Chapter 2

"Dari mana kamu, Pangeran?"

Guru itu menatap horor Pangeran yang menyelonong masuk kelas tanpa mengetuk pintu dan mengucapkan permisi.

"Abis apel, Bu," jawabnya santai.

Pangeran menjatuhkan bokongnya dibangku miliknya yang bersebelahan dengan Zergan.

Awalnya, Pangeran sebangku dengan Arjuna. Tetapi malah membuat keributan sepanjang hari, jadi Zergan mengalah untuk sebangku dengan ketua Savero ini.

"Kamu ini, seperti anak yang tidak diajari sopan santun sejak SD," ujar Bu Dewi, guru mata pelajaran Ekonomi.

Pangeran mendengus dan menatap guru yang mudah terukir emosi oleh dirinya.

"Saya tahu, Bu. Tapi saya melakukan jika saya mau," balas Pangeran membuka buku pelajarannya. "Mood saya sedang bagus untuk belajar, jadi Ibu bisa mulai pembelajarannya," imbuh Pangeran.

"Astaga....dosa apa yang saya buat bisa mengajar anak macam ini," keluh Bu Dewi. Ia geleng-geleng dan mengelus dada untuk sabar menghadapi siswa seperti Pangeran.

"Tugas Ibu 'kan itu, jadi risikonyalah," timpal Pangeran.

"Diem, Ran," tegur Zergan malas.

"Ibu, saya tidak mengerti tentang bab 5 halaman 102, boleh Ibu ulang?" seru Cakra bertanya.

Untung saja Cakra bisa meleraikan suasana, jika tidak ... sampai bel pergantian pelajaran pun perdebatan guru dan murid itu tidak akan terselesaikan.

"Ekhem ... baik Ibu ulang, dengarkan dan pahami baik-baik," tutur Bu Dewi menetralkan emosinya.

"Baik, Ibu!" seru mereka semua.

Pangeran mendesah, sedikit tidak suka dengan Cakra yang menggagalkan niatnya mengerjai guru itu. Mata lelahnya tidak sengaja melihat penampakan memalukan dari Arjuna.

"Juna, kalau ngupil jangan ditempelin ke ujung meja upilnya."

Atensi mereka terarah pada Arjuna yang tengah asik ngupil. Dan gelakan tawa mengisi kelas mereka hari ini, gagal sudah Bu Dewi untuk fokus mengajar.

"Sialan. PANGERAN BANGSAT!" teriak Arjuna mengejar Pangeran yang sudah melarikan diri.

"PANGERAN! ARJUNA! MAU KEMANA KALIAN!!!"

•••

Birama dari petikan gitar menghiasi kantin sekolah. Kantin yang khusus anak-anak cowok, entah sejak kapan jadi milik ketua Savero itu. Untung saja kantin disekolah ini tidak hanya satu. Jadi, yang lainnya bisa membeli di tempat lain tanpa harus takut menghadapi snak Savero.

"Menangislah, kan kau juga manusia~"

"Lo ada lagu lain gak, Cak?" Jarrel jenuh mendengar senandung galau dari mulut Cakra.

Sudah tiga lagu lelaki itu menyanyikan berbagai judul lagu yang bertema putus cinta semua. Awalnya Serena, kedua Penyangkalan, sekarang Cakra beralih ke beda artis yang menyanyikannya.

"Cak cak, lo kira gue becak," sergah Cakra tidak adil namanya disamain sama barang. Sudah bagus Cakra malah disebut ujung nama depannya saja. Jarrel menyebutnya becak, Arjuna memanggilnya cicak, Pangeran yang lebih parah. Ketuanya itu memanggil namanya dengan sebutan picak. Bos sengklek emang. Hanya Zergan yang selalu benar dan lebih naik dari para tungik lainnya.

"Nama lo anjing, Cakra yaudah enak di panggil Cak," balas Jarrel melempar gagang permen bekasnya.

Cakra berhasil menepisnya. Enak saja bekas mulut Jarrel mau mengenai wajah tampannya.

"Dilarang singkat singkat nama gue. Cuma sekata doang juga, susah amat." Benar juga setiap orang punya nama depan cuma sekata tapi manggilnya kayak boros dah.

"Yeh becak. Ngatur mulut orang lo," sangkal Jarrel sembari mencomot mulut Cakra, kesal.

Cakra menampar lengan Jarrel. "Serah gue lah, jing."

Arjuna jengah menyaksikan perdebatan dua manusia anomali itu. Ia menkleh pada sang ketua yang asik dengan jarinya yang sibuk berirama.

"Bos," panggil Arjuna.

Pangeran yang sibuk mengetik pun menghentikan jarinya, padahal ia tengah mengirim pesan dengan ingatannya namun dibuyarkan oleh panggilan anak buahnya. Kemudian menyahut tanpa menoleh. "Paan?"

"Malam jadi gak?" tanya Arjuna menghisap nikotinnya.

Pangeran tampak berpikir sejenak. "Jadi, tapi agak maleman. Gue mau ngedate dulu," ujar Pangeran kembali sibuk sendiri.

"Lo yakin cewek lu mau?" tanya Arjuna disertai ketawa renyahnya. Yang benar saja, dibayangkan saja Syanza tidak akan mau ikut tawaran embel-embel ngedate dengan Pangeran.

Pangeran mendesah dan menatap datar Arjuna. "Yang bilang mau ngedate sama cewek gue siapa?"

