CLB - Mau ....

Kaisar berangkat dijemput Medi langsung menuju kantor Desa memenuhi janji dengan Prapto mengurus izin. Rumi berangkat sendiri dengan motornya. Sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka. Entah akan dibawa kemana pernikahan itu karena tidak berlandaskan rasa cinta. Apalagi mereka kerap berdebat untuk masalah apapun.

Paling tidak pikiran Rumi sibuk dengan ulah Kaisar dan Medi, bukan memikirkan masa lalunya dikhianati oleh orang terdekatnya.

“Rum, kamu tahu nomor hp-nya Mas Kaisar. Aku minta dong,” pinta rekan kerja Rumi saat ia baru datang,

“Nggak berani mbak, minta langsung aja sama orangnya.”

“Ck, belagu kamu Rum. Baru jadi kacung anterin pesanan Mas Kaisar aja udah berasa jadi asisten pribadi.”

Rumi menghela nafasnya berusaha sabar. Belum ada satu bulan berada di kantor cabang dan itu pun permintaannya sendiri. Tidak ingin membuat riwayat kerjanya buruk karena berkelahi dengan rekan kerja meski ingin sekali mencubit bibir Erni yang menghinanya.

Kalau saja ia mau sombong mengakui sudah menikah dengan Kaisar, mungkin Erni akan kejang-kejang.

“Maaf mbak Erni, saya hanya menjalankan perintah Pak Medi. Mungkin mbak bisa minta ke Pak Medi atau mau gantikan tugas saya. Boleh kok, mbak.”

“Mbak, mbak, memangnya saya mbak kamu.” Erni mencibir lalu meninggalkan Rumi.

Sebenarnya bukan hanya Erni, para perempuan di kantor itu penasaran dengan Kaisar. Pria dengan paket komplit, cocok dibawa pulang dikenalkan dengan orangtua sebagai calon menantu. Apalagi Kaisar agak cuek dan dingin membuat semakin penasaran para perempuan kecuali Rumi.

Menjelang siang, Kaisar dan Medi sudah kembali. Erni dan yang lain langsung mematut diri dicermin memastikan penampilan mereka terlihat menarik. Bahkan Erni menambah polesan di bibir.

Rumi fokus dengan layar komputer saat Medi melewatinya menuju ruangan.

“Selamat siang, Mas Kaisar,” sapa Erni dengan suara lembut.

“Siang,” jawab Kaisar singkat sedangkan pandangannya tertuju pada Rumi yang acuh dengan kehadirannya. Bahkan pria itu sudah berdiri di depan meja Rumi dengan tangan berada di saku celana.

“Rumi,” panggil Erni. Gadis itu menoleh dan Erni memberi kode agar melihat Kaisar.

“Ada yang bisa dibantu Pak?” tanya Rumi menyadari Kaisar berdiri di hadapannya.

“Pesankan saya makan siang, lalu antar ke ruangan. Nanti kamu ikut rapat dengan Pak Medi di ruangan saya,” titah Kaisar lalu meninggalkan Rumi.

“Baik, Pak Kaisar.”

Rumi beranjak dari kursinya, membawa dompet dan ponsel. Belum sampai ke motor ponselnya berdering.

“Iya, Pak,” ucap Rumi menjawab telepon dari Kaisar.

“Saya mau makan gado-gado pakai lontong, jangan pedas,” ujar Kaisar di ujung sana.

Kebetulan jaringan sedang bagus, ucapan Kaisar sangat jelas didengar oleh Rumi. Belum sempat menjawab, panggilan sudah berakhir.

“Gimana enggak emosi jiwa, nggak ada sopan-sopannya.”

***

Rumi kembali menenteng plastik berisi pesanan Kaisar dan juga makan siang miliknya. Langsung menuju ruang kerja Kaisar, tepat di samping ruang kerja Medi. Meja kerja para staf terlihat sepi karena jam istirahat.

Setelah mengetuk pintu ruangan Kaisar, Rumi masuk dan meletakan makan siang milik Kaisar.

“Mau kemana?”

“Ke meja saya, mau makan juga pak. Memang bapak doang yang butuh makan.”

“Di sini saja!”

