MALAM PERTAMA?

"Iya, Nad, kenapa?" Tanya Barra dengan lembut. Kini ia sudah berada di teras samping. Menjauh dari keramaian karena Nadea menelpon.

"Kamu tanya kenapa? Bar, ini hanya nikah kontrak. Namun kenapa semuanya terlihat sungguhan. Seolah-olah ini adalah pernikahan impian kalian berdua." Nadea terdengar sangat marah.

Barra menghela napasnya. Ia sendiri memaklumi kecemburuan Nadea. Karena seperti itulah rasanya ketika ia melihat Nadea menikah dulu. Wajah kekasihnya itu terlihat sangat bahagia.

"Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Sayang. Itu hanya formalitas tambahan. Keluargaku bisa curiga jika kami menolak untuk foto berdua." Jelas Barra.

"Dari kemarin kamu selalu mengutamakan pendapat dan perasaan keluargamu. Tidak pernah kamu mementingkan perasaanku. Apa itu yang namanya cinta?"

Barra memijit pelipisnya. Amarah Nadea membuatnya pusing.

"Ketika kamu menikah pun fotonya lebih dari itu, Nadea. Kamu bahkan berciuman dengannya saat malam resepsi. Aku bahkan tidak kamu beri penjelasan apapun."

"Ooh jadi kamu ingin mengungkit itu? Kamu tahu sendiri aku menikah karena perjodohan orang tuaku. Aku tidak punya alasan untuk menolak ciuman itu." Suara Nadea masih meninggi.

"Aku tidak bermaksud mengungkit itu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku tidak melibatkan perasaan dalam hubunganku dengan Btari. Aku mencintaimu, Nad. Tolong maklumi semuanya. Ini aku lakukan agar kita aman."

"Tapi mengapa harus seperti itu? Tidakkah kamu memikirkan aku ketika kamu bahkan mencium kening gadis itu?"

"Namanya Btari, Nadea. Aku-"

Terdengar Nadea tertawa sinis. "Kamu bahkan marah ketika aku malas menyebutkan nama gadis itu. Aku tidak peduli dengan nama dan siapa gadis itu, Bar. Aku hanya ingin bisa memastikan bahwa kamu dan dia tidak akan macam-macam." Kata Nadea.

"Sudahlah, Nad. Aku capek. Akan ku jelaskan semuanya ketika nanti aku pulang."

"Nggak. Aku nggak mau, Bar."

"Selamat malam, Nadea. Aku akan selalu mencintai kamu."

Barra segera memutuskan panggilan. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemarahan Nadea membuatnya semakin pusing.

Sementara itu, Btari kini sudah berada di kamar Barra. Mata gadis itu masih tertegun melihat hiasan yang berada di kamar itu terutama tempat tidur. Terlalu banyak kelopak bunga disana. Btari bingung akan tidur dimana. Mungkin ini akan terlihat romantis, namun tidak untuknya dengan situasi seperti ini.

"Kamu belum tidur?" Barra yang baru masuk kamar merasa heran karena Btari kini hanya diam memandang tempat tidur.

"Ruangan ini seperti ruangan pengantin baru. Akan lebih romantis jika yang menempatinya adalah dua anak manusia yang saling mencintai."

Barra menggaruk tengkungnya. Ia juga bingung. Apalagi keduanya hanyalah pasangan yang menikah karena kondisi yang memaksa. "Tampaknya mereka memang serius mempersiapkan ini." Ucap Barra sambil tersenyum kaku.

Btari hanya mengangguk tanpa menjawab. Ia berjalan ke sisi sofa, sengaja menjaga jarak dari ranjang yang sudah dihiasi dengan begitu indah. Ia merapikan jilbab dan gamisnya.

"Saya akan tidur di sini. Kamu bisa pakai ranjangnya." Kata Btari sambil menepuk-nepuk sofa.

Barra menghela napas, mencoba memecah ketegangan. Mana bisa ia membiarkan Btari tidur di sofa sementara ia tidur di ranjang? Lagipula ranjangnya cukup untuk tiga orang.

