CLB - Karpet Merah

Rumi tidak ingin terbawa perasaan, saat ini ia masih menata hatinya setelah kecewa dari Ardi dan Mela. Kalau mengikuti emosi rasanya ingin menunjukan statusnya, di mana menjadi istri seorang Kaisar adalah impian para wanita. Tampan, gagah, pekerjaan jelas dan bisa dipastikan hidup pria itu sangat mapan. Meski kadang sikap arogan dan cuek Kaisar sangat menyebalkan.

Perlu waktu untuk membuktikan kalau pernikahan mereka akan berjalan dengan baik dan menimbulkan perasaan yang sesungguhnya. Kadang interaksi mereka cukup manis dan Rumi menyadari itu. Bisa saja hanya cinta lokasi karena kebersamaan mereka dalam ikatan pernikahan yang diawali dengan keterpaksaan.

Ada yang belum terjawab sampai dengan sekarang dan Kaisar selalu bungkam, masalah cium4n seakan mereka biasa melakukan itu. Kalaupun terjadi kapan Kaisar melakukannya karena Rumi tidak ingat dan tidak pernah mengizinkannya.

“Serius kamu ikut Pak Kaisar ke Jakarta?” tanya Medi saat Rumi menyampaikan niatnya ikut ke Jakarta. Meski sudah memprediksi kemungkinan tersebut.

“Iya, pak.”

“Padahal saya cocok kerja dengan kamu. Chemistry kita bagus, Rum.”

“Masa sih, saya nggak ngerasa begitu deh,” balas Rumi.

“Lalu nasib saya gimana ini, belum ada pengganti kamu?”

“Ya nggak ngerti, itu urusan bapak. Sebelum saya datang memang gimana, baik-baik aja ‘kan?”

Medi menggaruk pelipisnya. “Sudahlah, biar saya pikirkan solusinya. Lalu, kapan kalian berangkat?”

Rumi mengedikkan bahunya. Masalah yang terjadi di cabang memang sudah diatasi dan saat ini hanya dalam proses pengawasan. Artinya Kaisar sudah bisa kembali dan orang yang ditunjuk sebagai pengawas menjadi bawahan Medi pun sudah direkrut.

“Menurut saya kalian memang akan menjadi pasangan yang cocok. Yang satu dingin yang satu galak. Ikut bahagia untuk kalian.”

Pernyataan Medi barusan tidak membuat Rumi bangga yang ada malah mengernyitkan dahi.

“Bapak itu muji apa nyindir sih?”

“Tergantung kamu mendengar dari sisi mana. Yang jelas saya dukung kamu Rum dan jangan lupakan saya di sini. Karena tugas dari saya untuk temani Mas Kaisar kamu sekarang jadi istrinya.” Medi terkekeh mengingat sebab pernikahan Kaisar dan Rumi.

“Sudah takdir kali pak.”

“Sekarang kamu bilang takdir, waktu habis nikah kamu salahkan saya terus.”

Pintu ruangan Medi terbuka dan Kaisar berdiri di sana.

“Kamu di sini?” tanya Kaisar tentu saja pada Rumi. Kedatangannya mencari Rumi seakan menunjukan kalau ia tidak menyukai Rumi bersama pria lain meski konteksnya pekerjaan. 

“Untung atasan, kalau bukan sudah saya semprot deh,” gumam Medi karena Kaisar masuk tanpa mengetuk pintu.

“Tenang saja mas Kaisar, diskusi kami sudah selesai. Rumi sudah boleh keluar, sekarang dia punya jabatan double di kantor. Asisten saya dan asisten Mas Kaisar juga. Rumi, sana!” Medi pun mengusir Rumi.

Rumi hanya mengangguk lalu mengekor langkah Kaisar.

“Kamu pulang dan bereskan barang-barangmu sekalian punya saya. Besok kita berangkat dan nanti malam aku mau traktir semua teman-teman di sini. Anggap saja malam perpisahan.”

“Saya bereskan kerjaan dulu, sekalian serah terima dokumen dan file,” ujar Rumi.

