Bab 5 ~ Siapa Lebih Butuh Siapa?

"Aku mau bercerai."

"Uhuk, uhuk, uhuk." Clara yang sedang menyedot jus strawberry-nya langsung tersedak saat mendengar penuturan Elodie. Gadis itu terbatuk dengan kencang, membuat Elodie yang duduk di samping sampai harus menepuk-nepuk punggungnya.

"Kamu mau membunuhku?" kata Clara dengan kesal, pasalnya tepukan Elodie itu bukan untuk menenangkan. Wanita itu seperti menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya.

Elodie nyengir, tidak merasa bersalah sama sekali. "Buktinya batuk kamu hilang."

Clara mendengus kesal, namun gadis itu langsung menatap Elodie horror setelah mengingat sesuatu. "Kamu serius mau bercerai?"

Elodie mengangguk yakin. "Ya, memangnya kenapa? Kamu terlihat kaget seperti itu."

"Haha, tidak! Kamu tidak tahu sudah berapa kali aku menyuruhmu bercerai dengannya tapi kamu menolak. Dan kali ini kamu mau bercerai sendiri, entah kenapa aku merasa aneh." Clara tertawa canggung yang sebenarnya ia tengah bingung.

Jika ini Elodie yang dulu, ia akan dengan semangat menemaninya mencari pengacara saat ini juga. Tapi Elodie yang kehilangan ingatan sekarang, ia takut sahabatnya ini akan menyesal nantinya.

"Aneh kenapa? Seharusnya kamu senang, aku akhirnya bisa sadar setelah enam tahun."

"Iya, tapi ... ah, sudahlah. Kita sudah lama engga ngumpul bareng, gimana kalau kita senang-senang?" Clara menaik turunkan alisnya yang disambut senyuman penuh arti Elodie.

.

.

.

"Daddy!" Pagi-pagi sekali Gray sudah harus memijat kening. Ia baru bangun tidur, tapi suara sang putra sudah memekikkan telinga.

Sebenarnya sudah sebulan lebih ia mengalami ini, tapi bukankah Elodie sudah kembali? Kenapa anaknya masih menyusahkannya, bukan pergi pada ibunya?

"Daddy, Daddy! Bangun!" Cedric naik ke tempat tidur sang ayah, lalu mendorong pria itu dengan segenap tenaga yang ia punya. Sementara Gray yang memang sudah bangun tapi malas membuka mata itu hanya berdehem sebagai jawaban.

"Daddy, aku tidak bisa menemukan dasiku. Nenek Erin juga tidak tahu di mana letaknya."

"Ck, bukankah minggu lalu kau baru mencarinya? Coba ingat-ingat lagi kau taruhnya di mana!" Gray akhirnya membuka mata, menjawab sang putra dengan suara serak dan sedikit kesal.

Cedric menggeleng kencang. "Lupa, aku lupa Daddy. Kalau aku ingat, aku tidak akan bertanya pada Daddy."

"Mommy mu kemana? Coba kau tanya dia saja!"

"Mommy tidak ada, aku sudah ke kamar mommy. Tapi tidak ada mommy di sana."

Gray yang awalnya masih mengantuk seketika membelalak. "Apa? Kemana dia pagi-pagi?"

"Bukan pagi-pagi, Daddy. Mommy keluar dari tadi malam."

"APA?"

Semakin sadar saja pria itu, ia hendak meraih ponsel. Mencari keberadaan sang istri yang ternyata semalaman tidak pulang. Namun tangan kecil sang putra kembali menarik-narik tangannya. "Jadi bagaimana dengan dasiku, Daddy?"

Gray menghela napas kasar, mau tidak mau ia bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan menuju kamar sang anak dengan Cedric yang mengekor di belakang.

"Ini?" Pria itu menatap tajam sang putra sembari memegang dasi berwarna hitam dengan garis-garis putih dan merah.

Cedric hanya bisa nyengir, anak lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat melihat wajah kesal sang ayah. "Tadi aku sudah mencari di laci, tapi tidak ada."

Gray menghela napas lelah, lalu mengulurkan tangan untuk mengacak gemas rambut sang anak. "Daddy, rambutku sudah rapi! Jangan diberantakin lagi!"

