CLB - Saya Juga Lapar

Kaisar tiba di apartemen, melepas kemeja sambil berjalan menuju kamarnya. Melemparkan kemeja tadi ke keranjang tempat pakaian kotor sambil berlalu menuju toilet. Berada di bawah guyuran shower ia teringat obrolan bersama kedua sahabatnya. Bukan masalah tersinggung ketika membahas Rida -- mantan kekasihnya. Namun, Kaisar bertanya-tanya, apa iya dia tidak bisa move on.

Sudah lima tahun berlalu, setelah Rida ada beberapa wanita mendekat dan bahkan cukup dekat. Namun, tidak berhasil naik status menjadi kekasih apalagi bertunangan. Tidak seperti Reno yang sudah berganti-ganti pacar macam bulan berganti. Arya sudah bertunangan dan akan menikah tahun depan.

Mengenakan bathrobe dan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kaisar mencari ponselnya yang berdering, ternyata ada di atas sofa masih di dalam kamar.

“Iya, Mam,” ujarnya saat menjawab panggilan. “Di kamar, iya, aku sudah pulang.”

Kaisar meletakan handuknya sembarangan dan berbaring dengan kedua kaki masih menggantung. Tangan kanannya masih menempelkan ponsel di telinga. Kalau bukan perempuan yang sudah melahirkan dirinya ke dunia yang bicara, sudah pasti mulutnya akan menjawab dengan kasar.

“Iya nanti kalau aku pulang. Tak perlulah dicarikan, nanti aku ajak temui Mama kalau memang sudah ada yang cocok.”

Sempat mendengus saat sang mama memintanya pulang dan akan mengenalkan dengan putri tetangganya yang baru saja lulus sarjana. Lagi-lagi masalah jodoh, apa iya dia sudah memasuki usia harus segera menikah.

“Minggu depan aku dinas keluar kota, Om Johan yang suruh. Mana tahu di sana ada perawan cantik yang bisa aku bawa ke depan mama. Sabar saja, aku masih doyan perempuan kok.”

Kaisar mengusap kasar wajahnya beberapa kali, mendengar lagi nasihat di ujung sana.

“Iya, mah, iya. Aku dengar, sudah ya makananku sudah datang,” seru Kaisar hanya alasan agar pembicaraan mereka selesai.

“Perempuan lagi, jodoh lagi yang dibahas. Arghh,” teriak Kaisar.

***

Rumi membalik satu per satu lembaran di tangannya. Mengecek dan membandingkan dengan sebundel program kerja salah satu proyek. Dahinya mengernyit dan sesekali menuliskan catatan atau komentar.

Sudah hampir dua minggu Rumi berada di kantor cabang, tepatnya kantor pengawasan dan pelaksana proyek. Kebanyakan yang bertugas di sana, laki-laki. Perempuan bisa dihitung dengan jari dan dirinya adalah yang paling muda. Sisanya bahkan sudah berkeluarga.

“Rumi,” panggil seseorang di tengah pintu.

Tanpa menoleh, gadis itu tahu yang memanggil adalah atasannya. “Iya, pak Medi.”

“Setengah jam lagi kita jemput orang pusat di terminal,” seru pria itu dan Rumi akhirnya menoleh lalu memperbaiki posisi kacamatanya yang sudah melorot ke ujung hidung.

“Sama saya pak?” tanya Rumi.

“Nggak, sama nenek kamu aja,” sahut Pak Medi sambil fokus dengan ponselnya. “Pake nanya,” ujar pria itu lagi.

“Bu Eni sudah menyiapkan tempat tinggal sementara selama di sini, nanti kamu antar dan temani. Suruh langsung istirahat saja, besok baru laporan ini itu. Biasa juga orang pusat kemari kayak liburan, ujung-ujungnya kita yang repot nambah tugas buat laporan yang dibawa ke pusat.”

“Saya ikut perintah bapak saja,” jawab Rumi sambil menekuni kembali berkas di hadapannya.

“Kalau saya perintah nyebur ke kolam, kamu mau?” tanya Medi sambil berlalu dan Rumi hanya menggeleng pelan dan bergumam tidak jelas.

