Konsep Pernikahan

Berbeda dengan malam sebelumnya, malam ini hawa dingin begitu terasa. Hawa dingin sisa hujan tadi sore masih setia menemani Barra yang masih sibuk mencoret-coret kertas sketsa di ruangannya. Ruangan modern yang penuh dengan blueprint, model miniatur bangunan, dan laptop yang menyala itu tampak begitu berantakan. Hal itu tampak serupa dengan penampilan Barra yang juga berantakan. Kemejanya mulai kusut dengan kancing atas yang terbuka, rambutnya pun berantakan. Sangat jauh dari penampilan dan cara kerja Barra selama beberapa tahun menggeluti dunia arsitektur ini. 

Pikiran lelaki itu melayang ke perdebatan antara ia dan mamanya kemarin. Ditambah dengan pertemuan antara dirinya dan Btari tadi siang yang tidak menemukan kesepakatan. Ini semua perihal konsep pernikahan. Sungguh, tidak terbersit dalam pikiran Barra bahwa pernikahan kontrak ini akan serumit ini.

Masih terekam jelas bagaimana perdebatan sengat mereka tadi.

"NGGAK! Saya tidak setuju." Suara Btari terdengar lebih meninggi dari biasanya. 

Gadis itu menatap Barra dengan tajam. Ia juga bahkan menghela napasnya dengan gusar.  "Ini hanya pernikahan kontrak, Bar. Bisa dibilang ini hanya pura-pura. Saya nggak bisa harus berada di pelaminan disaksikan ratusan bahkan ribuan orang yang saya nggak kenal. Apalagi pernikahan ini bukan tujuan hidup saya. Lagipula akan lebih bahaya jika nanti nyatanya kita akan bercerai. Lagipula ini akan memakan banyak tenaga, waktu dan uang." Ujar Btari berapi-api. 

Barra yang tadi duduk kini ikut berdiri. Menatap Btari dengan tatapan memohon. 

"Mereka tidak tahu kalau ini hanya pernikahan kontrak, Bi. Kamu bahkan tahu bagaimana antusiasnya mama ketika bertemu kamu kemarin. Bagi mereka ini adalah pernikahan pada umumnya. Dan ya... Harus dirayakan sebagaimana mestinya." 

Btari menyilangkan tangannya di dada. Tatapannya agak melembut seketika membayangkan wajah mama Barra. 

"Ini sulit untuk saya, Albarra. Ini bukan pernikahan impian saya. Lagipula saya tidak mau harus menarik simpati keluargamu dengan memenuhi seluruh keinginan mereka. Urusanku hanya menutupi hubunganmu dengan kekasihmu." 

Suara Btari menyiratkan bahwa ia memang tidak bisa mengabulkan permohonan Barra. Lagipula lelaki itu sadar bahwa itu memang akan menyulitkan Btari di kemudian hari. Keluarganya adalah orang terpandang. Jika mengadakan pernikahan itu secara mewah maka akan banyak orang yang mengenali Btari. Tentunta itu akan mengganggu gadis introvert itu.

"Tolong pikirkan lagi, Bi. Jika memaksa untuk hanya diadakan akad, maka akan menaruh curiga mereka." 

"Lantas kenapa tidak kamu beritahukan semuanya saja? Mereka akan lebih kecewa padamu kalau mereka tahu pernikahan ini hanya topeng." 

"Mereka terlebih Mamaku akan tidak menyetujuinya."

"Saya capek, Bar. Keputusan saya tetap sama. Tidak akan ada resepsi mewah itu." Tegas Btari. Lalu Btari berjalan menuju meja kerjanya. 

Ketika Btari sudah kembali memfokuskan dirinya ke pekerjaan, Barra sadar keputusan gadis itu sudah bulat. Hingga akhirnya Barra pun keluar ruangan Btari dengan wajah lesu.

Kini disinilah Barra berada. Niatnya ingin mengerjakan proyek besar yang sedang digarap, Barra justru hanya mencoret-coret kertas. Ia tidak bisa fokus sekarang. 

Barra bahkan tidak menyadari kedatangan dua rekannya, Ryan dan Dika. Dua lelaki itu menatap Barra yang duduk diam dengan menatap  kosong blueprint. Kedua lelaki itu saling bertukar pandang seolah sama-sama sedang memahami kemungkinan yang akan terjadi.

"Gimana, Bar? Lo sudah lihat desain fasad untuk proyeknya? Gue butuh masukan lo sebelum kita serahkan ke klien?" Tanya Ryan. 

Suara Ryan menyadarkan Barra. Lelaki itu memijit pelipisnya. Matanya lalu menatap dua rekan sekaligus sahabatnya itu dengan rasa bersalah. 

"Maaf. Gue belum sempat cek desainnya." 

Ryan dan Dika saling pandang. Ini seperti bukan Barra yang biasanya. 