"Hukuman karena ceroboh!" balas Gray singkat dengan tawa kecil. Pria itu berlalu keluar kamar sang putra meninggalkan Cedric yang cemberut hingga beberapa senti.

"Tuan, Tuan." Tubuh renta itu berlari menghampiri Gray yang menatapnya bingung.

Bibi Erin berusaha meraup udara, juga menyeka air mata yang mengalir di kedua sudut matanya. "Tuan, kakak saya sakit parah. Saya, saya mau izin pulang, Tuan."

Wanita itu suaranya tercekat, Gray yang biasanya tenang pun memberikan ekspresi lain. "Bibi pulanglah, aku akan mengantar!"

"Tidak perlu, Tuan. Saya akan pulang sendiri."

"Tidak! Kalau begitu biarkan Sam yang mengantar Bibi!" Bibi Erin mengangguk, rasanya sulit juga untuk berbicara.

"Bibi tunggu sebentar." Gray langsung masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar sang putra. Pria itu mengambil semua uang tunainya di dompet dan memberikannya pada bibi Erin.

"Bawalah ini dulu, Bibi. Kalau tidak cukup jangan segan untuk menghubungiku!" ucap Gray dengan tulus membuat bibi Erin semakin banjir air mata.

Ia mengangguk pelan, membuat Gray bisa merasakan betapa sedih wanita itu.

.

.

.

Di tempat lain, bersamaan dengan tumpukan kertas yang menggunung. Terdapat dua orang manusia yang masih tertidur dengan pulas. Namun kini salah satunya mulai bergerak pelan, ia mengangkat salah satu tangannya hingga beberapa helai kertas berjatuhan. Lalu menyingkirkan kertas-kertas di atas wajahnya.

"Hoam! Tidurku nyenyak sekali, seperti aku sudah lama tidak bangun siang seperti ini," gumamnya kemudian mendorong sang sahabat yang tertidur di sebelah.

"Bangun! Ini sudah siang bolong."

"Hem!" Clara yang masih enggan membuka mata itu hanya berdehem ringan. Namun dorongan demi dorongan yang diberikan Elodie mau tidak mau membuatnya bangun.

"Aku masih mengantuk, Elli," rengeknya sembari mengacak-acak kertas yang bertumpuk di atas kasur.

Namun saat menyadari apa yang mereka lakukan semalam, Clara memandang Elodie yang juga tengah menatapnya. Keduanya lalu tertawa senang seakan bernostalgia.

Beginilah cara mereka bersenang-senang. Bukan pergi keluar, jalan-jalan, ataupun menghabiskan waktu di klub. Mereka memilih mengurung diri di kamar, menghabiskan kertas dengan membuat berbagai sketsa. Demikian mereka tidak hanya bersenang-senang, melainkan juga bekerja.

"Bagaimana? Kamu sudah menemukan inspirasi?" tanya Elodie sembari memakan camilan. Wanita yang baru selesai mandi itu menghampiri sang sahabat yang tengah memilah-milah tumpukan kertas hasil coretan mereka.

Clara menggeleng pelan, ia cemberut. Kertas sebanyak itu tapi ia masih belum menemukan ide yang akan ia gunakan sebagai tema perhiasan yang akan ia buat.

Elodie menaikkan alisnya, dapat ia lihat sahabatnya yang tampak tidak bersemangat itu. Wanita itu menjatuhkan diri di samping Clara, lalu mulai ikut memilah. "Masih banyak kertas yang belum kamu periksa. Sini aku bantu."

.

.

.

Sementara di tempat lain, di sebuah ruangan yang tampak mewah sesuai dengan jabatannya. Seorang pria tampak tidak tenang padahal seharusnya ia fokus bekerja. Sebentar-sebentar membaca dokumen. Sebentar-sebentar menghidupkan layar ponsel.

Terus seperti itu hingga ia menyerah, pria itu meraih ponsel dan membuka kontak. Melihat nama Elodie, ia ingin segera menghubungi, namun urung karena ego. Hingga akhirnya ia memutuskan menghubungi sang asisten.

