CEMBURU

Hari ini terlihat tidak sesibuk kemarin. Bahkan beberapa warga sudah mulai memperbaiki rumahnya. Namun masih ada juga yang bertahan di pengungsian. Di pengungsian yang sederhana itulah, Btari sedang duduk di atas tikar sambil memeriksa kakinya. Raka, seperti biasa, datang membawa peralatan medis kecil. Ia berjongkok di depannya, dengan perhatian penuh memeriksa luka Btari.

"Bagaimana, masih sakit?" tanya Raka lembut sambil mulai melepas perban lama.

Btari mengangguk kecil. "Sedikit. Tapi aku sudah merasa lebih baik dibanding kemarin."

Barra yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya bisa memperhatikan dengan sorot mata tajam. IaDi pengungsian yang sederhana, Btari sedang duduk di atas tikar sambil memeriksa kakinya. Raka, seperti biasa, datang membawa peralatan medis kecil. Ia berjongkok di depannya, dengan perhatian penuh memeriksa luka Btari.

"Bagaimana, masih sakit?" tanya Raka lembut sambil mulai melepas perban lama.

Btari mengangguk kecil. "Sedikit. Tapi aku sudah merasa lebih baik dibanding kemarin."

Barra yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya bisa memperhatikan dengan sorot mata tajam. Di tangannya terdapat dua kotak makanan dan botol minuman. Pikirannya tiba-tiba teringat dengan obrolan dua gadis muda semalam. Apalagi di dapur tadi, ia juga mendengar gosip ini. Wajahnya tampak tegang melihat interaksi antara istrinya dan Raka.

"Kalau begitu, saya ganti perbannya dulu ya," ujar Raka sambil tetap fokus pada pekerjaannya.

Barra akhirnya melangkah mendekat. Suaranya terdengar dingin, tetapi tidak bisa menyembunyikan nada cemburu. "Wah Pak Dokter kelihatan sering sekali mengurus istri saya, ya."

Raka menghentikan tangannya sejenak dan menatap Barra, lalu tersenyum tipis. "Sebagai petugas kesehatan di sini, sudah tugas saya memastikan kondisi semua orang, termasuk Btari."

Barra mendekat lagi, membuat suasana semakin tegang. "Tapi dia ini bukan pasien biasa. Dia istri saya."

Btari yang menyadari ketegangan itu mencoba menenangkan keduanya. "Barra, sudah, aku baik-baik saja. Dokter Raka hanya membantu, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."

Namun, Barra tetap tidak tenang. "Aku khawatir karena kamu selalu bilang baik-baik saja, tapi ternyata tidak. Dan sekarang, aku harus melihat orang lain yang lebih peduli daripada aku."

Raka tersenyum tipis, tetapi tatapannya berubah lebih serius. "Pak Barra, saya paham Anda khawatir. Tapi selama ini, saya hanya membantu semampu saya. Anda suaminya, saya rasa wajar jika Anda ingin lebih banyak terlibat."

Ucapan itu membuat Barra semakin panas. Ia merenggut perban dari tangan Raka dengan gerakan kasar. "Mulai sekarang, biar saya yang urus. Istri saya bukan tanggung jawab Anda."

"Ini tugas saya karena sedari awal saya yang merawat Btari. Saya tahu anda suaminya, namun saya dokter disini. Saya lebih tahu kondisi pasien saya." Raka kemudian mengambil alih perban itu.

Barra baru saja akan merebut perban itu lagi. Namun tangan Btari menahan tangannya. "Nggak perlu seperti ini, Bar. Dokter Raka lebih mengerti dibanding kamu."

Barra menatap Btari dengan emosi. "Kamu membandingkan aku dengan dia, Bi? Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan? Dia-"

"Tenang, Barra. Nggak ada yang membandingkan kamu sama dia disini. Dia dokter. Kamu arsitek. Dikondisiku yang sekarang, Dokter Raka lebih memahami situasinya." Ujar Btari.

Barra diam. Perasaan cemburu ini memang membuatnya hilang akal. Ia akhirnya duduk di samping Btari.

"Teruskan saja perbannya, Dokter." Ucapnya ketus.

Raka hanya mengangguk. Lalu melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu, Btari tampak kikuk di antara keduanya. Apalagi dengan sikap Barra yang masih memasang wajah masam.

"Nggak usah kesal begitu. Senyum, Bar." Bisik Btari.

Raka selesai dengan pekerjaannya. Ia menatap keduanya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Ia bangkit perlahan, merapikan peralatan medisnya. "Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu. Semoga cepat sembuh, Btari."

