CLB - Drama Suami Istri

Kaisar bungkam, Rumi menatap orang yang hadir di ruangan itu tampak serius jelas kalau pernikahannya nyata. Bahkan perempuan paruh baya yang tadi memberikan pakaian ganti pada Rumi mengucapkan selamat.

Jika orang lain menikah dengan rasa suka cita, entah apa yang Rumi dan Kaisar rasakan. Apalagi mendengar wejangan dan nasihat pernikahan yang mereka dengarkan sambil menunduk, mungkin masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

“Tanda tangan dulu, ini untuk pendaftaran pernikahan kalian dan membuat surat nikah.”

Kaisar memberikan tanda tangan di tempat yang sudah seharusnya, begitu pula dengan Rumi.

“Cium tangan suamimu,” titah Djarot.

Pasangan itu akhirnya berhadapan, meski Rumi masih menunduk. Perlahan ia mengangkat wajah menatap pria itu, suaminya. Tangannya terulur lalu mencium dengan takzim.

“Sentuh kepala istrimu dan bacakan doa!” Djarot masih memberikan perintah, hanya saja kali ini untuk Kaisar.

Namun, pria itu terdiam menatap wajah Rumi. Sejak tadi tidak memperhatikan kalau Rumi tidak menggunakan kacamata dengan frame hitam gaya klasik dan sudah ketinggalan zaman.

Wajah Rumi terlihat lebih manis meski dengan wajah kesal dan bingung karena pernikahan dadakan. Seseorang menyentuh bahu Kaisar menyadarkan dari lamunan. Tangan Kaisar menyentuh kepala Rumi dan membacakan doa.

“Sudah malam, kalian boleh istirahat dan meninggalkan tempat ini besok pagi.” Pesan Djarot sebelum meninggalkan ruangan.

Pasangan halal itu dipersilahkan untuk istirahat di sebuah kamar yang agak jauh dari kamar para murid dari pondok. Sepertinya kamar khusus tamu.

“Bapak kenapa diam aja sih, kita nggak saling cinta kenal juga baru berapa hari,” keluh Rumi.

“Saya sudah jelaskan, jangan kamu pikir saya terima begitu saja keputusan ini. Menurut mereka kita salah sudah melanggar hukum adat. Aneh, masa tempat umum tapi diatur kalau datang harus dengan pasangan halal. Kenapa nggak dikasih plang atau baliho sekalian.”

Rumi duduk di tepi ranjang menatap kartu debit yang diberikan Kaisar sebagai mahar. Jangankan proses lamaran, foto prewed, bahkan cincin kawin pun tidak ada.

Kaisar masih berdiri dan terlihat gusar dengan berjalan mondar mandir. Tidak ada sahutan dari Rumi membuatnya menatap gadis yang masih menunduk.

“Hubungi pak Medi, minta sepagi mungkin dia ke sini,” titah Kaisar dan pandangannya tidak lepas dari wajah Rumi. Apalagi kerudung yang dipakai waktu mereka melaksanakan ijab kabul sudah melorot turun karena hanya disematkan saja.

“Ponsel saya lowbat dan sudah mati waktu kita dibawa ke mari. Kenapa nggak bapak aja yang telpon?”

“Ponsel saya ketinggalan di mobil.”

Pengurus pondok sudah menawarkan mereka untuk makan malam, baik Kaisar ataupun Rumi tidak selera untuk makan. Akhirnya ada yang mengantarkan air minum dan roti ke kamar mereka.

“Jadi, kita beneran suami istri Pak?”

“Dari proses yang kita lalui, sepertinya begitu,” jawab Kaisar ketus. Pria itu duduk pada kursi kayu menghadap sebuah meja belajar.

Bingung menghadapi hari esok. Sempat tercetus ide dalam benaknya akan mengucapkan ikrar talak ketika mereka meninggalkan tempat itu. Namun, Djarot seakan memberi ultimatum agar tidak mempermainkan pernikahan. Yang membuat rencananya batal adalah pernikahan mereka akan didaftarkan secara negara.