"Hmmh, Bi. Bukankah lebih baik kita tidur disini? Tempatnya juga luas. Kita bisa taruh bantal di tengah. Aku tidak akan macam-macam." Ujar Raka yang kini duduk di ranjang.

Btari berbalik, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sebenarnya Btari tahu bahwa Barra tidak akan melakukan hal buruk padanya. Namun menjaga dirinya adalah kewajibannya. Bagaimana pun ini tidak seperti pernikahan pada umumnya. Btari bahkan masih memakai jilbab dan kaos kakinya.

Btari menunduk, menggenggam ujung jilbabnya erat-erat. Ia tidak terbiasa berada dalam situasi seperti ini—berdua di ruangan yang penuh simbol cinta, tetapi tanpa cinta yang sebenarnya. Apalagi kini ia hanya berdua dengan Barra.

"Saya tidak terbiasa... dengan ini." Cicitnya.

"Aku juga....tidak. Bagaimana pun ini pernikahan untukku." Kata Barra tidak sepenuhnya berbohong.

"Kamu dan kekasihmu? Yakin tidak pernah berdua di ruangan yang sama?"

"Pernah. Tapi mau kau percaya atau tidak, aku dan Nadea tidak pernah melakukan hal di luar batas. Aku menghargai dan menghormatinya."

Btari mengangguk pelan. Iya percaya kali ini. Jawaban Barra terdengar tegas. Btari kagum akan hal itu. Apalagi dengan gaya hidup keduanya yang sangat glamor dengan lingkungan yang seperti itu pula.

"Bi,"

"Iya?"

"Kamu mau keluar, ya? Maksudku jilbab dan kaos kakimu itu bukankah tidak apa-apa jika dibuka di depanku? Walaupun ajaran agama yang ku dapatkan itu minim, tapi sepertinya aku tahu itu."

Btari tersenyum simpul. "Iya. Kalau keadaannya tidak seperti kita sekarang. Rasanya terlalu aneh, Bar. Mungkin ini karena pernikahan kita hanyalah pernikahan sementara."

"Lalu kamu akan tidur seperti itu setiap malam?"

Btari mencari posisi nyaman. Ia meletakkan bantal sofa di pangkuannya. Lalu menatap Barra dengan serius.

"Tergantung. Kalau kita akan sekamar mungkin iya. Tapi kalau nantinya kita beda kamar, ya tidak."

"Mengapa? Kita sudah sah di mata agama dan negara. Kita bahkan sudah berpelukan bahkan aku juga sudah mencium ke-" Bantal sofa dengan cepar mendarat di wajah Barra.

"Tutup mulutmu, Bar. Jangan ungkit itu lagi!" Btari malu jika ada yang mengungkit itu.

Melihat wajah Btari yang memerah seperti tomat, Barra tertawa pelan. Sesaat kemudian, keduanya hanya duduk di tempat masing-masing, tenggelam dalam pikiran mereka. Akhirnya, Barra mengangkat tangan seolah menyerah.

"Baiklah. Aku tidur di sofa, kamu di ranjang. Jadi tidak ada yang perlu merasa canggung lagi, kan?" Kata Barra yang lansung berdiri.

Btari mendongak, terkejut dengan usulannya. "Nggak, Bar. Lagipula ini kamarmu. Saya bahkan sudah terbiasa tidur di sofa. Bahkan ketika butuh banyak foto, saya sering tidur di tenda."

"Kali ini tidak, Btari. Mau bagaimana pun aku tidak mungkin membiarkan perempuan tidur di sofa sementara aku di ranjang."

"Ya sudah, kita berdua tidur di ranjang. Tapi dibatasi dengan guling." Usul Btari dan Barra langsung mengangguk setuju.

Akhirnya Btari beranjak dari sofa dan mengambil sisi kanan ranjang sementara Barra di sisi kiri. Btari segera meletakkan guling di tengah mereka.

"Ini batasnya, Bar. Jangan melewati ini." Kata Btari mengingatkan.

Barra mengangguk sambil tersenyum tipis. "Siap, Bos." Sahutnya.