“Hm.”

“Alasan saya ikut bapak, apa? Mau jujur dengan masalah kita?”

“Aku akan jujur kalau kita sudah menikah, tapi nanti di Jakarta bukan di sini.” Rumi hanya mengangguk mendengar keputusan Kaisar. Paling tidak itu yang terbaik agar tidak ada prasangka buruk dengan mereka.

Bisa saja orang malah menganggap Rumi murahan karena ke gap sampai dinikahkan. Begitupun dengan Kaisar yang bisa saja mendapatkan image buruk, padahal selama ini menjaga betul nama baiknya.

“Mas Kaisar.”

Bukan hanya Kaisar yang menoleh mendengar panggilan itu, Rumi pun sempat menoleh meski langsung menuju meja kerjanya. Namun, tetap mendengar apa yang Erni ingin sampaikan pada Kaisar.

“Iya,” jawab Kaisar.

Erni menghampiri sambil senyum-senyum dengan gerak-gerik centil.

“Hari ini terakhir Mas Kaisar di sini ya?”

“Hm,” jawa Kaisar. Kali ini lebih singkat.

“Yah, padahal kita senang loh kedatangan orang pusat. Mana tahu ada yang bisa direkrut mutasi ke Jakarta.”

“Kalau masalah itu, tanyakan saja ke Pak Medi bagaimana prosedur mutasi.”

Kaisar meninggalkan Erni yang menunjukan raut wajah kecewa.

“Ish, dingin banget sih, tapi makin penasaran.” Erni mendekati Rumi yang sibuk menata dokumen untuk serah terima. “Heh, kamu dimutasi lagi ya?”

“Iya, mbak.”

“Ke mana?” tanya Erni lagi.

“Saya ….”

“Lo bikin kasus apa sih sampai harus dimutasi lagi. Padahal di sini belum ada dua bulan.”

“Rumi bukan dimutasi, kemungkinan dia akan resign.” Erni terkejut mendengar Medi yang menjawab dan pria itu sudah berada di antara mereka.

“Kamu beneran resign Rum?”

“Kayaknya, begitu mbak.”

“Rumi mau menjadi istri yang baik, ibu rumah tangga bukan wanita karir. Biar karir kamu bagus, mending sana kembali kerja nggak usah kepo sama urusan orang.” Medi mengusir Erni karena menghambat kerja Rumi.

“Nggak usah bilang terima kasih, suami kamu nelpon saya minta usir Erni dan jangan ganggu kamu.”

Rumi ingin tersenyum mendengar ucapan Medi. Untuk apa Kaisar melakukan itu, karena profesionalisme kerja atau memang tidak ingin melihat dirinya kesulitan.

“Nggak usah senyum-senyum, lanjut kerja!” titah Medi. 

“Ish, nggak bisa lihat orang senang.”

***

Makan malam yang Kaisar adakan bertempat di warung tenda yang menyediakan aneka seafood, tempat favorite Rumi.

“Ayo, pesan apa saja. Semua ditanggung Mas Kaisar,” titah Medi. “Malam ini perpisahan dengan beliau karena besok kembali ke habitatnya.”

Mendengar itu wajah Kaisar langsung kecut, kembali ke habitat seakan ia adalah hewan langka yang harus dilestarikan.

Beres dengan acara makan-makan, rekan kerja Rumi berpamitan dan menyalami Kaisar termasuk juga dengan Rumi yang mereka tahu akan resign. Acara formalnya sudah dilaksanakan di kantor, briefing seperti saat Kaisar tiba.

“Besok saya yang akan mengantar kalian ke terminal,” ujar Medi. “Saya jemput dan saya antarkan lagi, bedanya kali ini Mas Kaisar bawa gandengan,” ungkapnya lalu terkekeh.

Kaisar dan Rumi saling tatap dengan pikiran masing-masing. Rumi gugup dan takut menghadapi hidupnya nanti, sedangkan Kaisar sedang mempersiapkan disindir dan diejek oleh keluarga juga kedua sahabat konyolnya.

