KECEWA

Malam itu, Barra sedang memeriksa undangan yang tadi diberikan Dika untuknya. Acara ulang tahun pernikahan salah satu klien besarnya, seorang pengusaha terkenal yang banyak memberinya proyek besar, akan digelar besok malam. Dika mengatakan bahwa undangan itu juga untuk pasangan Barra.

Barra langsung teringat pada Btari. Bagaimanapun juga, gadis itu adalah istrinya di atas kertas, dan membawa Btari adalah keputusan paling logis untuk menjaga citra. Tapi ia tahu, Btari bukan tipe yang suka datang ke pesta.

Ketika Barra menyampaikan undangan itu kepada Btari di ruang tengah, reaksi gadis itu sudah bisa ia duga.

“Pesta? Aku? Bar, kamu tahu kan aku nggak nyaman di tempat seperti itu. Lagipula, aku nggak kenal siapa-siapa di sana,” kata Btari sambil melipat tangannya di dada.

Barra menghela napas, berusaha tetap tenang. “Bi, ini penting. Klien ini yang memberiku proyek besar tahun lalu. Kalau aku nggak datang, apalagi nggak membawa pasangan, itu bisa dianggap nggak menghormati mereka.”

Btari mengerutkan kening, lalu melirik Barra. “Kamu tahu aku nggak suka pesta, kan? Aku nggak cocok sama suasana glamor seperti itu.”

“Tapi kamu nggak harus jadi orang lain,” balas Barra dengan nada lebih lembut. “Kamu cukup jadi diri kamu sendiri. Senyaman kamu aja.”

Btari terdiam, mempertimbangkan ucapan Barra. Sebenarnya, ia mengerti posisi Barra. Klien besar seperti itu jelas penting untuk karier seorang arsitek. Namun, ia tetap merasa tidak yakin.

“Bagaimana kalau aku canggung? Aku nggak punya baju pesta,” Btari mencoba mencari alasan lain.

Barra tersenyum tipis, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Masalah baju gampang. Aku bisa carikan. Yang penting kamu mau datang, itu sudah cukup.”

“Kenapa kamu ngotot banget?” Btari bertanya, kini menatap Barra dengan serius.

Barra menatap balik, kali ini dengan sorot mata yang tulus. “Karena aku nggak mau klienku merasa kecewa, dan aku butuh kamu di sana. Kamu istriku, setidaknya di depan mereka. Aku nggak bisa pergi sendirian."

Btari akhirnya menghela napas panjang. Meski masih ragu, ada sesuatu dalam nada suara Barra yang membuatnya tak tega menolak. “Baiklah. Tapi cuma kali ini, ya. Dan jangan salahkan aku kalau aku terlihat kaku di sana.”

Barra tersenyum lega. “Itu urusan nanti. Yang penting kamu mau datang. Terima kasih, Bi.”

Malam itu, Btari mulai bersiap secara mental, sementara Barra memikirkan cara agar Btari merasa nyaman di pesta tersebut. Baginya, kehadiran Btari bukan hanya untuk menjaga citra, tetapi juga perlahan menjadi sesuatu yang lebih berarti dari sekadar kewajiban.

...****************...

Malam yang ditunggu tiba, Btari duduk di depan cermin di kamar, memandangi bayangannya dengan sedikit ragu. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia berdandan seperti ini. Alat-alat makeup yang sudah berdebu di sudut meja perlahan ia keluarkan, mencoba mengingat kembali kebiasaannya yang dulu sempat ia tinggalkan.

Baju yang disiapkan Barra—gaun simpel namun elegan dengan warna krem yang lembut—tergantung rapi di lemari. Hijab yang senada pun sudah siap, dilengkapi dengan bros kecil yang menambah kesan anggun.

"Sekali-sekali, aku harus terlihat seperti istri arsitek terkenal, kan?" gumamnya pelan, mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri.

Setelah sekitar satu jam, Btari berdiri di depan cermin, memeriksa hasilnya. Wajahnya terlihat segar dengan riasan minimalis yang menonjolkan fitur alaminya. Hijabnya tertata rapi, dan gaun itu jatuh dengan sempurna di tubuhnya. Kali ini, ia bukan hanya Btari si fotografer alam dengan gaya kasualnya, melainkan Btari yang menjalani perannya sebagai istri seorang arsitek muda yang sukses.

Ketika ia keluar dari kamar, Barra yang sedang memeriksa ponselnya di ruang tamu langsung terpaku. Matanya membelalak sejenak, dan mulutnya sedikit terbuka, seolah kehilangan kata-kata.

