LOGIKA DAN PERASAAN

"Aku nggak jadi pulang hari ini, Bar. Suamiku menyusul ke Paris tadi pagi. Jadi aku harus nemenin dia."

Begitulah isi pesan dari Nadea tadi siang. Barra mengepal tangan karena kesal. Lagi-lagi ia dijadikan nomor kesekian dalam hidup Nadea. Lama-lama ia seperti kehilangan sosok Nadea yang dulu. Kini kekasihnya lebih sibuk dengan dunia modeling dan statusnya sebagai seorang istri. Apakah ini artinya perjuangan Barra mempertahankan Nadea memang sia-sia? Perempuan itu semakin sulit dijangkau. Semakin lama digenggam semakin sakit pula yang dirasakan.

Buru-buru Barra mengeleng menghilang pikiran buruk tentang Nadea. Bagaimanapun gadis itu adalah kekasihnya. Seseorang yang Barra cintai sepenuh hati.

Kini Barra berada di ruang TV rumahnya. Suara kendaraan tetangga seringkali ia mengira Btari yang datang. Baru sehari ditinggal Btari, suasana rumah ini jadi berubah. Tidak ada Btari yang duduk di sofa sambil menonton tv, tidak ada Btari yang akan teriak-teriak karena menggoreng ikan atau ayam atau pun tidak ada Btari yang akan memancarkan mata yang berbinar ketika harus mencicipi makanan buatan Barra.

"Kamu lagi apa, Bi?" Tanya Barra pada layar ponsel yang menampilkan percakapan dirinya dan Btari. Lebih tepatnya ke chat Barra menanyakan kabar gadis itu. Masih satu conteng abu-abu.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Awalnya Barra mengira Btari yang menelpon, ternyata Nadea. Senyum tipis muncul di wajahnya. Ia sangat merindukan Nadea-nya. Gadis anggun dan sering bertingkah manja padanya.

"Halo, Sayang!" Suara di seberang menyapanya dengan bergitu riang.

Barra terkekeh. "Halo, Sayang. Udah gak sibuk, ya?"

"Hmmh, Nggak. Sekarang waktunya aku sama kamu."

"Aku kangen banget sama kamu."

Terdengar tawa dari ujung telepon. "Aku apalagi. Pengen peluk dan manja-manja sama kamu."

Nada suara Nadea yang seperti ini sangat dirindukan Barra. Gadisnya itu akan terlihat sangat menggemaskan. Berbanding terbalik dengan Btari yang sering menatap Barra dengan tatapan tajamnya dan wajah datar.

Tiba-tiba ia teringat Btari lagi. Ah, gadis kepala itu memang tidak seburuk yang ia kira.

"Kok diam, Bar? Kamu nggak apa-apa?" Tanya Nadea.

Barra tersenyum. "Nggak. Maaf, tadi lagi mikirin sesuatu."

Terdengar suara tawa di ujung telepon. Khas Nadea. "Kamu mikirin aku, ya?"

"Banget, Sayang. Video call aja, ya." Kata Barra sembari berjalan menuju kamarnya agar lebih nyaman.

"Oke deh."

Barra yang sudah berada di kamarnya langsung mengganti panggilan itu menjadi panggilan video. Layarnya ponselnya kini terpampang wajah sang kekasih. Seseorang yang dirindukannya. Senyum Barra langsung terbit begitu melihat wajah cantik itu juga menyambutnya dengan sumringah.

"Kamu cantik banget. Lebih cantik kalau bajunya gak kebuka banget gitu." Ujar Barra dengan lembut.

Nadea tampak berada di kamar hotel. Gadis itu masih memakai dress dengan tali spaghetti dan area dada yang agak terbuka. Rambut panjangnya terurai dengan begitu indah. Semakin menambah kecantikan Nadea. Barra sebenarnya kurang menyukai penampilan Nadea dengan pakaian seksi. Namun ia sadar, Nadea adalah seorang model. Sehingga pakaian seperti itu sebenarnya wajar dipakai oleh seorang model.

"Aku bukan istri sementaramu itu, Bar. Aku sukanya begini." Nadea tampak tidak suka.

"Aku nggak bilang kamu harus seperti dia. Aku hanya kurang suka kamu berpakaian terlalu terbuka seperti itu."

Barra bodoh memang. Ia tidak menyukai Nadea berpakaian terbuka, namun ia lupa bahwa Nadea adalah istri orang. Tentunya Nadea adalah milik suaminya. Dadanya masih begitu sakit membayangkan tubuh Nadea disentuh lelaki lain, sekali pun itu suami Nadea sendiri. Sisi posesifnya tidak menyukai itu.

"Jangan terlalu kuno, Bar. Aku model. Lagipula ini masih wajar di dunia entertainment. Kamu harus siap akan hal itu."

"Iya-iya. Aku minta maaf, ya. Lagipula aku ingin meluapkan rindu padamu, bukan berdebat denganmu." Lagi, Barra mengalah. Ia tidak mungkin bisa membiarkan kekasihnya itu marah.

"Jangan seperti itu lagi, Bar. Aku kurang suka." Suara Nadea terdengar lembut.

"Iya. Aku janji." Sahut Barra.