Rumi duduk di ujung ranjang bersandar pada headboard dengan selimut menutupi sampai pinggul karena udara malam mulai terasa dingin. Rupanya kebisuan Rumi menjadi perhatian Kaisar.

“Kamu … sudah ada pacar atau tunangan?” tanya Kaisar. Tidak ingin disebut sebagai perebut pasangan orang, maka ia perlu mengenal istrinya lebih jauh.

“Pacar brengsek saya menikah dengan sepupu saya, tapi nggak layak disebut pacar atau mantan pacar sih. Lebih cocok disebut … kampret.”

Mendengar makian dari mulut Rumi membuat Kaisar merinding. Jangan-jangan dirinya pun pernah dimaki Rumi.

“Bapak gimana? Saya nggak mau disebut pelakor.”

“Saya belum menikah, jadi kamu bukan pelakor dan saat ini saya sedang kosong.”

Rumi mengernyitkan dahi mendengar Kaisar menyebut statusnya kosong, padahal dia bukan bertanya masalah khodam.

“Bilang aja jomblo,” gumam Rumi.

‘Yang tajir, ganteng, kerjaan mapan aja jomblo. Apa kabar denganku,’ ucap Rumi dalam hati.

“Jadi kita ini gimana pak?”

“Ya nggak gimana-gimana, saya suami dan kamu istri. Saya nggak mau bicara masalah kontrak pernikahan atau kesepakatan aneh-aneh macam cerita dalam novel. Kamu dengar sendiri Pak Djarot melarang kita main-main dengan pernikahan ini.”

“Terus?”

“Jalani saja. Nggak usah mikir kejauhan saya akan minta hak sebagai suami, kalau dikasih ya nggak nolak,” tutur Kaisar dan Rumi refleks langsung menarik selimut menutupi tubuhnya sampai leher.

“Nggak mungkin saya kasih gitu aja.”

Kaisar merencanakan sesuatu, besok pagi ia akan menemui Djarot. Bersedia menjalankan pernikahannya asal masalah izin pembangunan diberikan oleh Djarot dan Prapto.

Paling tidak ia bisa pulang ke Jakarta dengan misi sukses dan berhasil pula bawa pulang perempuan dengan status istri. Masalah cinta atau tidak, itu urusan nanti. Mana tahu banyak manfaatnya Rumi sebagai istri.

“Sudah malam, kita tidur saja.” Kaisar beranjak mengunci pintu kamar lalu naik ke ranjang.

Rumi langsung menggeser duduknya karena Kaisar mendekat.

“Bapak ngapain ikut naik.”

“Saya mau tidur,” jawab Kaisar menepuk bantal yang akan digunakan. Jauh dari kata lembut, agak keras. Rasanya ingin dia sobek untuk melihat isi bantal. Terasa bagai bukan dari kapas melainkan tumpukan kardus.

“Tidur bisa tidur di kursi atau di bawah saja? Saya nggak mau kita tidur seranjang.”

“Tidur di bawah? Kamu nggak lihat lantainya bukan keramik, tapi ubin dan nggak ada kasur lantai apalagi karpet. Saya di ranjang, kamu boleh tidur di bawah kalau keberatan.”

Kaisar pun berbaring dan menger4ng setelah meregangkan tubuh dan meluruskan kedua kaki. Rasanya nyaman karena sudah lelah secara fisik dan mental setelah mereka berulah di banyu suci.

“Enak saja, saya juga tidur di sini.”

Rumi memposisikan guling sebagai pembatas diantara mereka lalu berbaring memunggungi Kaisar yang melakukan hal yang sama. Meski mencoba untuk memejamkan mata, nyatanya pasangan itu masih terjaga dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Cukup lama saling diam, akhirnya Kaisar membuka suara.

“Rumi,” panggilnya lirih, khawatir sudah tidur.

“Hm.” Mendadak Rumi cemas kalau ia harus melaksanakan kewajibannya sebagai istri di malam pertama pernikahan. Dalam hati ia merutuki kebodohan menjawab panggilan Kaisar.

