Mata dan Kecepatannya
33
BAB 33: Bulan Pucat dan Alasannya
34
BAB 34: Perebutan dan Jawabannya
35
BAB 35: Naya dan Sayapnya
36
BAB 36: Asap Hijau dan Aromanya
37
BAB 37: Latihan dan Waktunya
38
BAB 38: Bambu dan Suaranya
39
BAB 39: Bandara dan Kemauannya
40
BAB 40: Torgol dan Misinya
41
BAB 41: Sebuah Perjalanan
42
BAB 42: Sebuah Rumah
43
BAB 43: Sebuah Cerita
44
BAB 44: Sebuah Tanggal
45
BAB 45: Sebuah Pohon
46
BAB 46: Sebuah Rooftop
47
BAB 47: Sebuah Ambisi
48
BAB 48: Sebuah Persiapan
49
BAB 49: Sebuah Pertemuan
50
BAB 50: Sebuah Perbincangan
51
BAB 51: Sebuah Informasi
52
BAB 52: Sebuah Patahan
53
BAB 53: Sebuah Pengobatan
54
BAB 54: Sebuah Gaji
55
BAB 55: Sebuah Perkumpulan
56
BAB 56: Sebuah Bank
57
BAB 57: Sebuah Gambaran
58
BAB 58: Sebuah Warna
59
BAB 59: Sebuah Pencurian
60
BAB 60: Sebuah Batu
61
BAB 61: Cerita Material Itu
62
BAB 62: Cerita Buku Itu
63
BAB 63: Cerita Mobil Itu
64
BAB 64: Cerita Pasar Itu
65
BAB 65: Cerita Penangkapan Itu
66
BAB 66: Cerita Pelarian Itu
67
BAB 67: Cerita Mbah Itu
68
BAB 68: Cerita Sekolah Itu
69
BAB 69: Cerita Cewek Itu
70
BAB 70: Cerita Bubur Itu
71
BAB 71: Cerita Dinding Itu
72
BAB 72: Cerita Sungai Itu
73
BAB 73: Cerita Penempa Itu
74
BAB 74: Cerita Pedang Itu
75
BAB 75: Cerita Luka Itu
76
BAB 76: Cerita Serangan Itu
77
BAB 77: Cerita Pertikaian Itu
78
BAB 78: Cerita Video Itu
79
BAB 79: Cerita Gang Itu
80
BAB 80: Cerita Kucing Itu
81
BAB 81: Tentang Vivin dan Nita
82
BAB 82: Tentang Gosip di Kantor
83
BAB 83: Tentang Mencari Barang
84
BAB 84: Tentang Sebuah Flashdisk
85
BAB 85: Tentang Hantu yang Kecewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!