Rumi tidak ambil pusing langsung duduk di kursi tepat di depan meja Kaisar dan mengeluarkan pesanan Kaisar dan juga miliknya. Serta es jeruk dalam cup pesanan Kaisar dan air mineral dingin untuknya sendiri.

Baru dua suapan Kaisar langsung mengambil tisu dan mengusap dahinya yang berkeringat.

“Kok pedas sih, saya bilang jangan pedas.”

“Hah, serius Bapak bilang jangan pedas? Saya dengarnya pedas loh,” sahut Rumi berusaha menahan tawa karena keisengannya. “Maklum saja pak, jaringan komunikasi di sini memang buruk.”

“Punya kamu, pedas?”

“Hm. Biasa aja,” sahut Rumi dan Kaisar dengan cepat menukar makanan mereka. “Eh, itu punya saya pak.”

“Nah, ini nggak pedas. Ketukar kali, gimana sih kamu.”

“Ketukar, emangnya sandal jepit bisa ketuker.” Rumi misuh-misuh karena ide jahilnya menjadi senjata makan tuan.

Lepas makan siang, Medi, Kaisar dan Rumi kembali berdiskusi masalah proyek yang memang butuh penanganan Kaisar selaku pejabat dari pusat.

“Banyak faktor yang buat proyek ini mangkrak,” jelas Medi lalu meraih berkas dari hadapan Rumi dan memberikan pada Kaisar. “Bisa dilihat di sini, ini masalah yang dihadapi. Sedangkan schedule yang ada tidak seimbang dengan situasi daerah ini.”

Kaisar sedang berpikir membaca kedua berkas, dahinya sampai berkerut dan terlihat sangat serius. Rumi memangku wajahnya dengan tangan memperhatikan Kaisar yang terlihat tampan.

‘Pantas saja pada cari perhatian sama ini orang, kelihatan ganteng banget sih. Ardi aja kalah. Duh, kenapa malah inget si Ardi sih. Tapi penasaran deh, Pak Kaisar kenal apa nggak. Lain kali aku mau tanya,’ batin Rumi.

“Rumi!”

“Eh, iya pak,” jawab Rumi tersadar dari lamunannya.

“Melamun aja, saya tahu Mas Kaisar paling ganteng di sini. Nggak usah juga kamu pandangi terus, nanti di rumah bebas mau pandang-pandangan sampai sakit mata,” ungkap Medi dan Kaisar pun menoleh merasa dia menjadi bahan pembicaraannya.

“Apaan sih, wajarlah saya pandangi Pak Kaisar dari pada pandangi bapak.” Rumi membuka file yang diminta oleh Medi. Sempat melirik ke arah Kaisar yang sedang memandangnya.

“Gimana Mas, jadi solusinya apa?” tanya Medi membuat Kaisar kembali fokus dan mulai menjelaskan langkah yang harus dilakukan. Medi manggut-manggut siap mengikuti arahan, Rumi hanya menyimak dan mencatat hal penting yang disampaikan oleh Kaisar.

“Kita mulai besok,” titah Kaisar.

“Hah, besok pak?”

“Iya, besok. Proyek yang kemarin sudah oke, tinggal jalan dan tidak harus Pak Medi yang turun tangan ‘kan? Semua mandor dan produsen bahan baku sudah siap. Sekarang kita fokus ke proyek ini dan kita mulai besok. Kumpulkan semua mandornya untuk rapat dan kamu Rum, siapkan berkas yang tadi saya minta. Masih kami beri kesempatan, kalau masih berlanjut dan tidak bisa berubah, maka yang terbukti melakukan kecurangan siap-siap dipecat dan mengganti kerugian atau kita lanjut di persidangan.” Kaisar menjelaskan panjang lebar apa yang harus mereka lakukan.

Dalam hati Rumi memuji Kaisar, ternyata pria itu tidak hanya bisa marah dah asal perintah. Namun, berwibawa dan cerdas. Buktinya langsung memberikan solusi, meski ia tahu sudah dibicarakan dengan tim dari pusat.

Kaisar terlihat berani padahal yang dia akan hadapi adalah beberapa orang mandor yang merupakan mafia proyek. Bahkan Medi saja tidak berani menghadapi, meski penduduk asli.