Layar ponsel menunjukan pukul satu siang, perut Rumi sudah meronta minta diisi. Mungkin cacing di dalam sana sudah tawuran karena belum ada makanan yang masuk. Mulutnya berdecak pelan dan didengar oleh Medi.

“Kenapa kamu?”

“Masih lama, Pak?” Rumi balik bertanya.

“Mana saya tahu, tadi kasih info katanya lima menit lagi sampai. Mau telpon nggak enak, kita belum tahu karakternya kayak gimana. Sabar dululah, pasti kamu sudah lapar ‘kan?”

Rumi mengangguk cepat.

“Ya sama, saja juga lapar. Jadwalnya makan siang bareng dia ini,” seru Medi lagi.

Saat ini Rumi dan Medi berada di terminal, tepatnya di ruang tunggu jasa travel. Rumi pun berdiri dan pamit ke belakang. Kelamaan interaksi dengan atasannya, bisa emosi jiwa. Menuntaskan urusannya di toilet umum dan keluar setelah mencuci tangan.

Saat berbelok setelah melewati pintu toilet, Rumi menabrak seseorang karena menunduk fokus dengan ponselnya.  Terdengar decakan kesal dari orang itu.

“Maaf … mas eh, pak,” ucap Rumi menatap pria di hadapannya. Bahkan agak menengadah karena posturnya yang tinggi dan tubuh Rumi hanya sebatas dada pria itu. Entah bagaimana tatapan mata pria itu karena mengenakan kaca mata hitam. Dari penampilannya jelas bukan penduduk asli di sana. Sangat rapi dengan setelan kemeja dan celana panjang juga sangat wangi.

“Jalan pake mata,” ujar pria itu.

“Maaf Pak, nggak lihat.”

“Kalau pake mata, pasti lihat,” ujarnya lagi.

“Tapi saya jalan pake kaki, nggak bisa pake mata,” sahut Rumi lirih.

Pria itu kembali berdecak dan menunjukan layar ponselnya pada Rumi. “Kamu tahu tempat ini? Kalau saya kesana, harus naik apa?” cecarnya sambil menatap sekeliling mencari kendaraan umum yang bisa digunakan.

Rumi membaca deretan kalimat di layar ponsel dan menatap wajah pria itu, kembali menatap ponsel dan wajah pria dihadapannya.

“Eh, tahu nggak?”

“Tahu Pak, tahu. Bapak dari kantor pusat Iniland property ya?” Pria itu menjawab dengan anggukan kepala.

“Pak Medi,” panggil Rumi.

Pria paruh baya itu menoleh mendengar panggilan namanya.

“Apaan sih?”

“Ini orang yang kita tunggu,” ujar Rumi menunjuk pria dihadapannya.

“Loh, jadi kalian yang jemput saya?”

“Mas ini … Kaisar Sadhana?” tanya Medi dan pria itu mengangguk pelan. “Ya ampun, geningan udah sampe. Kita tunggu sudah hampir satu jam di sini.”

“Saya sudah wa, bapak belum balas juga. Ada setengah jam lalu, saya bilang sudah sampai.”

Medi pun gegas mengeluarkan ponsel dan menepuk dahinya.

“Maaf mas, jaringan di sini kurang bagus. Pesan Mas baru masuk. Kenalkan saya Medi, kepala operasional di kantor ini.” Medi mengulurkan tangan, Kaisar menjabat dengan tidak minat lalu membuka kacamatanya.

“Ini Rumi asisten saya, yang akan melayani kebutuhan dan pekerjaan Mas Kaisar selama di sini.”

Rumi mengangguk pelan dan mengulurkan tangan dijabat oleh Kaisar, masih tanpa minat.

“Saya Rumi,” ujar gadis itu.

“Udah tahu, tadi bapak ini udah bilang,” sahut Kaisar lalu bersedekap.

“Ya sudah, kita langsung saja,” ajak Medi mengulurkan tangannya seraya mengarahkan Kaisar. “Rumi, bawaannya kamu yang handle.”