“Ayo pulang, sudah mulai dingin,” ajak Kaisar, tentu saja ia ingin segera istirahat dan melakukan aksinya seperti biasa. Berharap kali ini bisa mendapat lebih dari bibir Rumi.

‘Kapan pedang gue bisa berguna, sampai sekarang masih jadi gantungan doang,’ batin Kaisar. 

Masih dalam perjalanan menuju kontrakan, ponsel Kaisar bergetar ternyata ada pesan masuk dari Johan.

Om Johan : Kita sudah siapkan karpet merah menyambut kedatangan Nyonya Kaisar Sadhana.

\=\=\=\=\=\=\=

Pembaca : ish gak sabar momen Kami bucin2an terus ketemu Mela.

Kaisar : gue nggak sabar unboxing, entah nunggu bab berapa

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

unboxing nya di pending dulu Kai , tunggu sampai tu benih" kecambah tumbuh dulu biar makin ada asyiiik pas ninaninu 👻🙈😍❤️🤣🤣🤣

2025-01-09

0

Greenindya

Greenindya

ya elah Kai sabar napa nanti kl udah waktunya jg bisa unboxing

2025-01-17

0

ayudya

ayudya

ada enak dan tidak enak nya punya atasan kayak pak medi 😂😂😂

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog ~ CLB
2 CLB - Berkah Atau Musibah
3 CLB - Saya Juga Lapar
4 CLB - Cewek Pertama
5 CLB - Sudah Mandi?
6 CLB - Pantas Saja Jomblo
7 CLB - Belum Ada Judul
8 CLB - Salah Sangka
9 CLB - Bukan Prank
10 CLB - Drama Suami Istri
11 CLB ~ Mau Kemana?
12 CLB - Tinggal Bersama
13 CLB : Enaknya Punya Istri
14 CLB - Mau ....
15 CLB - Lagi ....
16 CLB - Mau Ikut
17 CLB - Karpet Merah
18 CLB - Mela dan Ardi
19 CLB - Sambutan Keluarga
20 CLB - Mirip Dengan ....
21 CLB ~ Perasaan
22 CLB - Jatuh Cinta
23 CLB - Menyesal
24 CLB - Lebih Hebat
25 CLB - Sambutan Keluarga
26 CLB - Gagal Lagi
27 CLB - Bertemu (Lagi)
28 CLB - Mencari Tahu
29 CLB - Kamu Siapa?
30 CLB - Terungkap
31 CLB - Rencana
32 CLB - Bertemu Mertua
33 CLB - Ada Yang Salah
34 CLB - Rencana (2)
35 CLB - Tidak Mungkin
36 CLB - Ternyata ....
37 CLB - Belum Ada Judul
38 CLB - Ternyata (2)
39 CLB - Nanti Juga Tahu
40 CLB - Tidak Mungkin
41 CLB - Balas Dendam
42 CLB - Tuduhan Ardi
43 CLB - Gaya Apa
44 CLB - Akhirnya Berhasil
45 CLB - Karena Rumi
46 CLB - Masa Lalu
47 CLB - Mikirin Aku
48 CLB - Kerja Siang dan Malam
49 CLB - Ancaman Ardi
50 CLB - Tempat Sampah
51 CLB - Rumi Sakit
52 CLB - Sakitnya Rumi (2)
53 CLB - Hamil
54 CLB - Perempuan Gil4
55 CLB - Cewek Gila
56 CLB - Kami Bersaudara
57 CLB - Karatan
58 CLB - Baby Rusa
59 CLB - Keluarga Yang Aneh
60 CLB - Suami Mesum
61 CLB -
62 CLB - Menyadari Kesalahan
63 CLB - Siapa Yang Gil4
64 CLB - Tanda - tanda
65 CLB - Bulan Madu
66 CLB - Rumi Vs Rida
67 CLB - I Love You