“Kenapa kamu bengong?” tanya Btari sambil menaikkan alis, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Barra masih diam beberapa detik, lalu tiba-tiba tersenyum lebar. “Aku nggak tahu kamu bisa terlihat... seperti ini.”

“Seperti apa?” tanya Btari, menatapnya dengan pandangan galak, meski pipinya sedikit memerah.

“Cantik banget,” jawab Barra tanpa ragu, nadanya tulus. “Aku sampai lupa kalau ini kamu.”

Btari mendengus kecil sambil menatap Barra tajam. “Nggak usah lebay. Nggak usah liatin aku gitu."

Barra terkekeh, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. “Oke, oke. Tapi serius, kamu bikin aku terlihat keren malam ini. Klienku pasti bakal terkesan.”

Btari hanya menggeleng, lalu merapikan tas kecil yang ia bawa. “Kalau sudah siap, ayo kita berangkat. Jangan sampai kita telat gara-gara kamu terus melongo.”

Barra tertawa kecil, lalu mengantar Btari ke mobil. Malam itu, meski mereka berdua tahu bahwa pernikahan ini hanyalah formalitas, ada sesuatu yang berbeda di antara mereka—sebuah kesadaran kecil bahwa kebersamaan mereka mulai memiliki arti yang lebih dalam.

Perjalanan berlangsung dengan begitu aman terkendali. Akhirnya mereka tiba di aula mewah yang dipenuhi tamu-tamu berpakaian glamor, Barra tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Ia melirik Btari, khawatir gadis itu akan merasa terintimidasi dengan suasana ini. Namun, kekhawatirannya terbukti tidak perlu. Btari melangkah masuk dengan percaya diri, posturnya tegap, dan wajahnya tenang.

Barra menghela napas lega. Tapi ia masih merasa perlu memastikan kesan pasangan harmonis di depan semua orang.

“Btari," Bisiknya sambil sedikit menunduk ke arahnya, “kamu harus menggandeng lenganku.”

Btari langsung melotot tajam, wajahnya menunjukkan ketidaksukaan. “Apa? Nggak, ah. Aku bisa jalan sendiri.”

“Ayolah, Bi.” kata Barra lebih serius. “Ini penting. Semua orang di sini harus percaya kita pasangan suami-istri yang bahagia. Anggap saja kita pengantin baru.”

"Dasar tukang drama." Kata Btari ketus.

"Tapi itu penting." Bujuk Barra.

Btari mendengus, lalu menatapnya dengan pandangan penuh protes. Tapi akhirnya, ia mengalah. “Baiklah. Tapi kalau ini terlalu lebay, aku berhenti.”

Barra tersenyum tipis dan mengulurkan lengannya. “Deal.”

Dengan enggan, Btari menggandeng lengannya. Langkah mereka kini selaras, dan beberapa tamu mulai melirik mereka, memberikan senyum ramah. Btari tetap tenang, meski ada sedikit rasa aneh di hatinya. Barra, di sisi lain, merasa lega.

Di tengah percakapan dengan tamu-tamu lain, Barra bertemu dengan Dika dan Ryan, dua sahabat dekatnya. Mereka melambaikan tangan dan segera mendekat.

“Barra! Kirain gak datang. Wah, ini Btari?” tanya Ryan, melirik ke arah Btari dengan senyum lebar.

Barra mengangguk dengan bangga. “Iya, ini Btari.”

Btari memberikan senyum sopan. “Halo, lama nggak bertemu kalian.”

Dika menatap Barra dengan alis terangkat, seperti tidak percaya. “Bisa juga bujuk dia buat datang?"

"Sogokannya gede, Dik." Sahut Barra bercanda. "Oh iya, gue ke Pak Irwan dulu, ya." Kata Barra sambil menggandeng Btari lalu pergi menemui tuan rumah.

Namun, suasana santai itu berubah saat Barra sedang menyapa tuan rumah. Dari sudut matanya, ia melihat dua sosok yang ia kenal baik—Nadea dan suaminya.

Barra langsung membeku. Jantungnya berdegup kencang, dan tangannya yang menggenggam jemari Btari menjadi sedikit tegang. Nadea tampak anggun seperti biasa, berdiri di samping sang suami yang gagah dengan senyum ramahnya. Pasangan itu terlihat sempurna, dan Barra tidak bisa menahan rasa getir di hatinya.