Dalam hati Rumi sempat mengumpat, semoga saja pria itu tidak membuatnya kesusahan. Belum apa-apa dia sudah susah payah menyeret koper besar milik Kaisar.

Medi dan Kaisar sudah berada dalam mobil. Duduk di kabin depan dengan Medi sebagai pengemudi. Rumi sempat menggerutu meski pelan karena berat mengangkat koper dan menaikan ke bagasi.

“Kamu lama banget, kasihan Mas Kaisar pasti sudah lapar. Perjalanan jauh loh ini,” seru Medi saat Rumi membuka pintu kabin tengah tepat di belakang Kaisar.

“Saya juga lapar pak, memang kalian doang yang punya lambung,” ucap Rumi tentu saja hanya dalam hati. 

Terpopuler

Comments

Dewi Purnomo

Dewi Purnomo

haiyah si Kaisar sombong amat sama Rumi....awas loh nanti bucin.....wkwkwkwkwk

2025-01-02

0

Siireng Siireng

Siireng Siireng

ngomong aja lgs rum Ndak usah didalam hati
lanjut kak ditunggu up selanjutnya

2025-01-02

0

Dewi kunti

Dewi kunti

langsung diceplosin aj rum,cacingku sudah menggeliaaaaaattt sambil dlosoran😂😂😂😂

2025-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog ~ CLB
2 CLB - Berkah Atau Musibah
3 CLB - Saya Juga Lapar
4 CLB - Cewek Pertama
5 CLB - Sudah Mandi?
6 CLB - Pantas Saja Jomblo
7 CLB - Belum Ada Judul
8 CLB - Salah Sangka
9 CLB - Bukan Prank
10 CLB - Drama Suami Istri
11 CLB ~ Mau Kemana?
12 CLB - Tinggal Bersama
13 CLB : Enaknya Punya Istri
14 CLB - Mau ....
15 CLB - Lagi ....
16 CLB - Mau Ikut
17 CLB - Karpet Merah
18 CLB - Mela dan Ardi
19 CLB - Sambutan Keluarga
20 CLB - Mirip Dengan ....
21 CLB ~ Perasaan
22 CLB - Jatuh Cinta
23 CLB - Menyesal
24 CLB - Lebih Hebat
25 CLB - Sambutan Keluarga
26 CLB - Gagal Lagi
27 CLB - Bertemu (Lagi)
28 CLB - Mencari Tahu
29 CLB - Kamu Siapa?
30 CLB - Terungkap
31 CLB - Rencana
32 CLB - Bertemu Mertua
33 CLB - Ada Yang Salah
34 CLB - Rencana (2)
35 CLB - Tidak Mungkin
36 CLB - Ternyata ....
37 CLB - Belum Ada Judul
38 CLB - Ternyata (2)
39 CLB - Nanti Juga Tahu
40 CLB - Tidak Mungkin
41 CLB - Balas Dendam
42 CLB - Tuduhan Ardi
43 CLB - Gaya Apa
44 CLB - Akhirnya Berhasil
45 CLB - Karena Rumi
46 CLB - Masa Lalu
47 CLB - Mikirin Aku
48 CLB - Kerja Siang dan Malam
49 CLB - Ancaman Ardi
50 CLB - Tempat Sampah
51 CLB - Rumi Sakit
52 CLB - Sakitnya Rumi (2)
53 CLB - Hamil
54 CLB - Perempuan Gil4
55 CLB - Cewek Gila
56 CLB - Kami Bersaudara
57 CLB - Karatan
58 CLB - Baby Rusa
59 CLB - Keluarga Yang Aneh
60 CLB - Suami Mesum
61 CLB -
62 CLB - Menyadari Kesalahan
63 CLB - Siapa Yang Gil4
64 CLB - Tanda - tanda
65 CLB - Bulan Madu
66 CLB - Rumi Vs Rida
67 CLB - I Love You
