*Episode 17

"Mas."

Panggilan itu menyadarkan Gilang akan di mana dia sekarang. Dia pun berusaha untuk tetap kuat lagi dan lagi. Menyingkirkan perasaan tidak nyaman yang sedang teraduk dalam hati.

"Maaf, mbak. Jadi melamun."

"Anu." Gelengan pelan Gilang berikan.

"Kinan tidak suka saya. Dia tidak ingin membuka hatinya untuk saya. Sebaliknya, dia pertahankan cintanya untuk .... " Lagi, Gilang kembali terdiam.

Jujur, cukup tidak nyaman buat Gilang untuk bicara terus terang pada Zoya. Tapi sebagian hati malah menginginkan hal yang lain. Ingin bicara apa adanya agar suatu saat nanti, Zoya tidak merasakan apa yang selama ini ia rasakan. Karena di saat dia melihat Zoya, dia merasakan kalau Zoya dan dirinya ada di tempat yang sama.

Maksud Gilang sebenarnya cukup baik. Dia merasa, dia harus menyelamatkan hati Zoya yang saat ini ada di posisi yang sama dengannya. Sayang, Gilang malah tidak m pertimbangkan hal yang lainnya. Karena dia pikir, usia pernikahan Zoya yang baru pasti akan mampu membuat Zoya menjaga hati jika dia mengungkapkan semuanya lebih awal.

Tidak seperti dirinya yang sedang di landa badai selama bertahun-tahun. Badai yang semakin lama semakin menyiksa. Hati yang awalnya penuh harap, tapi malah terluka berulang kali karena harapan itu hanya harapan palsu belaka.

Sebaliknya, Zoya yang sudah tahu ke mana arah kata yang sedang Gilang gantung berusaha untuk tetap tenang. Sebelumnya, dia juga sudah bisa menebak. Saat pertemuan pertamnya untuk yang pertama kali dengan Kinan waktu itu. Dia tahu, mantan dari suaminya pasti sangat menginginkan Arya untuk kembali bersama. Karenanya, pernikahan itu dia tolak. Tapi sayang, dia gagal. Jadilah dirinya terjebak di dalam pernikahan itu sekarang.

"Mbak. Ma-- "

Ucapan Gilang tertahankan ketika dia baru ingin bicara, Zoya malah mengangkat satu tangan tanda pencegahan. Senyum kecil terlukis. Tentunya, senyum itu hanyalah senyum palsu semata.

Ya kali Zoya bisa senyum dengan tulus saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Yang benar saja kalau dia sedang tidak merasakan apa-apa untuk saat ini setelah dia tahu apa yang sedang Gilang bicarakan. Itu sama saja dengan dirinya yang tidak punya hati. Apalagi sebelumnya, Zoya sudah memutuskan untuk menjalani hidup dengan baik setelah beberapa waktu menjadi istri Arya.

Lalu sekarang, pertimbangan yang sudah ia bulat kan, harus dia hancurkan kembali. Bagaimana hatinya tidak merasakan luka yang teramat dalam? Lalu, bagaimana dia bisa tersenyum. Tentu saja senyum itu hanyalah sebuah senyum palsu.

"Tidak perlu minta maaf, Mas. Karena aku sudah tahu jalan cerita hidup mas Arya."

Hembusan napas pelan terdengar.

"Sejujurnya, aku sempat ingin kabur dari pernikahan ini. Tapi, aku gagal."

"Gagal? Kenapa?"

"Karena pernikahan yang hanya tinggal satu minggu lagi, tidak mungkin untuk dibatalkan. Jadinya, aku yang tidak ingin terus melanjutkan pernikahan, tetap harus menikah."

"Andai saja aku tahu lebih awal kisah masa lalu itu. Aku pasti tidak akan menerima lamaran mas Arya waktu itu."

Hening sesaat untuk mereka berdua. Mungkin, keduanya sama-sama sedang memikirkan kehidupan mereka sekarang. Detik berlalu, Gilang kembali angkat bicara.

"Sebenarnya, Arya tidak salah."

Jeng, Zoya langsung menatap lelaki yang ada di depannya untuk beberapa saat. Pembelaan yang diberikan oleh Gilang dengan tulus membuat Zoya sedikit salut pada lelaki tersebut. Secara, Arya dan Gilang adalah saingan sebenarnya. Tapi, Gilang bisa membela Arya dengan ucapan yang setulus barusan. Itu sungguh di luar logika Zoya.