"Belum sempat? Bar, sejak kapan ada kata nggak sempat dalam hidup lo. Biasanya lo yang paling cepat memeriksa hal detail begini. Lo kenapa?"

Barra menyandarkan kepalanya di kursi. Sesekali memijit kepala sembari memejamkan matanya.

"Gue lagi pusing. Pernikahan ini membuat semuanya lebih rumit. Orang tua gue maunya diadakan secara besar-besaran sementara Btari maunya akad aja."

Ryan dan Dika saling pandang. Keduanya menatap Barra dengan prihatin. Namun juga heran dengan sikap Barra yang tidak biasa. 

"Pernikahan? Oke gue bisa memaklumi orang tua lo yang mau acaranya mewah. Pak Andreas itu punya banyak kolega bisnis. Tapi Btari? Maksud gue, lo agak aneh karena terlalu memperhatikan permintaan Btari."

Ryan mengangguk mengiyakan perkataan Dika. "Tapi ini hanya pernikahan kontrak, Dik. Btari juga berpikir buat apa mengadakan acara besar sementara ini hanya kontrak. Agak membingungkan memang."

"Komunikasi lagi sama Btari, Bar. Gue rasa dia juga pasti bisa memaklumi hal itu." Kata Dika. 

"Gue berdebat keras sama Btari, Dik. Wajah itu cewek lebih galak dari yang dulu. Mana jutek banget. Di satu sisi sifat nggak pedulian dia itu menguntungkan hubungan gue sama Nadea, namun di sisi lain juga membuat gue pusing." Keluh Barra. 

"Lagian lo juga malah buat masalah pacaran sama istri orang. Kalau bukan sahabat gue, udah gue caci-maki lo berdua." Ungkap Dika dengan wajah serius. 

"Gimana kalo intimate wedding aja, Bar? Ya, lo cukup ngundang keluarga besar kalian aja dan beberapa kenalan dekat. Bilang aja sama Pak Andreas kalau Btari nggak suka keramaian dan agar acaranya lebih berkesan untuk kalian." Kata Ryan memberi saran. 

Barra diam. Sepertinya ini memang jalan tengahnya. 

"Oke gue coba." Jawabnya. 

Dika dan Ryan tersenyum lega. Ryan lalu berjalan mendekati Barra. Wajahnya terlihat serius. 

"Barra, lo tahu ini bukan hanya soal pernikahan. Perusahaan kita juga ada di ujung tanduk kalau lo nggak fokus. Ini proyek terbesar yang kita dapatkan sejak kita mulai empat tahun lalu. Kalau kita gagal, reputasi kita akan hancur. Gue harap lo bisa mengatasi ini." Ucap Ryan sambil menepuk bahu Barra. 

"Iya. Gue tahu itu. Tapi tadi gue memang nggak bisa berpikir jernih sekarang. Tekanan dari keluargaku, dari Btari, Nadea dan dari proyek ini... semuanya datang bersamaan.”

Dika menghela napasnya. Barra seperti ini karena masalah yang ia buat sendiri. Antara kesal dan prihatin bercampur aduk.

“Lo perlu memprioritaskan, Bar. Kalau lo biarkan semua ini mengacaukan diri lo, kita semua yang akan menanggung akibatnya." Ujar Dika.

Barra menatap keduanya dengan rasa bersalah. "Iya. Gue sadar. Semoga nanti Btari bisa mengerti."

“Dengar, Barra.  Lo harus mengingat kenapa kita memulai ini bersama. Perusahaan ini adalah mimpi kita, dan lo adalah pemimpinnya. Kalau lo jatuh, kita semua ikut jatuh. Gue yakin lo bisa mengatasi ini semua. Semangat." Kata Ryan memberi semangat. 

Barra tersenyum kecil. "Thanks, guys. Maaf sudah membuat kalian panik. Nanti segera gue kirim beberapa rekomendasinya ya ke kalian." 

Ryan dan Dika terkekeh. Mereka memang kesal dengan Barra yang masih mempertahankan hubungannya dengan Nadea. Namun mereka juga tidak bisa tinggal diam ketika Barra ada masalah.

“Baiklah. Tapi jangan terlalu lama, Bar. Klien tidak akan menunggu selamanya. Dan, hei, jangan lupa tidur.” Kata Ryan lalu berjalan ke arah pintu bersama Dika. 

***

Malam semakin larut. Sudah  hampir seharian Btari bekerja. Ia hanya berhenti ketika ingin sholat. Makan pun seadanya. Kini Btari sedang duduk di ruang kerjanya, fokus pada layar laptop sambil mengedit foto-foto satwa liar untuk proyeknya. Salah satu tim editornya sedang sakit, oleh karena itu ia harus mengerjakan bagian editing juga. Meja kerjanya berantakan dengan kamera, lensa, dan beberapa catatan.

