Chapter 15

"Mata gue normal 'kan?" tanya Jarrel mengucek matanya, siapa tahu terjadi kesalahan.

"Dia emang Syanza, oon," ucap Cakra menampol pundak Jarrel.

Pangeran tersenyum tipis, dan menenteng ransel di pundaknya, kemudian menghampiri Syanza yang sudah menunggu di ambang pintu.

"Yuk," ajak Pangeran karena tahu Syanza memang akan diantarkan pulang olehnya.

"Gue mau makan di tempat yang baru buka minggu kemarin, dan lo harus temenin," pinta Syanza menatap Pangeran.

"Waduh, bakal ngaret gak sih ini?" bisik Jarrel pada Cakra dan Zergan yang juga menguping pembicaraan sepasang kekasih itu.

"Tahu aja si Syanza kalau Pangeran mau balapan. Padahal mereka pacaran baru satu bulan, tapi kayak udah punya ikatan batin yang kuat," timpal Cakra ikut berdesis.

Sedangkan Zergan hanya mendengus. Sejujurnya ia juga kesal, bukan karena masalah terlambatnya. Hanya saja gang Lenox bakal mencemooh gangnya.

Pangeran menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Sebagai ketua mana mungkin dirinya datang terlambat, meskipun sebagai pimpinan tapi masa mencontoh tidak baik untuk anggotanya. Di satu sisi sebagai kekasih pun mana mungkin Pangeran menolak peemintaan Syanza. Terlepas dari itu, tumben sekali Syanza mengajaknya yah bisa dibilang kencan, berbeda dengan kemarin yang seolah cuek saja teehadap hubungan mereka.

"Kok lo diem sih," decak Syanza mengguncang lengan Pangeran.

"Ayo, tapi besok. Hari ini gue gak bisa," jawab Pangeran.

Jarrel dan Cakra menepuk dahinya masing-masing, dan Zergan yang melihat itu hanya bisa berasumsi bahwa keduanya gila.

"Bapak lo bego, Cak," ujar Jarrel.

"Masalah cinta doang yang bego, kalau yang lainnya kalah kita," timpal Cakra.

Akhirnya Zergan menarik kerah baju belakang mereka untuk meninggalkan temlat itu. Dan membiarkan ketuanya berbicara lebih tenang dengan Syanza.

"Akhh leher gue ke cekik anjir," ucap Jarrel tersedak.

"Zer, Zer. Yang bener aja koplok," sorai Cakra.

"Berisik." Zergan berhasil membawa kedua temannya menjauh dari pembicaraan Pangeran.

Cakra dan Jarrel membenarkan kembali bajunya. Bisa-bisanya Zergan mempunyai kekuatan menarik mereka berdua.

Balik lagi pada pasangan yang mulai terlihat akan berdebat.

"Emang ada urusan penting apa?" tanya Syanza penuh curiga dengan mata yang menyipit.

"Gue gak bisa bilang. Sekarang ayo gue anter dulu lo pulang," jawab Pangeran sembari menarik pergelangan tangan Syanza mengajaknya ke parkiran mengambil motornya.

Tak

Syanza menghempaskan tangan yang menariknya. Ia menatap tajam Pangeran. Jadi, apa sebenarnya alasan Pangeran menutupi masalah balapannya. Karena ketika dirinya hendak memasuki kelas lelaki itu, terdengar suara yang cukup keras mengenai balapan.

"Jawab. Urusan penting apa?" kekeh Syanza tidak mau pergi sebelum Pangeran beebicara jujur padanya.

"Nanti gue kasih tahu, sekarang pulang."

Mendengar respons Pangeran yang begitu saja. Lantas Syanza mendesaknya kembali, dirinya ini memang keras. Tidak mau mengalah, dan tidak mau ada rahasia dengan orang yang memiliki hubungan dengannya. Meskipun hubungan mereka hanya sebatas perjanjian tetap saja ada rasa jengkel jika saling tertutup, apalagi sampai berbohong.

"Jawab dulu, Alastar!" jerit Syanza sekuat tenaga. Ia sudah emosi karena dipermainkan terus.

"Pulang! Syanza Amara!" sentak Pangeran. "Lo gak ngerti gue bilang apa, hah?! Gue bilang besok ya besok," imbuhnya dengan mata yang tajam seperti belati yang menancap di hati Syanza.