“Oke, kita mulai besok. Rum, hubungi Erni minta undang semua mandor proyek X untuk datang besok. Minta juga anggaran ke bu Eni.”

“Oke,” sahut Rumi.

Bukan tanpa alasan Kaisar ingin semua persoalan cepat selesai, karena itu tiket untuknya kembali ke Jakarta. Semakin cepat semakin baik. Setelah Medi dan Rumi sudah meninggalkan ruangannya, Kaisar melaporkan situasi sementara lewat pesan. Sebenarnya ada pesawat telepon kantor yang bisa digunakan Kaisar hanya saja rentan penyadapan, apa yang disampaikan ke pusat yaitu pada Johan sifatnya adalah rahasia.

“Kalau udah beres dan gue balik ke Jakarta, terus Rumi gimana ya. Apa dia mau ikut?"

\=\=\=\=\=

Pembaca : Mau mas Kai, aku ya mau ikut

Kaisar : 🧐

Terpopuler

Comments

Vita

Vita

ajaklah
awas klo klo gak d ajak
klo rumi gak mau ksh dalilnya klo istri gak nurut sm suami tu dosanya gede
segede gaban kynya 🤣🤣

2025-01-06

0

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

bawa aja Rumi wlpun Rumi ngak mau ke Jakarta... istrinya harus bersama ke mana saja suami pergi..

2025-01-06

0

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

aku iku deh ....sambil main ke gatot subroto ...ketemu mantan yg tdk jd manten.....😅