68 CLB - Masih Kuat
69 CLB - Tanda-tanda (2)
70 CLB - Nama Kesayangan
71 CLB - Luar Biasa
72 CLB - Kontraksi
73 CLB - Seriuslah Kai ....
74 CLB - Seperti Digigit
75 CLB - Akhirnya ....
76 CLB - Kejutan (1)
77 CLB - Kejutan (2)
78 CLB - Warisan Kaisar
79 CLB - Aku Buktikan
80 CLB - Kontraksi
81 CLB - Kondisi Mamak
82 CLB - Kaisar VS Dokter
83 CLB - Astaga ....
84 CLB - Terserah!
85 CLB - Tidak Yakin
86 CLB - Benar Anakku
87 CLB -
88 CLB - Rahasia
89 CLB -
90 CLB - End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog ~ CLB
2
CLB - Berkah Atau Musibah
3
CLB - Saya Juga Lapar
4
CLB - Cewek Pertama
5
CLB - Sudah Mandi?
6
CLB - Pantas Saja Jomblo
7
CLB - Belum Ada Judul
8
CLB - Salah Sangka
9
CLB - Bukan Prank
10
CLB - Drama Suami Istri
11
CLB ~ Mau Kemana?
12
CLB - Tinggal Bersama
13
CLB : Enaknya Punya Istri
14
CLB - Mau ....
15
CLB - Lagi ....
16
CLB - Mau Ikut
17
CLB - Karpet Merah
18
CLB - Mela dan Ardi
19
CLB - Sambutan Keluarga
20
CLB - Mirip Dengan ....
21
CLB ~ Perasaan
22
CLB - Jatuh Cinta
23
CLB - Menyesal
24
CLB - Lebih Hebat
25
CLB - Sambutan Keluarga
26
CLB - Gagal Lagi
27
CLB - Bertemu (Lagi)
28
CLB - Mencari Tahu
29
CLB - Kamu Siapa?
30
CLB - Terungkap
31
CLB - Rencana
32
CLB - Bertemu Mertua
33
CLB - Ada Yang Salah
34
CLB - Rencana (2)
35
CLB - Tidak Mungkin
36
CLB - Ternyata ....
37
CLB - Belum Ada Judul
38
CLB - Ternyata (2)
39
CLB - Nanti Juga Tahu
40
CLB - Tidak Mungkin
41
CLB - Balas Dendam
42
CLB - Tuduhan Ardi
43
CLB - Gaya Apa
44
CLB - Akhirnya Berhasil
45
CLB - Karena Rumi
46
CLB - Masa Lalu
47
CLB - Mikirin Aku
48
CLB - Kerja Siang dan Malam
49
CLB - Ancaman Ardi
50
CLB - Tempat Sampah
51
CLB - Rumi Sakit
52
CLB - Sakitnya Rumi (2)
53
CLB - Hamil
54
CLB - Perempuan Gil4
55
CLB - Cewek Gila
56
CLB - Kami Bersaudara
57
CLB - Karatan
58
CLB - Baby Rusa
59
CLB - Keluarga Yang Aneh
60
CLB - Suami Mesum
61
CLB -
62
CLB - Menyadari Kesalahan
63
CLB - Siapa Yang Gil4
64
CLB - Tanda - tanda
65
CLB - Bulan Madu
66
CLB - Rumi Vs Rida
67
CLB - I Love You
68
CLB - Masih Kuat
69
CLB - Tanda-tanda (2)
70
CLB - Nama Kesayangan
71
CLB - Luar Biasa
72
CLB - Kontraksi
73
CLB - Seriuslah Kai ....
74
CLB - Seperti Digigit
75
CLB - Akhirnya ....
76
CLB - Kejutan (1)
77
CLB - Kejutan (2)
78
CLB - Warisan Kaisar
79
CLB - Aku Buktikan
80
CLB - Kontraksi
81
CLB - Kondisi Mamak
82
CLB - Kaisar VS Dokter
83
CLB - Astaga ....
84
CLB - Terserah!
85
CLB - Tidak Yakin
86
CLB - Benar Anakku
87
CLB -
88
CLB - Rahasia
89
CLB -
90
CLB - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!