Tinggal di Hutan

Pagi itu, seorang wanita perlahan membuka matanya di dalam gua yang dingin dan remang. Udara pagi masuk melalui mulut gua, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang segar. Dia bangkit dari alas daun yang menjadi tempat tidurnya, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan meregangkan tubuhnya untuk mengusir sisa kantuk. Suara burung di luar gua menjadi tanda bahwa hari baru telah dimulai.

Dia tahu bahwa hidup di hutan berarti menghadapi tantangan setiap hari. Langkah pertamanya adalah mencari kebutuhan dasar yaitu makanan, air, dan bahan untuk menjaga dirinya tetap hangat.

Karena masih ada bahan makan yang aku ambil dari rumah. Aku perkirakan makanan ini cukup untuk aku sendiri selama seminggu.Kemudian aku mengumpulkan kayu kering untuk membuat api. Kayu kering yang aku kumpulkan berupa ranting-ranting kecil, kulit kayu, atau daun kering yang ada di sekitar goa.

Kemudian aku berfikir harus mencari air. Aku harus mencari sungai kecil, mata air, atau mengumpulkan air hujan. Jika air terlihat keruh, dia perlu menyaringnya dengan kain atau daun sebelum diminum. Aku mencari di sekitaran luar goa. Aku , menemukan sungai kecil.Aku mandi disana, untuk menghilangkan bekas tanah dan juga keringat. Tapi aku melihat sungai ini mengalir dari arah goa. Aku berfikir harus mencari air di dalam goa yang berarti aku harus masuk lebih dalam. Setelah selesai membersihkan tubuhku. Aku mencari bahan yang cocok di jadikan alat memasak.

Selagi di luar aku memikirkan panci. Aku bisa menggunakan batok kayu yang diukir atau batu besar berbentuk cekung untuk merebus air atau memasak makanan. Untuk bagian alas aku menggunakan daun besar (seperti daun chestnut atau daun jelatang yang sudah dibersihkan) bisa digunakan untuk membungkus makanan.

Setelah selesai mencari alat memasak, saatnya untuk membuat tungku untuk memasak. Tungku yang aku buat dengan sederhana dengan menyusun batu-batu besar membentuk lingkaran untuk menahan api dan menaruh bahan masakan di atasnya. Untuk alat pengaduk aku memakai batang kayu yang diukir dengan batu tajam dapat dijadikan alat pengaduk atau pisau sederhana.

Untuk cara mengolah makan, aku memikirkan cara berupa cara pertama memanggang. Kalau dapat ikan atau daging hewan aku bisa menusukkan bahan makanan ke tongkat kayu dan memanggangnya di atas api. Cara ke dua adalah dengan di rebus yaitu air yang dikumpulkan dituangkan ke dalam wadah alami seperti cekungan batu atau batang bambu, lalu dipanaskan dengan menaruh batu panas ke dalamnya.Cara ke tiga yaitu di bakar dengan cara bahan makanan seperti sayuran liar atau buah bisa dibungkus daun besar dan diletakkan di atas bara api.

Karena bahan makananku hampir habis setelah seminggu. Aku mencari buah-buahan liar. Aku akan mencari buah beri seperti raspberry, blackberry, atau elderberry yang umum ditemukan di hutan benua Eropa. Selain itu ada juga jamur. Walaupun jamur bisa dimakan, aku harus berhati hati dengan jamur. Harus bisa membedakan mana yang aman di makan atu tidak. Tidak lupa pula dengan tumbuhan liar seperti daun yaitu jelatang atau dandelion dapat dimasak menjadi sup sederhana.

Karena aku pulang ke goa saat matahari terbenam. Aku hampir saja tersesat saat ,encari buah berry. Akhirnya aku memutuskan untuk menandai wilayah yang aku jelajahi untuk jalan pulang. Aku membuat tanda di pohon dekat gua untuk mengenali daerah sekitarnya dan menghindari tersesat.

Aku mulai berpikir, bagaimana cara membalas dendam ibu. Aku hampir lupa, buku yang diberikan ibu. Dengan penerangan yang seadanya, aku membaca buku harian ibu. Ternyata buku itu berisi bahan obat yang bisa menyembuhkan. Juga ada tanaman obat beracun. Selama masih di hutan aku ,mempelajari buku ini. Dengan buku ini aku ingin sukses dan dapat membuktikan bahwa aku berharga.

Entah kenapa di dalam goa yang dingin dan lembap. Padahal ada api unggun di dekatku. Aku teringat tentang jendral yang harus dibangkitkan. Mengingat ini membuat badanku merinding. Aku juga berfikir kenapa prajurit ayahku tidak ke sini. Mungkin saja tempat ini adalah tempat bersemayamnya roh sang jendral. Sang jendral terkenal dengan kebengisannya sehingga mendapatkan kutukan. Aku langsung tidur.