Ternyata belum tidur. Sempat diam sejenak, Kaisar kembali bicara. “Selimutnya, jangan dipakai sendiri. Yang kedinginan bukan hanya kamu.” Tangan Kaisar menarik ujung selimut.

Tidak terima, Rumi balas menarik. Akhirnya mereka sibuk tarik menarik dan berdebat masalah selimut.

“Ngalah dikit kenapa sih.”

“Enak saja,” sahut Kaisar.

Terdengar ketukan pintu lalu keduanya langsung diam dan saling tatap seakan memberi perintah untuk membuka pintu.

“Mas Kaisar dan Mbak Rumi, tolong jangan ribut. Kalaupun mau melakukan sesuatu, pelan-pelan saja ya.”

“Hah?” 

\=\=\=\=\=

Pembaca : kapan unboxing thor?

Author : nanti kalau udah tamat 🤣🤣

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

pasangan pengantin baru di mlm pertama bukannya unboxing malah berantem 🤣🤣🤣

2025-01-06

1

Rahmawati

Rahmawati

wkwkwk, dikira mau malam pertama padahal lagi rebutan selimut

2025-01-24

0

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

bikin cantik rumitnya thirbiar kaisar klepek2 dan jadi bucin habis

2025-01-05

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog ~ CLB
2 CLB - Berkah Atau Musibah
3 CLB - Saya Juga Lapar
4 CLB - Cewek Pertama
5 CLB - Sudah Mandi?
6 CLB - Pantas Saja Jomblo
7 CLB - Belum Ada Judul
8 CLB - Salah Sangka
9 CLB - Bukan Prank
10 CLB - Drama Suami Istri
11 CLB ~ Mau Kemana?
12 CLB - Tinggal Bersama
13 CLB : Enaknya Punya Istri
14 CLB - Mau ....
15 CLB - Lagi ....
16 CLB - Mau Ikut
17 CLB - Karpet Merah
18 CLB - Mela dan Ardi
19 CLB - Sambutan Keluarga
20 CLB - Mirip Dengan ....
21 CLB ~ Perasaan
22 CLB - Jatuh Cinta
23 CLB - Menyesal
24 CLB - Lebih Hebat
25 CLB - Sambutan Keluarga
26 CLB - Gagal Lagi
27 CLB - Bertemu (Lagi)
28 CLB - Mencari Tahu
29 CLB - Kamu Siapa?
30 CLB - Terungkap
31 CLB - Rencana
32 CLB - Bertemu Mertua
33 CLB - Ada Yang Salah
34 CLB - Rencana (2)
35 CLB - Tidak Mungkin
36 CLB - Ternyata ....
37 CLB - Belum Ada Judul
38 CLB - Ternyata (2)
39 CLB - Nanti Juga Tahu
40 CLB - Tidak Mungkin
41 CLB - Balas Dendam
42 CLB - Tuduhan Ardi
43 CLB - Gaya Apa
44 CLB - Akhirnya Berhasil
45 CLB - Karena Rumi
46 CLB - Masa Lalu
47 CLB - Mikirin Aku
48 CLB - Kerja Siang dan Malam
49 CLB - Ancaman Ardi
50 CLB - Tempat Sampah
51 CLB - Rumi Sakit
52 CLB - Sakitnya Rumi (2)
53 CLB - Hamil
54 CLB - Perempuan Gil4
55 CLB - Cewek Gila
56 CLB - Kami Bersaudara
57 CLB - Karatan
58 CLB - Baby Rusa
59 CLB - Keluarga Yang Aneh
60 CLB - Suami Mesum
61 CLB -
62 CLB - Menyadari Kesalahan
63 CLB - Siapa Yang Gil4
64 CLB - Tanda - tanda
65 CLB - Bulan Madu
66 CLB - Rumi Vs Rida