Btari, yang merasakan perubahan pada Barra, mengikuti arah pandangannya. Ketika ia melihat Nadea dan suaminya, ia segera memahami situasinya. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa.

“Barra,” gumam Btari pelan, menarik perhatian lelaki itu.

Barra menoleh, matanya masih dipenuhi emosi yang campur aduk.

“Tenang saja. Aku di sini,” kata Btari dengan nada tenang namun penuh makna.

Perkataan itu membuat Barra kembali fokus. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menata dirinya.

...****************...

Btari sudah lama menunggu di parkiran, duduk di kursi mobil sambil menatap jam tangannya. Hampir satu jam berlalu sejak Barra pamit ke toilet. Biasanya, Barra tidak lama, tapi entah kenapa malam ini terasa berbeda. Dengan rasa penasaran yang tak bisa ditahan, akhirnya Btari memutuskan untuk mencari Barra.

Langkahnya mantap menuju ke arah taman samping gedung, tempat yang agak sepi, jauh dari keramaian pesta. Namun, sesampainya di sana, Btari terhenti. Pandangannya langsung tertuju pada sosok Barra yang tengah berdiri berhadapan dengan Nadea. Ada kedekatan yang sangat jelas terlihat antara mereka, bahkan mereka tampak sedang berpelukan.

Btari merasa ada sesuatu yang menusuk di dadanya. Kejutan dan rasa kecewa bercampur aduk. Ia tak bisa percaya melihat apa yang terjadi di depan matanya.

Barra akhirnya menyadari keberadaan Btari. Matanya bertemu dengan tatapan tajam Btari. Sepertinya, semuanya sudah terbongkar.

Btari tersenyum sinis. Senyum itu bukan senyum bahagia, melainkan senyum yang penuh amarah dan kekecewaan. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya berbalik dan melangkah pergi. Langkahnya cepat, berusaha menghindari situasi yang semakin memanas.

Namun, Barra yang tampak panik segera mengejarnya. "Btari, tunggu!"

Btari tidak peduli. Langkahnya tetap mantap, menembus jalan menuju parkiran. Ia merasa dipermainkan. Setelah semua yang telah terjadi, ia masih diperlakukan seperti itu.

Sampai di parkiran, saat ia hendak membuka pintu mobil, sebuah tangan menarik tangannya dengan kuat.

"Btari, dengar dulu," kata Barra, wajahnya penuh penyesalan.

Btari berbalik dengan tatapan penuh amarah. "Dengar apa? Bahwa kamu telah membohongiku? Bisa-bisanya kamu membiarkanku menunggumh dan kamu malah berpelukan dengan kekasihmu. Di tempat umum pula!" suaranya meninggi, hampir tak bisa ia tahan.

Barra menunduk, merasa bersalah. "Bi, aku... aku sangat menyesal. Aku tidak bermaksud... Ini semua salahku."

"Tentu saja salahmu!" bentak Btari. "Kamu menikahiku untuk menutupi hubunganmu dengan kekasihmu itu, tapi kamu malah berpelukan dengan dia di tempat seperti ini. Kalau orang-orang lihat gimana? Kamu nggak menghargai aku disini?"

Barra terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia tahu ia telah melukai Btari. "Aku tahu aku salah. Aku benar-benar menyesal."

Btari menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan amarahnya yang hampir meledak. "Kamu sudah berani menipu aku, dan sekarang aku yang harus menahan semuanya. Aku tidak ingin lagi terjebak dalam permainanmu."

Tangannya mencoba melepaskan diri dari cengkraman Barra. "Kamu bukan hanya menyakitiku, Barra. Kamu juga merusak kepercayaan yang aku coba berikan padamu."

Setelah itu, tanpa menunggu lagi, Btari segera pergi menuju area luar gedung. Ia bahkan tidak mau pulang bersama Barra.

"Bodoh banget sih, Tar. Bisa-bisanya kamu malah kasihan sama orang modelan Barra!" Gerutu gadis itu pada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Mundri Astuti

Mundri Astuti

si barra bener" ngga punya hati, dah lah btari jangan percaya bualan barra lagi, bodoh banget barra masih ngarep sama pacarnya aja, bener" ini yg namanya cinta itu buta, ... kucing berasa coklat .

2025-01-21

0

Indra wijaya

Indra wijaya

kenapa yah di novel banyak cowok ganteng kaya tapi bodoh

2025-02-13

0

jen

jen

mengecewakan. ngapain mau SM cwo ga punya prinsip

2025-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!