"Cari di mana keberadaan wanita itu sekarang!"

"Wanita? Siapa, Tuan?"

Gray berdecak kesal. "Elodie, is-triku!"

"Ah, Nyonya. Dia sedang berada di rumah nona Claire saat ini."

Mendengar asisten Al yang menjawab begitu cepat membuat Gray mengernyit heran. "Kau tahu dari mana?"

"Kemarin malam nyonya menghubungiku untuk bertanya alamat nona Claire. Nyonya juga meminta untuk tidak mengatakan pada Tuan karena Anda sudah tidur."

Gray mengeratkan genggamannya pada ponsel yang masih ia pegang. Pria itu bergeming, tidak menghiraukan panggilan sang asisten yang berulang.

"Tuan, Tuan, Tuan."

Asisten Al sampai mengecek ponselnya untuk melihat apakah panggilan sang atasan masih terhubung.

"Tuan, apakah Anda masih di sana?"

"Gael Alistair!"

Al menelan ludah saat mendengar nama panjang yang jarang disebut sang bos besarnya. "Ya, Tuan."

"Mulai sekarang katakan apa pun tentang wanita itu. Sedikit saja yang terlewat, tidak ada lagi bonus bulanan!"

Al membelalakkan mata sebelum menjawab dengan buru-buru. "Ya, ya Tuan. Saya akan mengabarkan ...."

Tut.

Gray mengeraskan rahang merasakan emosi yang menggebu.

"Dia pikir aku akan mencari dan menjemputnya lagi?"

"Huh, bahkan tidak mengatakan apa pun sebelum pergi. Tidak, hanya tidak berkata padaku. Cedric bahkan Al tahu."

"Apa karena aku memaksanya semalam?"

"Tidak! Dia pasti sedang mencari perhatian."

"Baiklah, kita lihat seberapa lama kau bisa hidup di luar tanpa aku."

Pria itu bergumam-gumam sendiri. Ia menaruh kembali ponselnya, lalu kembali fokus pada pekerjaan. Dengan percaya diri ia yakin, nanti malam Elodie pasti sudah berada di rumah untuk menyambut kepulangannya.

Namun pria itu tidak sadar, nyatanya ialah yang selalu membutuhkan sang istri, Elodie Estelle.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

next

2025-04-27

2

Rahma Inayah

Rahma Inayah

lanjut thir

2025-04-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Istri Patuh & Ibu Penyayang
2 Bab 2 ~ Berubah
3 Bab 3 ~ Ayo Bercerai!
4 Bab 4 ~ Malu
5 Bab 5 ~ Siapa Lebih Butuh Siapa?
6 Bab 6 ~ Mulai Kelabakan
7 Bab 7 ~ Tidak Ada Yang Beres
8 Bab 8 ~ Mulai Dari Ayam Goreng
9 Bab 9 ~ Proyek Satu Berhasil
10 Bab 10 ~ Mantan
11 Bab 11 ~ Putra Manipulatif
12 Bab 12 ~ Tidak Boleh Terbang Jauh
13 Bab 13 ~ Mencoba Menerima
14 Bab 14 ~ Tidak Berguna?
15 Bab 15 ~ Gerutu
16 Bab 16 ~ Selingkuh?
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Pengumuman.
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Penutup
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1 ~ Istri Patuh & Ibu Penyayang
2
Bab 2 ~ Berubah
3
Bab 3 ~ Ayo Bercerai!
4
Bab 4 ~ Malu
5
Bab 5 ~ Siapa Lebih Butuh Siapa?
6
Bab 6 ~ Mulai Kelabakan
7
Bab 7 ~ Tidak Ada Yang Beres
8
Bab 8 ~ Mulai Dari Ayam Goreng
9
Bab 9 ~ Proyek Satu Berhasil
10
Bab 10 ~ Mantan
11
Bab 11 ~ Putra Manipulatif
12
Bab 12 ~ Tidak Boleh Terbang Jauh
13
Bab 13 ~ Mencoba Menerima
14
Bab 14 ~ Tidak Berguna?
15
Bab 15 ~ Gerutu
16
Bab 16 ~ Selingkuh?
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Pengumuman.
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!