68 CLB - Masih Kuat
69 CLB - Tanda-tanda (2)
70 CLB - Nama Kesayangan
71 CLB - Luar Biasa
72 CLB - Kontraksi
73 CLB - Seriuslah Kai ....
74 CLB - Seperti Digigit
75 CLB - Akhirnya ....
76 CLB - Kejutan (1)
77 CLB - Kejutan (2)
78 CLB - Warisan Kaisar
79 CLB - Aku Buktikan
80 CLB - Kontraksi
81 CLB - Kondisi Mamak
82 CLB - Kaisar VS Dokter
83 CLB - Astaga ....
84 CLB - Terserah!
85 CLB - Tidak Yakin
86 CLB - Benar Anakku
87 CLB -
88 CLB - Rahasia
89 CLB -
90 CLB - End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog ~ CLB
2
CLB - Berkah Atau Musibah
3
CLB - Saya Juga Lapar
4
CLB - Cewek Pertama
5
CLB - Sudah Mandi?
6
CLB - Pantas Saja Jomblo
7
CLB - Belum Ada Judul
8
CLB - Salah Sangka
9
CLB - Bukan Prank
10
CLB - Drama Suami Istri
11
CLB ~ Mau Kemana?
12
CLB - Tinggal Bersama
13
CLB : Enaknya Punya Istri
14
CLB - Mau ....
15
CLB - Lagi ....
16
CLB - Mau Ikut
17
CLB - Karpet Merah
18
CLB - Mela dan Ardi
19
CLB - Sambutan Keluarga
20
CLB - Mirip Dengan ....
21
CLB ~ Perasaan
22
CLB - Jatuh Cinta
23
CLB - Menyesal
24
CLB - Lebih Hebat
25
CLB - Sambutan Keluarga
26
CLB - Gagal Lagi
27
CLB - Bertemu (Lagi)
28
CLB - Mencari Tahu
29
CLB - Kamu Siapa?
30
CLB - Terungkap
31
CLB - Rencana
32
CLB - Bertemu Mertua
33
CLB - Ada Yang Salah
34
CLB - Rencana (2)
35
CLB - Tidak Mungkin
36
CLB - Ternyata ....
37
CLB - Belum Ada Judul
38
CLB - Ternyata (2)
39
CLB - Nanti Juga Tahu
40
CLB - Tidak Mungkin
41
CLB - Balas Dendam
42
CLB - Tuduhan Ardi
43
CLB - Gaya Apa
44
CLB - Akhirnya Berhasil
45
CLB - Karena Rumi
46
CLB - Masa Lalu
47
CLB - Mikirin Aku
48
CLB - Kerja Siang dan Malam
49
CLB - Ancaman Ardi
50
CLB - Tempat Sampah
51
CLB - Rumi Sakit
52
CLB - Sakitnya Rumi (2)
53
CLB - Hamil
54
CLB - Perempuan Gil4
55
CLB - Cewek Gila
56
CLB - Kami Bersaudara
57
CLB - Karatan
58
CLB - Baby Rusa
59
CLB - Keluarga Yang Aneh
60
CLB - Suami Mesum
61
CLB -
62
CLB - Menyadari Kesalahan
63
CLB - Siapa Yang Gil4
64
CLB - Tanda - tanda
65
CLB - Bulan Madu
66
CLB - Rumi Vs Rida
67
CLB - I Love You
68
CLB - Masih Kuat
69
CLB - Tanda-tanda (2)
70
CLB - Nama Kesayangan
71
CLB - Luar Biasa
72
CLB - Kontraksi
73
CLB - Seriuslah Kai ....
74
CLB - Seperti Digigit
75
CLB - Akhirnya ....
76
CLB - Kejutan (1)
77
CLB - Kejutan (2)
78
CLB - Warisan Kaisar
79
CLB - Aku Buktikan
80
CLB - Kontraksi
81
CLB - Kondisi Mamak
82
CLB - Kaisar VS Dokter
83
CLB - Astaga ....
84
CLB - Terserah!
85
CLB - Tidak Yakin
86
CLB - Benar Anakku
87
CLB -
88
CLB - Rahasia
89
CLB -
90
CLB - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!