"Terima kasih, Dokter." Kata Btari.

"Iya. Sama-sama. Saya permisi dulu." Kata Raka kemudian pergi.

"Biasa aja itu wajahnya. Kayak nggak rela ditinggal pacar pergi." Ucapan sinis Barra membuat Btari menoleh.

Ia menatap tajam ke arah Barra. "Nggak seharusnya kamu bersikap berlebihan seperti itu, Bar."

Barra menatap Btari dengan emosi. Perkataan Btari barusan seolah menyalahkannya. "Aku? Kamu itu suamiku, Bi. Ya wajar aku bersikap seperti itu."

"Iya. Suami sementara. Jadi jangan berlebihan." Kata Btari tegas. Barra berdecih kesal.

"Nih makan. Awas kalau nolak. Dibantu aku nolak terus, dibantu dokter itu terima-terima aja." Gerutu Barra sambil menyiapkan makanan untuk Btari.

"Kalau bantu yang ikhlas. Marah-marah terus nanti cepat tua terus mukanya jelek. Kalau jelek, si pacarmu nggak bakalan mau sama kamu."

"Ada kamu. Udah sah pula jadi istri."

"Idih. Amit-amit punya suami kayak kamu."

"Gini-gini aku beneran suami kamu, Btari." Btari menatapnya kesal. Sementara Barra tertawa keras.

...***************...

Barra duduk di kursi sebelah Btari di bus yang membawa mereka kembali ke kota. Perjalanan panjang ini terasa lebih ringan bagi Barra, meski ia tidak bisa menyembunyikan senyum jahil yang terus terbit di wajahnya.

"Aku nggak habis pikir," Barra memulai sambil melirik Btari yang tengah membaca buku. Buku yang dibawa Barra kemarin. "Ternyata ada juga orang yang sepertinya lebih berat melepasmu pergi daripada aku."

Btari mendongak dari bukunya, menatap Barra dengan alis terangkat. "Apa maksudmu?"

Barra tersenyum sinis, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai. "Raka, tentu saja. Aku lihat tadi dia nyaris nggak bisa mengucapkan selamat tinggal. Matanya seperti bilang, 'Jangan pergi, Btari.' Mengharukan sekali." Ujar Barra meniru gaya bicara pemain drama.

Btari mendengus pelan, menutup bukunya dengan santai, tapi jelas tidak tertarik menanggapi. "Barra, nggak usah dramatis seperti itu. Dokter Raka hanya teman. Dia baik kepada semua orang, bukan cuma aku."

Barra terkekeh, melipat tangannya di dada. "Teman, ya? Rasanya aku belum pernah punya teman yang menatapku seperti itu. Kamu yakin dia nggak punya maksud lain?"

Btari menatap Barra dengan datar, jelas tidak terpengaruh oleh godaannya. "Aku tahu kamu suka membuat cerita yang tidak perlu. Tapi tolong, kali ini berhenti. Aku nggak ingin membahas ini lagi."

Barra memiringkan kepala, masih dengan senyum jahilnya. "Kamu ini dingin sekali, ya. Aku cuma bercanda. Tapi jujur saja, kalau aku jadi Raka, aku mungkin akan merasa hal yang sama. Kau cukup menawan, Tuan Putri."

Btari menghela napas panjang, memalingkan wajahnya ke jendela. "Berhenti menggodaku, Bar. Kamu menyebalkan."

"Kalau Raka suka kamu beneran gimana? Dia pasti merasa kehilangan kamu. Apalagi tadi kamu tidak memberikan dia kenang-kenangan." Barra bertanya lagi.

"Sekali lagi bicara asal, aku pukul kamu dengan buku ini, Bar." Ucap Btari kesal.

Barra terkekeh kecil, puas dengan reaksinya. Tapi di dalam hatinya, ia merasa sedikit lega. Melihat Btari yang tetap tenang dan acuh saat nama Raka disebut, membuat kecemburuannya perlahan mereda. Mungkin, meski hanya suami kontrak, ia masih memiliki tempat di hati Btari.

Di sisi lain, Btari hanya menatap jalanan yang berlalu dengan pikiran berkecamuk. Barra memang sering mengganggunya, tapi entah kenapa kali ini, ia merasa ada yang berbeda dalam ejekannya. Namun, seperti biasa, ia memilih mengabaikan semuanya.

Terpopuler

Comments

Mundri Astuti

Mundri Astuti

barra baru begitu dah cemburu, gimana perasaan betari saat di tlpnan ma kekasihnya, saat dia perhatian dan khawatir sama kekasihnya

2025-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!