Seperti yang tadi Indy katakan bahwa Barra kembali datang. Letak studio kerja Btari di lantai atas kontrakan mereka. Kini Barra sudah masuk ke ruangan, membawa secangkir kopi hangat, mencoba mencari momen yang tepat untuk berbicara dengan Btari tentang konsep pernikahan mereka. 

Tanpa Btari sadari, Barra mengulas senyum kecil ketika melihat Btari yang sedang sibuk bekerja. Kacamata membingkai mata bulat itu. Wajahnya terlihat fokus. Kalau kata Indy tadi ketika membuka pintu masuk, Barra harus hati-hati menjaga suasana hati Btari. Gadis itu enggan diganggu kalau sedang fokus.

Barra berjalan ke sofa tidak jauh dari meja kerja Btari. Lelaki itu lalu meletakkan kopi yang tadi ia bawa di meja. 

"Istirahat dulu, Bi. Kamu sudah berjam-jam di depan layar."

Btari tersenyum tipis, tapi tetap fokus pada layar “Terima kasih. Tapi kalau kamu di sini untuk bicara tentang pernikahan lagi, saya benar-benar tidak punya waktu untuk itu sekarang.”

Seperti dugaan Barra. Gadis ini akan menolak membicarakan hal ini lagi. Namun ia tetap harus melakukan saran Ryan tadi. Barangkali Btari akan menerima. Lelaki itu lalu memilih duduk di kursi lebih dekat dengan meja kerja Btari. 

“Aku tahu kamu sibuk, Bi. Tapi aku rasa kita perlu menyelesaikan ini sebelum semuanya semakin rumit.” 

Btari menoleh sebentar, lalu menghela napasnya. Hingga ia pun mengangguk “Baik, apa lagi sekarang? Saya harap kamu datang tidak dengan ide gila itu lagi." Ujar gadis itu menatap Barra serius.

Dalam hati Barra bersyukur karena ternyata Btari tidak sekeras kepala itu.

“Aku memikirkan usulmu. Kamu benar, kita tidak perlu pesta besar. Tapi aku juga harus mempertimbangkan keluargaku. Mereka akan curiga kalau kita tidak merencanakan apa-apa.”

"Jadi apa yang akan kamu tawarkan? Saya sudah bilang kalau tidak akan mau berpura-pura lebih dari yang sudah kita sepakati.”

“Intimate wedding. Hanya keluarga dekat dan beberapa teman. Tidak ada ribuan tamu, tidak ada pesta besar. Cukup sebuah acara sederhana tapi tetap bermakna. Ini akan membuat keluargaku tenang, dan kau tidak perlu merasa terbebani.” Ucap Barra dengan kalimat lebih lembut.

Gadis itu melepaskan kacamatanya. Ia diam sejenak. Hingga kembali menatap Barra.

"Hanya keluarga dan teman dekat? Tidak ada wartawan dan idak ada tamu bisnis keluargamu?”

“Ya. Aku akan pastikan tidak ada wartawan atau hal lain yang membuatmu tidak nyaman. Ini hanya untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan kita dan harapan keluargaku.” Raka berkata dengan yakin.

"Kamu benar-benar yakin ini akan menyelesaikan masalah?” Suara Btari terdengar lebih pelan dari tadi.

“Aku tidak yakin apa pun akan sempurna,. Tapi aku ingin mencoba membuat ini lebih mudah untuk kita berdua.” Jawab Barra sembari tersenyum tipis. 

"Baiklah. Intimate wedding. Tapi ingat, Bar, ini tetap pernikahan kontrak. Jangan sampai kamu atau keluargamu melanggar batasan yang sudah kita sepakati. Apalagi kekasihmu itu. Pastikan dia tidak lagi berdebat dengan apa yang sudah kita berdua sepakati." Ujar Btari tegas. 

"Terima kasih, Btari. Aku janji, aku akan menjaga semuanya tetap sesuai rencana.” Barra tersenyum lebar. Hatinya sudah sedikit lega. 

Btari mengangguk sembari mengulas senyum kecil. Ia laku kembali memakai kacamata dan kembali ke laptopnya. "

"Kita lihat saja nanti, Bar. Tapi jangan sampai kau membuatku menyesal setuju dengan ini.” 

"Iya." Barra kemudian beranjak dari duduknya. "Aku pamit. Kopinya jangan lupa diminum. Semoga itu bisa membantumu lebih fokus." Kata Barra. 

Btari mengangguk. Matanya beralih ke kopi yang dibawa Barra tadi. 

"Iya. Terima kasih." Ucap gadis itu. Matanya menatap kepergian Barra dari ruangannya. 

"Semoga keputusan ini tidak membuatku menyesal di kemudian hari." Perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya. 

Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
Episodes

Updated 98 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!