Syanza terdiam. Dibentak? Baru kali ini ia mendapat nada tinggi dengan penuh emosi. Matanya yang tidak terkena debu pun tampak memerah. Ia memalingkan muka dan menutup mulut beserta hidungnya.

Suara isakan terdengar. Hal itu membuat Pangeran mengubah ekspresi wajahnya menjadi khawatir. Ternyata ia sudah kelepasan terlalu lebih.

"Sya, gue gak maksud-"

"Gak usah bentak juga," sela Syanza di tengah isaknya.

"I-iya, maaf. Gue gak sengaja," ungkap Pangeran merasa amat bersalah. Tangannya hendak membawa Syanza ke dalam pelukannya, namun Syanza memundurkan langkahnya.

"Jahat."

Setelah mengatakan itu, Syanza berlari menjauhi Pangeran.

"Sya, Syanza!" teriak Pangeran.

Brak

Kakinya menendang meja yang tidak bersalah itu. Kemudian berlari mengejar Syanza. Satu yang ditakutkan Pangeran sekarang, Syanza itu payah dalam berlari, meskipun terlihat bagus ujungnya gadis itu akan tersungkur, terjungkal, dan berakhir terkapar mengenaskan.

Ghea yang tengah berjalan santai menuju gerbang untuk dijemput pun terlonjak saat angin kencang menerpa kulitnya. Ia melihat seseorang yang berlari dengan tangan yang sibuk mengusap wajahnya.

"Syanza?"

Bola mata Ghea membulat sempurna. Benar, itu temannya, Syanza. Baru akan menyusul, Ghea kembali terkejut dengan kedatangan Pangeran yang juga melewatinya menyusul Syanza.

"Kasihan kamu, Sya. Dapet cowok kayak Pangeran. Memang ganteng, kaya, wangi, tapi minusnya banyak juga," monolog Ghea menggelengkan kepalanya.

Syanza berlari sekuat tenaga, kenapa juga sangat jauh sekali pikirnya jalan menuju keluar sekolah ini.

Kakinya turun dari ubin, tetapi benar apa yang Pangeran takutkan. Gadis itu tidak bisa mendarat dengan sempurna jika telah melompat.

"KYAAAA!"

Hap

Grep

Bruk

Hembusan napas tersenggal-senggal terdengar di telinga Syanza. Matanya yang memejam karena merasa dirinya akan terjatuh pun tampak melek. Dengan ragu menengadahkan kepalanya melihat siapa yang telah bersedia menjadi alas bokongnya.

"Altar ... ?"

Pangeran mendorong kepala Syanza untuk bersandar di dadanya. Sungguh ia takut jika terlambat menarik Syanza pada tubuhnya. Dan posisi mereka pun cukup frontal. Syanza duduk di atas pangkuan Pangeran, sedangkan lelaki itu meringis linu pada bokongnya yang terjatuh mengenaskan di atas tanah berlapis gabungan semen dan pasir.

"Hah..." Pangeran menghembuskan napas lega. "Lain kali jangan lari lagi, apalagi sampai loncat, ya?" ucap Pangeran memegang kepala Syanza untuk melihatnya.

Seolah terhipnotis dengan nada lembut Pangeran, Syanza pun mengangguk patuh.

Pangeran mengangkat tubuh Syanza. Mengabaikan rasa sakit pada tubuhnya sendiri. Lelaki itu menurunkan Syanza secara perlahan, dan membersihkan debu pada rok dan juga betis gadis itu.

"Ada yang sakit?" tanya Pangeran masih sibuk membersihkan debu pada kulit betis Syanza.

"Enggak ada. Udah ih, ntar orang lain mikirnya aneh-aneh," ujar Syanza menarik tangan Pangeran untuk menjauh.

Pangeran melihat sekeliling yang tampak sepi. "Biarinlah. Biar cepet kawin," selorohnya.

Plak

Tamparan mendarat sempurna pada lengan kiri Pangeran. "Sembarangan. Gak mau," tegas Syanza.

"Gak mau kawin?"

"Kawin mulu yang lo bahas. Kawin noh sama kucing," sarkas Syanza berjalan meninggalkan Pangeran dengan langkah yang dihentakkan pada aspal.

"Patah tahu rasa," tegur Pangeran berlari menyusul Syanza. Tanpa aba-aba, Pangeran mengangkat tubuh Syanza dan membawanya sampai parkiran di mana motornya berada.

"PANGERAN!" jerit Syanza kencang saat tubuhnga melayang tiba-tiba.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!