67 CLB - I Love You
68 CLB - Masih Kuat
69 CLB - Tanda-tanda (2)
70 CLB - Nama Kesayangan
71 CLB - Luar Biasa
72 CLB - Kontraksi
73 CLB - Seriuslah Kai ....
74 CLB - Seperti Digigit
75 CLB - Akhirnya ....
76 CLB - Kejutan (1)
77 CLB - Kejutan (2)
78 CLB - Warisan Kaisar
79 CLB - Aku Buktikan
80 CLB - Kontraksi
81 CLB - Kondisi Mamak
82 CLB - Kaisar VS Dokter
83 CLB - Astaga ....
84 CLB - Terserah!
85 CLB - Tidak Yakin
86 CLB - Benar Anakku
87 CLB -
88 CLB - Rahasia
89 CLB -
90 CLB - End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog ~ CLB
2
CLB - Berkah Atau Musibah
3
CLB - Saya Juga Lapar
4
CLB - Cewek Pertama
5
CLB - Sudah Mandi?
6
CLB - Pantas Saja Jomblo
7
CLB - Belum Ada Judul
8
CLB - Salah Sangka
9
CLB - Bukan Prank
10
CLB - Drama Suami Istri
11
CLB ~ Mau Kemana?
12
CLB - Tinggal Bersama
13
CLB : Enaknya Punya Istri
14
CLB - Mau ....
15
CLB - Lagi ....
16
CLB - Mau Ikut
17
CLB - Karpet Merah
18
CLB - Mela dan Ardi
19
CLB - Sambutan Keluarga
20
CLB - Mirip Dengan ....
21
CLB ~ Perasaan
22
CLB - Jatuh Cinta
23
CLB - Menyesal
24
CLB - Lebih Hebat
25
CLB - Sambutan Keluarga
26
CLB - Gagal Lagi
27
CLB - Bertemu (Lagi)
28
CLB - Mencari Tahu
29
CLB - Kamu Siapa?
30
CLB - Terungkap
31
CLB - Rencana
32
CLB - Bertemu Mertua
33
CLB - Ada Yang Salah
34
CLB - Rencana (2)
35
CLB - Tidak Mungkin
36
CLB - Ternyata ....
37
CLB - Belum Ada Judul
38
CLB - Ternyata (2)
39
CLB - Nanti Juga Tahu
40
CLB - Tidak Mungkin
41
CLB - Balas Dendam
42
CLB - Tuduhan Ardi
43
CLB - Gaya Apa
44
CLB - Akhirnya Berhasil
45
CLB - Karena Rumi
46
CLB - Masa Lalu
47
CLB - Mikirin Aku
48
CLB - Kerja Siang dan Malam
49
CLB - Ancaman Ardi
50
CLB - Tempat Sampah
51
CLB - Rumi Sakit
52
CLB - Sakitnya Rumi (2)
53
CLB - Hamil
54
CLB - Perempuan Gil4
55
CLB - Cewek Gila
56
CLB - Kami Bersaudara
57
CLB - Karatan
58
CLB - Baby Rusa
59
CLB - Keluarga Yang Aneh
60
CLB - Suami Mesum
61
CLB -
62
CLB - Menyadari Kesalahan
63
CLB - Siapa Yang Gil4
64
CLB - Tanda - tanda
65
CLB - Bulan Madu
66
CLB - Rumi Vs Rida
67
CLB - I Love You
68
CLB - Masih Kuat
69
CLB - Tanda-tanda (2)
70
CLB - Nama Kesayangan
71
CLB - Luar Biasa
72
CLB - Kontraksi
73
CLB - Seriuslah Kai ....
74
CLB - Seperti Digigit
75
CLB - Akhirnya ....
76
CLB - Kejutan (1)
77
CLB - Kejutan (2)
78
CLB - Warisan Kaisar
79
CLB - Aku Buktikan
80
CLB - Kontraksi
81
CLB - Kondisi Mamak
82
CLB - Kaisar VS Dokter
83
CLB - Astaga ....
84
CLB - Terserah!
85
CLB - Tidak Yakin
86
CLB - Benar Anakku
87
CLB -
88
CLB - Rahasia
89
CLB -
90
CLB - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!