Malam itu, Barra menghabiskan waktunya dengan bertelepon dengan Nadea. Bercanda dan membicarakan hal-hal yang Nadea lakukan disana beberapa minggu terakhir. Tentunya Barra akan mendengarkan itu dengan baik. Sejauh ini, Barra memang pendengar yang baik. Barra lupa, kesibukannya malam itu membuatnya lupa memastikan kondisi istrinya baik atau buruk. Ia juga lupa bahwa sedari tadi Btari tidak bisa dihubungi.

****************

Jauh dari tempat Barra berada, Btari terduduk di atas dipan kayu sederhana, mengenakan pakaian tertutup dengan jilbabnya yang sedikit berdebu akibat jatuh di hutan. Kakinya yang terluka disandarkan di bangku kecil, terbalut sapu tangan yang mulai basah oleh darah. Ia meringis sesekali, menahan perih sambil menggenggam tas kamera yang kini tergeletak di sampingnya.

Sedari sore, hujan memang turun dengan lebatnya. Hal itulah yang membuat Btari dan timnya hendak pulang. Apalagi langit malam sudah semakin tampak. Namun saat perjalanan pulang itulah, Btari yang terlalu fokus dengan kameranya tidak menyadari terdapat akar pohon yang menyembul di jalan setapak yang dilaluinya.

Saat itulah ia tersandung dan berusaha menahan tubuhnya dengan kaki kirinya, tapi jalanan begitu licin sehingga ia tergelincir dan betisnya terkena kayu kecil yang tajam.

Begitulah yang terjadi sehingga kini ia meringgis kesakitan dan mencoba mengatur pernapasan guna mengelola rasa ngilu dan sakit tersebut. Tentunya atas bantuan timnya, ia pun bisa sampai di penginapan mereka - kepala desa setempat menyediakan rumah salah satu warga untuk mereka tempati sementara.

Pintu kamar bergeser, memunculkan temannya bersama seorang pemuda berpenampilan rapi. Pemuda itu mengenakan kemeja lengan panjang dengan warna netral, tampak membawa kotak kecil di tangannya. Sorot matanya teduh, namun gerak-geriknya tegas, seolah terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

"Btari, ini Mas Raka. Dia mantri desa di sini. Dia akan membantu mengobati lukamu," ujar temannya, Alexa, dengan nada lembut. Btari mengangguk pelan, menatap pemuda itu dengan ragu-ragu, namun akhirnya membiarkan ia mendekat.

"Malam Mbak," sapa Raka sopan, suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Saya periksa dulu ya."

Btari menjawab lirih, "Malam, Dok. Silakan." Ia melonggarkan sedikit posisi duduknya, membiarkan Raka berjongkok di dekat kakinya.

Pemuda itu melepas sapu tangan dengan hati-hati, matanya memperhatikan luka yang tertutup debu dan darah. "Lukanya cukup dalam. Kita harus membersihkannya dulu. Mungkin sedikit sakit, tapi insya Allah cepat sembuh," ujarnya sambil mulai menyiapkan antiseptik.

Btari mengangguk, menggigit bibirnya saat kapas yang dibasahi antiseptik menyentuh kulitnya. Raka bergerak cekatan namun penuh kehati-hatian, memastikan luka itu benar-benar bersih sebelum mengambil pinset untuk mengeluarkan potongan kayu kecil yang menancap.

Sambil menyelesaikan pekerjaannya, Raka sempat melirik Btari yang tampak berusaha menahan rasa sakitnya. "Kamu perempuan yang kuat. Alhamdulillah, ini sudah bersih. Saya balut dulu," ujarnya, tersenyum tipis untuk menenangkan.

"Terima kasih," ucap Btari lirih, menatap perban putih yang kini membalut kakinya. Raka hanya mengangguk sambil merapikan peralatannya. "Jaga kebersihan lukanya, ya. Kalau terasa nyeri atau bengkak, segera kabari saya."

Btari mengangguk lagi, merasa lega namun juga kagum dengan cepatnya tangan lelaki itu mengobati lukanya.

"Makasih, Mas Raka." Ucap Alexa lembut dibalas senyuman ramah dan anggukan kecil Raka. "Tar, aku anterin Mas Raka keluar dulu, ya." Ucap Alexa, Btari mengangguk mengiyakan. Alexa kemudian keluar mengikuti Raka yang lebih dulu keluar.

Btari menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya. Setelah kejadian di hutan tadi, ia baru menyadari bahwa ponselnya tersimpan di tas kamera yang tergeletak di samping dipan. Ia meraih tas itu dengan perlahan, membuka resletingnya, dan mengambil ponsel yang baterainya tinggal beberapa persen.

Saat layar ponsel menyala, matanya langsung tertuju pada deretan notifikasi. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari abangnya, membuat perasaannya seketika gelisah. Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah pesan singkat dari Barra.

'Bi, kabari kalau udah sampai.'

'Bi, Mama dari tadi sibuk banget nanyain kamu. Jangan gak balas.'

'Bi, kamu dipelosok mana sih? Susah sinyal, ya.'

'Bi, nggak usah kepedean ya. Ini hanya karena Mama yang sibuk banget dari tadi nanyain kamu.'

'Bi'

'Bi'

'Bi, kamu nggak matikan? Aku belum mau jadi duda.'

Btari tersenyum tipis melihat pesan singkat Barra. Ia pun memilih menelpon Barra, namun yang terdengar hanyalah suara operator yang mengatakan bahwa Barra sedang sibuk.

'Lagi teleponan sama siapa dia?' Batin Btari cemas.

Suatu rasa yang tidak seharusnya hadir.

Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!