Btari tertawa pelan. Mereka berbaring, masing-masing memunggungi satu sama lain. Tapi, setelah beberapa menit berlalu, tidak ada tanda-tanda kantuk menghampiri. Sunyi terasa menyesakkan, hanya diiringi suara napas mereka yang terdengar canggung. Hingga akhirnya Barra memilih mengubah arah tidurnya. Ia menatap langit-langit.

"Lucu ya, kita dulu saling benci di sekolah. Siapa sangka kita bisa sampai di titik ini?"

Btari menghela napas, teringat masa SMA mereka yang penuh persaingan.

"Iya, siapa sangka dulu jadi musuh sekarang malah jadi... suami." Btari merasakan hal aneh ketika menyebutkan Barra 'suami.

Barra tertawa kecil. Hidup memang penuh misteri. Dulunya malas berurusan dengan Btari sekarang malah meminta bantuannya.

"Kamu tuh terlalu ambisius waktu itu. Apa-apa mau jadi yang pertama. Aku hanya berusaha menyeimbangkan keadaan." Ucap Barra.

Btari memutar tubuhnya sedikit, menatap ke arah Barra yang kini telentang. "Saya? Ambisius? Kamu lupa siapa yang selalu minta remidi dulu cuma biar nilainya lebih bagus dari saya?"

Tidak terima dibilang seperti itu, Barra pun mengubah posisinya ikut menatap ke guling. Namun kini yang dilihatnya adalah wajah Btari yang juga menatapnya.

Barra terdiam sebentar. Mata bulat itu kini menatapnya dengan tatapan yang...lebih bersahabat dari kemarin-kemarin.

"Nah malah diam. Berarti memang benar. Dasar!" Kata Btari sambil tertawa kecil.

"Hei, itu strategi. Kalau aku langsung dapat nilai sempurna, kamu bakal kehilangan motivasi untuk bersaing. Aku cuma ingin kamu tetap semangat." Ujar Barra membela dirinya sendiri. Namun tawa tetap menghiasi obrolan nostalgia mereka.

Btari menatapnya dengan tatapan tidak percaya, tapi ia tidak bisa menahan senyum kecil.

"Strategi, katanya. Saya bahkan yakin kamu sebenarnya kesal karena saya selalu lebih unggul di beberapa mata pelajaran terutama lomba debat. Timmu bahkan kalah ketika seleksi Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar."

"Oke, aku akui itu. Tapi itu hanya LCC. Jangan lupa aku selalu unggul darimu di matematika."

Btari tersenyum, mengingat betapa sengitnya mereka saat berdebat di depan kelas atau bahkan saat lomba sekolah.

"Iya kamu memang jagonya kalau soal hitung menghitung. Tapi tetap saja, saya yang pertama selama empat semester di angkatan kita."

Btari, gadis keras kepala itu tampaknya memang tidak membiarkan Barra menang "Kamu tuh keras kepala banget. Tapi mungkin itu yang bikin kamu menarik."

Raut wajah Btari berubah. Ia terdiam sejenak, merasa kata-kata Batra barusan sedikit melunak dibanding nada bercanda sebelumnya. Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan rasa aneh yang tiba-tiba muncul.

"Karena saya memang lebih unggul darimu" Kata Btari yang langsung menepis rasa aneh itu.

Raka tertawa keras hingga kembali menatap mata bulat itu. "Ya ampun, Bi, kamu benar-benar nggak bisa biarkan aku menang sedikit pun, ya?"

Keduanya kini saling tertawa membayangkan bagaimana interaksi mereka dulu.Percakapan terus berlanjut hingga tengah malam. Suara tawa kecil mereka sesekali memenuhi ruangan, perlahan mengikis kecanggungan yang sebelumnya meliputi mereka. Meski masih ada batas berupa guling di antara mereka, malam itu terasa lebih ringan, seolah nostalgia masa lalu memberikan jeda dari kenyataan rumit yang kini mereka jalani.

Walaupun malam pertama mereka terlihat berbeda dengan malam pertama yang lainnya, namun setidaknya kini Btari sudah mulai melunak pada Barra.

Terpopuler

Comments

muthia

muthia

be mampir tp maaf may tanya Maya sama Raka itu siapa ya🙏

2025-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!