BARRA, SUAMINYA BTARI.

Di dalam tenda, Raka sedang dengan telaten mengganti perban di kaki Btari yang tampak membengkak. Meski Btari berusaha terlihat tegar, rasa sakit di wajahnya tak bisa sepenuhnya disembunyikan. Kakinya ternyata memang lumayan parah.

"Btari, kamu harus benar-benar istirahat setelah ini," ujar Raka lembut sambil menyelesaikan pekerjaannya. "Kondisimu bisa makin buruk kalau terus dipaksakan."

Btari hanya mengangguk pelan, bibirnya terkatup erat untuk menahan keluhan.

"Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku." Ucap Raka.

Btari berusaha tersenyum tipis. Namun tiba-tiba, ia mendengar namanya dipanggil dengan suara yang terdengar familiar.

“Btari!”

Semua orang di tenda langsung menoleh ke arah suara itu. Barra muncul dengan langkah cepat, wajahnya penuh kekhawatiran. Sebelum Btari sempat bereaksi, Barra sudah berada di hadapannya. Tanpa ragu, lelaki itu memeluknya erat, seolah memastikan Btari benar-benar ada di sana.

Btari terkejut, matanya membelalak, tetapi ia tidak berkata apa-apa. Suasana di tenda seketika hening. Raka hanya bisa memandang pemandangan itu dengan wajah yang sulit diterjemahkan, sementara anggota tim Btari saling bertukar pandang bingung.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kondisimu separah ini? Hpmu juga kenapa nggak aktif? Kepalaku rasanya mau pecah karena khawatir." tanya Barra dengan nada panik, suaranya bergetar. Ia melepaskan pelukannya dan langsung memeriksa Btari dari kepala hingga kaki, tatapannya penuh kecemasan.

Btari masih terdiam, bingung bagaimana harus merespons. Sementara itu, Raka yang berdiri di sebelah mereka akhirnya membuka suara, mencoba menenangkan situasi.

"Kondisi kakinya memang butuh perawatan lebih lanjut," kata Raka dengan nada profesional, meski ada sedikit ketegangan di matanya. "Tapi sejauh ini lukanya sudah saya tangani dengan baik."

Barra mengangguk, meski sorot matanya tetap terpaku pada Btari. "Aku nggak akan biarkan kamu tinggal di tempat seperti ini lebih lama lagi," ujar Barra tegas. "Kita harus cari tempat yang lebih aman untuk kamu istirahat."

Btari hanya bisa menghela napas pelan, menyadari bahwa dirinya kini menjadi pusat perhatian. Namun, di balik rasa canggungnya, ada sesuatu di dada yang perlahan terasa hangat—meskipun ia tahu, hubungan mereka hanyalah sementara.

Masih dalam posisi duduk di kursi pengungsian, Btari lalu mencoba menenangkan Barra yang tampak terlalu panik.

"Barra, aku nggak apa-apa," ujarnya lembut, meski suaranya terdengar lelah. "Lukanya memang masih nyeri, tapi aku sudah dirawat dengan baik oleh Dokter Raka."

Barra mengerutkan kening, masih belum puas dengan penjelasan itu. "Tapi, Btari... kamu nggak bilang soal luka ini dari awal. Apa kamu tahu betapa khawatirnya aku?" Wajahnya yang serius membuat semua orang di tenda diam, kecuali Alexa dan Alvian yang tersenyum kecil sambil mengamati dari samping.

Sikap Barra yang begitu cemas membuat anggota tim Btari hanya saling bertukar pandang, lalu tersenyum melihat kedekatan keduanya. Alexa bahkan sempat berbisik ke Alvian.

"Lucu banget, Btari tidak pernah cerita kalau suaminya seposesif ini, ya."

"Makanya saya nggak ngizin dia pergi ke hutan kemarin. Walaupun tidak dekat, saya kenal Albarra memang akan secerewet ini jika menyangkut orang yang dia sayang." Alvian bersuara pelan.

Namun, situasi itu tidak berlaku bagi Raka. Ia berdiri di samping, memperhatikan interaksi antara Btari dan Barra dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Ada kehangatan di antara mereka yang tidak bisa ia abaikan, tetapi sekaligus membuat dadanya terasa sesak.

"Siapa dia sebenarnya?" pikir Raka sambil mengepalkan tangan di balik punggungnya. Pertanyaan itu terus berputar-putar di pikirannya.

Lelaki bernama Barra ini tiba-tiba datang, memeluk Btari tanpa ragu, dan kini bersikap seolah bertanggung jawab penuh atas Btari, membuat hatinya terasa terusik. Sikapnya seperti pasangan Btari.

Btari yang menyadari atmosfer di sekitar mereka, berusaha mengalihkan perhatian. Matanya menatap Raka.

"Bar, ini Dokter Raka, mantri di sini. Dia yang membantu mengobati kakiku sejak awal. Kalau bukan karena dia, mungkin kondisiku akan lebih buruk." Kata Btari tersenyum tulus.

Raka tersenyum kecil ketika mendengar namanya disebut, tetapi sorot matanya tetap tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran.

Barra menatap Raka dengan tegas, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Jeda sejenak, lalu dengan senyum ramah Barra memperkenalkan dirinya, "Saya Barra, suami Btari." katanya singkat namun tegas.