2025-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog ~ CLB
2 CLB - Berkah Atau Musibah
3 CLB - Saya Juga Lapar
4 CLB - Cewek Pertama
5 CLB - Sudah Mandi?
6 CLB - Pantas Saja Jomblo
7 CLB - Belum Ada Judul
8 CLB - Salah Sangka
9 CLB - Bukan Prank
10 CLB - Drama Suami Istri
11 CLB ~ Mau Kemana?
12 CLB - Tinggal Bersama
13 CLB : Enaknya Punya Istri
14 CLB - Mau ....
15 CLB - Lagi ....
16 CLB - Mau Ikut
17 CLB - Karpet Merah
18 CLB - Mela dan Ardi
19 CLB - Sambutan Keluarga
20 CLB - Mirip Dengan ....
21 CLB ~ Perasaan
22 CLB - Jatuh Cinta
23 CLB - Menyesal
24 CLB - Lebih Hebat
25 CLB - Sambutan Keluarga
26 CLB - Gagal Lagi
27 CLB - Bertemu (Lagi)
28 CLB - Mencari Tahu
29 CLB - Kamu Siapa?
30 CLB - Terungkap
31 CLB - Rencana
32 CLB - Bertemu Mertua
33 CLB - Ada Yang Salah
34 CLB - Rencana (2)
35 CLB - Tidak Mungkin
36 CLB - Ternyata ....
37 CLB - Belum Ada Judul
38 CLB - Ternyata (2)
39 CLB - Nanti Juga Tahu
40 CLB - Tidak Mungkin
41 CLB - Balas Dendam
42 CLB - Tuduhan Ardi
43 CLB - Gaya Apa
44 CLB - Akhirnya Berhasil
45 CLB - Karena Rumi
46 CLB - Masa Lalu
47 CLB - Mikirin Aku
48 CLB - Kerja Siang dan Malam
49 CLB - Ancaman Ardi
50 CLB - Tempat Sampah
51 CLB - Rumi Sakit
52 CLB - Sakitnya Rumi (2)
53 CLB - Hamil
54 CLB - Perempuan Gil4
55 CLB - Cewek Gila
56 CLB - Kami Bersaudara
57 CLB - Karatan
58 CLB - Baby Rusa
59 CLB - Keluarga Yang Aneh
60 CLB - Suami Mesum
61 CLB -
62 CLB - Menyadari Kesalahan
63 CLB - Siapa Yang Gil4
64 CLB - Tanda - tanda
65 CLB - Bulan Madu
66 CLB - Rumi Vs Rida
67 CLB - I Love You
68 CLB - Masih Kuat
69 CLB - Tanda-tanda (2)
70 CLB - Nama Kesayangan
71 CLB - Luar Biasa
72 CLB - Kontraksi
73 CLB - Seriuslah Kai ....
74 CLB - Seperti Digigit
75 CLB - Akhirnya ....
76 CLB - Kejutan (1)
77 CLB - Kejutan (2)
78 CLB - Warisan Kaisar
79 CLB - Aku Buktikan
80 CLB - Kontraksi
81 CLB - Kondisi Mamak
82 CLB - Kaisar VS Dokter
83 CLB - Astaga ....
84 CLB - Terserah!
85 CLB - Tidak Yakin
86 CLB - Benar Anakku
87 CLB -
88 CLB - Rahasia
89 CLB -
90 CLB - End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog ~ CLB
2
CLB - Berkah Atau Musibah
3
CLB - Saya Juga Lapar
4
CLB - Cewek Pertama
5
CLB - Sudah Mandi?
6
CLB - Pantas Saja Jomblo
7
CLB - Belum Ada Judul
8
CLB - Salah Sangka
9
CLB - Bukan Prank
10
CLB - Drama Suami Istri
11
CLB ~ Mau Kemana?
12
CLB - Tinggal Bersama
13
CLB : Enaknya Punya Istri
14
CLB - Mau ....
15
CLB - Lagi ....
16
CLB - Mau Ikut
17
CLB - Karpet Merah
18
CLB - Mela dan Ardi
19
CLB - Sambutan Keluarga
20
CLB - Mirip Dengan ....
21
CLB ~ Perasaan
22
CLB - Jatuh Cinta
23
CLB - Menyesal
24
CLB - Lebih Hebat
25
CLB - Sambutan Keluarga
26
CLB - Gagal Lagi
27
CLB - Bertemu (Lagi)
28
CLB - Mencari Tahu
29
CLB - Kamu Siapa?
30
CLB - Terungkap
31
CLB - Rencana
32
CLB - Bertemu Mertua
33
CLB - Ada Yang Salah
34
CLB - Rencana (2)
35
CLB - Tidak Mungkin
36
CLB - Ternyata ....
37
CLB - Belum Ada Judul
38
CLB - Ternyata (2)
39
CLB - Nanti Juga Tahu
40
CLB - Tidak Mungkin
41
CLB - Balas Dendam
42
CLB - Tuduhan Ardi
43
CLB - Gaya Apa
44
CLB - Akhirnya Berhasil
45
CLB - Karena Rumi
46
CLB - Masa Lalu
47
CLB - Mikirin Aku
48
CLB - Kerja Siang dan Malam
49
CLB - Ancaman Ardi
50
CLB - Tempat Sampah
51
CLB - Rumi Sakit
52
CLB - Sakitnya Rumi (2)
53
CLB - Hamil
54
CLB - Perempuan Gil4
55
CLB - Cewek Gila
56
CLB - Kami Bersaudara
57
CLB - Karatan
58
CLB - Baby Rusa
59
CLB - Keluarga Yang Aneh
60
CLB - Suami Mesum
61
CLB -
62
CLB - Menyadari Kesalahan
63
CLB - Siapa Yang Gil4
64
CLB - Tanda - tanda
65
CLB - Bulan Madu
66
CLB - Rumi Vs Rida
67
CLB - I Love You
68
CLB - Masih Kuat
69
CLB - Tanda-tanda (2)
70
CLB - Nama Kesayangan
71
CLB - Luar Biasa
72
CLB - Kontraksi
73
CLB - Seriuslah Kai ....
74
CLB - Seperti Digigit
75
CLB - Akhirnya ....
76
CLB - Kejutan (1)
77
CLB - Kejutan (2)
78
CLB - Warisan Kaisar
79
CLB - Aku Buktikan
80
CLB - Kontraksi
81
CLB - Kondisi Mamak
82
CLB - Kaisar VS Dokter
83
CLB - Astaga ....
84
CLB - Terserah!
85
CLB - Tidak Yakin
86
CLB - Benar Anakku
87
CLB -
88
CLB - Rahasia
89
CLB -
90
CLB - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!