Pengakuan sang ketua Savero itu menjeda kegiatan masing-masing mereka. Kalau bukan Syanza yang sebagai kekasihnya, lantas siapa lagi?

"Lah terus sama siapa bos?" Jarrel tampak lebih penasaran.

"Ada deh. Baru nih, gampangan juga," ucap Pangeran terkekeh.

Akhirnya, mereka sadar jika Pangeran merupakan cowok yang banyak menyetujui jika wanita mengajaknya kencan. Jika ditanya berapa mantannya, maka Pangeran dengan bangga berkata 'tidak ada'. Pasalnya ia tidak menganggap mereka, tetapi tidak tahu jika menyangkut Syanza. Harapannya semoga Syanza tidak pernah menjadi mantannya.

"Ya gak gampangan gimana. Orang tampang dan dompet lu mendukung," sewot Cakra melanjutkan kembali perbaikan motornya.

Pangeran terkekeh dan sedikit mencondongkan badannya supaya bisa meraih kepala Cakra. Lelaki itu menepuk-nepuk kepala Cakra sembari berkata, "Anjing pintar."

"Sialan lo bos." Cakra menodongkan sebuah alat untuk melepas baut.

Pelaku yang ditodong pun menegapkan kembali tubuhnya. "Yang sopan dong," balas Pangeran mengambil rokoknya dan menyalakan pematik api. Kemudiam mengapit rokok itu oleh bibir atas dan bawahnya.

Arjuna membuang asap rokok yang kekuar dari mulutnya. Kemudian berujar, "Yaudah, kalau gitu biar buat gue aja si Syanza. Lumayan dia, gak cocok sama cowok bajingan kayak lo."

"Sekali lu sentuh sekali pisau menancap di dada lo," ancam Pangeran menatap Arjuna seolah mau membunuhnya.

"Kagak takut gue, lebih sakit cewek lo lah, sakit tidak berdarah. Kalau lo sebagai cowoknya tukang selingkuh, jangan salahin gue dong yang siap jadi selingkuhan Syanza." Pernyataan itu ampuh memicu amarah Pangeran yang setipis tisu dibagi dua dan dicelupkan ke dalam air.

"LO LAMA-LAMA EMANG MAU GUE BUNUH YA!"

Arjuna terlonjak kaget. Dan mengangkat tangannya mengisyaratkan seolah meminta ampun.

"Selow bos. Bercanda elah, tapi serius juga gue mah terima aja," ujarnya berdiri dan malah semakin menambah kekesalan Pangeran.

Sejuta sudah ancang-ancang siap kabur dari amukan yang menggebu-gebu dari ketua Savero itu.

"TUKANG NGUPIL! SINI GAK LO ANJENG!!"

Pangeran berlari mengejar Arjuna. Jika bersama Syanza dirinyalah yang dikejar.

Cakra berjalan ke arah meja, dan mengambil sebotol minuman kaleng "Punya ketua brengseknya minta ampun. Punya wakil cueknya gak main-main," ucapnya membuka segel kaleng itu.

"Kebanyakan nonton drama lo," ujar Jarrel merebut minuman Cakra.

"Woy! Kalau mau ngambil bego. Dari pada lo banyak nonton bokep," paparnya pada Jarrel.

Zergan tidak suka jika pembahasan mereka mengandung hal mesum, lantas tangannya menjewer telinga keduanya.

"Aduduhh! Sakit woy!" jerit Cakra.

"Zer, kuping gue mau lepas, monyet!!" teriak Jarrel memukul tangan yang menarik telinganya.

"Bacot, balik kelas para rendahan," ucapnya membawa keduanya dengan jeweran yang masih setia.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lha dimana salahnya omongan Arjuna..benar kan?

2025-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Awal Pangeran menembak Syanza
54 Perasaan yang tak pernah berubah
55 Cerita Untukmu?
56 Patah hati Jarrel
57 Pesimis
58 Secercah asa
59 Lebih dari itu
60 Manis tipis-tipis (ZerEa)
61 ZerEa 2
62 Meira?
63 Surat Palsu
64 Terpancing
65 Akses
66 Jejak yang memudar
67 Lagi dan lagi
68 Terjebak rencana sendiri
69 Peninggalan
70 Station!
71 Pandu?!
72 Taman saksi manisnya AlaSya
73 Sebuah jawaban
74 Personel baru
75 Bayangan hari pembersihan
76 Duel
77 Pembersihan
78 Semakin rumit
79 Kota yang hidup
80 Titik tengah
81 Dalam diam yang menusuk
82 Langkah menuju cahaya
83 Suara yang tak didengar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Awal Pangeran menembak Syanza
54
Perasaan yang tak pernah berubah
55
Cerita Untukmu?
56
Patah hati Jarrel
57
Pesimis
58
Secercah asa
59
Lebih dari itu
60
Manis tipis-tipis (ZerEa)
61
ZerEa 2
62
Meira?
63
Surat Palsu
64
Terpancing
65
Akses
66
Jejak yang memudar
67
Lagi dan lagi
68
Terjebak rencana sendiri
69
Peninggalan
70
Station!
71
Pandu?!
72
Taman saksi manisnya AlaSya
73
Sebuah jawaban
74
Personel baru
75
Bayangan hari pembersihan
76
Duel
77
Pembersihan
78
Semakin rumit
79
Kota yang hidup
80
Titik tengah
81
Dalam diam yang menusuk
82
Langkah menuju cahaya
83
Suara yang tak didengar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!