"Arya tidak salah karena sejak awal, dia sudah menjauhkan diri dari Kinan. Dan lagi, saat dia ingin bertanggung jawab dengan menikahi Kinan, orang tua lah yang tidak merestui. Di sini, dia juga bisa di bilang korban, mbak."

Entah. Entah apa yang harus Zoya jawaban. Semuanya bicara Arya tidak salah. Mungkin hal itu benar. Tapi, bagaimana dengan dirinya yang harus berada di dalam pernikahan ini. Arya sudah punya anak. Lalu, wanita yang menjadi ibu dari anaknya Arya masih sangat mencintai Arya. Bagaimana kalau suatu hari .... Ah, membayangkannya saja Zoya tidak sanggup. Dia tidak tahu seperti apa rumah tangga yang akan dia jalani ke depannya.

Mereka pun terus ngobrol banyak hal dengan posisi Gilang yang banyak bicara, sementara Zoya hanya diam mendengarkan tanpa tahu harus menjawab apa. Hingga akhirnya, setengah jam pun berlalu.

"Ah, sepertinya, ini sudah cukup lama, mbak. Maafkan saya yang sudah menyita waktu mbak terlalu lama."

"Gak papa. Saya juga tidak keberatan."

"Oh iya, tidak nyaman jika saya panggil kamu dengan sebutan mbak melulu. Karena kelihatannya, lebih tua saya dari kamu."

"Kalau boleh saya tahu, nama kamu siapa?"

"Zoya."

"Saya biasa di panggil Zoya."

"Ah, nama yang mudah untuk di ingat."

"Mm, semoga kita bisa berteman, Zoya. Karena kelihatannya kamu lebih muda dari saya, kamu bisa tetap panggil saya maa yah."

"Oh, mungkin sampai di sini saja pertemuan kita. Lain kali, jika ada kesempatan. Semoga kita bisa bertemu lagi."

Selesai berucap, Gilang langsung bangun dari duduknya. Sepertinya, dia ingin mendahului Zoya untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, suara Zoya tiba-tiba menahan niat Gilang.

"Tunggu!"

"Ah, iya?"

"Ada apa, Zoya?"

"Maaf sebelumnya, bolehkah saya tahu satu hal?"

"Apa itu?"

"Dari mana kamu kenal saya?"

Tanpa berpikir, Gilang langsung menjawab.

"Sosial media Kinan."

"Kinan selalu mengawasi akun sosial media Arya. Dari sana, saya melihat status yang Arya buat tentang istrinya. Ada banyak foto yang ada di akun sosial media Arya tentang kamu. Yang selalu membuat Kinan jadi kesal. Karena penasaran, saya ikut melihatnya ketika Kinan sedang lengah dengan ponselnya."

Senyum kecil Gilang perlihatkan setelah sesaat dia memberikan penjelasan. Dari nada ucapan Gilang, pria itu tidak bohong. Raut wajahnya pun mendukung. Karenanya, Zoya hanya bisa memberikan anggukan kecil saja.

"Ah, baiklah. Jika tidak ada hal lagi, saya pamit sekarang saja. Zoya masih mau di sini atau .... "

"Yah, aku sebentar lagi pulang. Gak papa. Duluan saja."

"Baiklah. Semoga ada takdir yang mempertemukan kita lagi, Zoya."

Keduanya pun berpisah. Sesaat setelah Gilang pergi, barulah Zoya menyusul. Rumitnya hidup, Zoya semakin merasa bimbang sekarang.

Saat dia pulang, mobil Arya sudah ada di parkiran samping rumah. Hatinya semakin tidak tentram. Meski dia tahu, Arya tidak akan marah padanya jika tidak menemukan dirinya setelah pulang. Tapi, untuk langsung bertemu Arya setelah guncangan yang baru saja dia terima, itu terasa sangat berat bagi Zoya.

Zoya berusaha untuk menghindar. Dia tidak akan masuk lewat pintu utama. Melainkan, akan masuk melalui pintu belakang. Namun, baru juga ingin melewati pintu utama, suara Arya malah langsung membuatnya terkejut.

Terpopuler

Comments

kaila

kaila

lanjut kak

2025-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!