Raka terdiam sesaat, matanya membelalak kecil. Namun, sebagai seorang yang terbiasa menghadapi berbagai situasi, ia cepat menguasai ekspresi wajahnya. "Oh, begitu," gumamnya sambil membalas jabat tangan Barra. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Barra."

Barra tersenyum. "Terima kasih sudah menjaga Btari." Katanya singkat

Raka membalas senyuman Barra, meski ada beban di dadanya. "Sama-sama. Saya hanya melakukan tugas saya," jawabnya, matanya menatap Barra penuh makna.

Sementara itu, Btari yang duduk di kursi hanya diam, tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Seolah-olah pengakuan Barra bukanlah hal yang besar. Ia sibuk memperbaiki posisi duduknya, berusaha terlihat santai, meski suasana di sekitarnya terasa canggung.

Alexa yang berada di sisi lain mulai memperhatikan perubahan kecil di wajah Raka. Ekspresi ramah dan tenang yang biasa Raka tunjukkan kini sedikit pudar. Ada sesuatu yang berbeda, semacam kebingungan yang terselip di balik tatapan matanya.

"Raka kenapa?" gumam Alexa dalam hati, mencoba menerka sesuatu sambil melirik Btari yang terlihat datar-datar saja.

Barra, yang sepertinya tidak menyadari ketegangan kecil itu, melanjutkan pembicaraannya. "Saya benar-benar khawatir saat mendengar Btari terluka dan ada bencana di sini. Makanya, saya langsung datang." Suaranya tegas, tetapi tersirat kehangatan yang tidak bisa diabaikan.

Raka mengangguk, mencoba menjaga profesionalitasnya meski pikirannya penuh dengan pertanyaan. "Syukurlah Anda datang. Kondisi Btari memang memerlukan perhatian lebih. Tapi sejauh ini, lukanya sudah saya tangani dengan baik," ujarnya dengan nada datar, tetapi Alexa bisa menangkap nada terselubung di balik kalimatnya.

Btari menghela napas pelan, merasa sedikit lelah dengan atmosfer yang perlahan menjadi lebih rumit. "Terima kasih, Raka," ujarnya dengan tulus sambil menatap mantri muda itu. "Dan Barra, aku juga baik-baik saja sekarang, kok. Nggak perlu terlalu khawatir."

Namun, ucapan Btari itu justru membuat suasana semakin aneh. Barra tetap memandang Btari dengan tatapan protektif, sementara Raka hanya bisa tersenyum kecil, menyembunyikan apa yang ia rasakan di balik wajah ramahnya. Alexa, di sisi lain, mulai mencurigai ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional antara Btari dan Raka.

Apalagi ia sempat mendengar obrolan ibu-ibu saat ia belanja ke warung sore tadi. Raka mengajak Btari ke sekolah dan makan siang bersama.

"Kamu nggak liat Mas Raka jadi berubah wajahnya, Tar?" Bisik Alexa pada Btari yang sedari tadi bersikap biasa saja.

Btari menatap Raka yang saat ini masih berbincang dengan Barra.

"Wajahnya masih sama, Lex. Nggak ada yang berubah." Jawabnya polos.

Ariana tertawa mendengar jawaban Btari yang kelewat datar dan polos itu. Sementara itu wajah Alexa sudah jengkel.

"Bukan itu maksudnya, Tar. Itu mimik wajah Pak Dokter mendadak berubah ketika Barra memperkenalkan dirinya sebagai suami kamu." Ujar Ariana.

Btari mengernyit heran. Ia masih belum apa maksudnya. "Kenapa harus begitu? Mas Alvian saja nggak biasa saja ketika dulu Barra memperkenalkan dirinya sebagai suamiku. Kenapa Dokter Raka nggak?"

Merasa geram dengan spontan Alexa memukul kening Btari dengan sendok yang sedari tadi ia pegang.

"Aww!!! Sakit!" Teriakan spontan Btari membuat Barra dan Raka yang masih mengobrol tadi segera menghampirinya.

Hampir saja Raka mendekat lebih dulu, namun masih ia tahan mengingat disana ada suami Btari.

"Kenapa? Apanya yang sakit?" Tanya Barra cemas.

"Nggak kok. Tenang, Bar. Tadi Alexa terlalu keras nampar nyamuk di keningku." Jawab Btari sambil melirik Alexa dengan kesal.

Sementara itu Alexa hanya terkikik kecil.

"Ya udah kalau gitu. Kamu disini dulu. Aku mau ambil barangku yang tertinggal di depan." Kata Barra mengelus kening Btari lalu segera berjalan cepat menuju luar tenda. Diikuti Raka yang langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

Pandangan Btari mengarah ke Barra. Perhatian lelaki itu menimbulkan sedikit rasa aneh di hatinya. Sementara Alexa dan Ariana justru bertukar pandang lalu sama-sama menatap Raka yang juga pergi.

"Fiks, Tar. Pak Dokter memang suka sama kamu." Ucap Alexa diikuti anggukan Ariana.

Namun Btari seolah tidak peduli. Pikirannya justru tertuju pada Albarra.

"Dia benar-benar khawatir sama aku?" Tanyanya dalam hati.

Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!