Di saat bersamaan jauh di bawah permukaan tanah, sebuah fenomena aneh terjadi. Pohon yang sebelumnya hanyalah tunas kecil, tiba-tiba tumbuh besar dengan kecepatan yang tidak wajar. Dalam hitungan detik, pohon itu menjulang tinggi hingga hampir menyentuh langit-langit goa, batangnya kokoh dan dipenuhi guratan aneh seperti simbol kuno.

Pohon ini dikenal sebagai "Umbra Vitae", yang berarti "Bayangan Kehidupan." Batangnya berwarna hitam pekat, seolah terbuat dari arang, dengan akar yang menjalar keluar dari tanah berbatu, melingkari lantai goa dan mencengkeramnya seperti tentakel. Cabang-cabangnya memancarkan aura gelap, dan dedaunannya bersinar samar dengan cahaya merah seperti bara api yang meredup.

Legenda mengatakan bahwa Umbra Vitae adalah tanda kebangkitan roh-roh jahat yang terkunci selama berabad-abad. Setiap kali pohon ini tumbuh, roh-roh tersebut perlahan bangkit, mengisi udara dengan rasa dingin dan bisikan-bisikan yang tak bisa dipahami. Beberapa orang yang mencoba menebang atau mendekati pohon ini tidak pernah kembali, atau ditemukan dalam keadaan hilang akal, berbisik tentang bayangan yang hidup di dalam batangnya.

Setelah malam itu, hawa goa terasa aneh. Aku mencoba masuk lebih dalam. Di dalam goa yang penuh dengan misteri ini, sebuah pemandangan magis terpancar. Goa tersebut diterangi oleh sinar matahari yang masuk melalui celah di langit-langit, menyinari sebuah pohon besar yang berdiri megah di tengah-tengah ruangannya. Pohon itu tumbuh dari gundukan tanah yang diselimuti lumut hijau subur, dengan cabang-cabangnya yang lebat memancarkan aura mistis. Daun-daunnya bersinar lembut, seperti tertutup debu cahaya, dan udara di sekitarnya terasa tenang sekaligus memancarkan kekuatan gaib.

Di dekat pohon, sebuah sungai mengalir perlahan dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Sungai ini membelah lantai goa, mengalir melewati bebatuan yang ditumbuhi lumut dan tanaman liar. Air sungai terasa dingin, memantulkan kilauan cahaya yang terpantul dari sinar matahari. Akhirnya aku tidak perlu keluar untuk mandi aku menemukan air sungai.

Tangga batu yang tertutup lumut memandu pengunjung menuju pohon, seperti jalur yang mengarahkan ke sebuah altar kuno. Penduduk setempat percaya bahwa tempat ini adalah titik pertemuan antara dunia manusia dan dunia roh. Meski indah, legenda mengatakan bahwa sungai di dalam goa ini adalah tempat roh jahat beristirahat, dan pohon tersebut dianggap sebagai penjaga yang sekaligus mengurung mereka. Hanya mereka yang memiliki keberanian dan niat murni yang mampu bertahan lama di tempat ini tanpa merasa diawasi oleh sesuatu yang tak terlihat.

Episodes
1 Anak Yang Malang
2 Ramuan Elixir Lume
3 Terlambat
4 Harus kuat
5 Tinggal di Hutan
6 Pohon Aneh
7 Bangkitnya Sang Jendral
8 Pertanda dari Langit
9 Orde Cahaya Biru
10 Gosip Baru
11 Gerbang yang Terbuka
12 Propaganda Bulan Biru
13 Bayiku yang Malang
14 Kembali ke dunia.
15 Ramalan Palsu
16 Siapa Bayi Itu?
17 Rencana Pembangunan Wilayah
18 Protes
19 Rencana Pembangunan
20 Kebangkitan Rivendale
21 Pembangunan Pertama
22 Pembangunan Kedua
23 Pembangunan Ke Tiga
24 Denyut Nadi Rivendale
25 Pembangunan Dermaga dan Pasar yang Ramai
26 Rencana Jahat Raja Alistair
27 Menebar Racun
28 Restoran Sarapan Tepi Dermaga Rivendale
29 Keributan di The Morning Hearth
30 Rivendale Kota Kacau
31 Rivendale Terkepung oleh Wabah
32 Keberangkatan Rea ke Desa Elden
33 Kota Rivendale Setelah Kepergian Rea
34 Kesepian
35 Usaha Perbaikan Desa Elden
36 Mengatasi Masalah Baru
37 Pulang Kembali
38 Merencanakan Masa Depan Kesehatan
39 Pembangunan Rumah Kaca di Musim Salju
40 Harapan di Musim Salju
41 Kota Rivendale berbenah
42 Masalah Pembangunan
43 Kota Rivendale yang Maju
44 Kota Rivendale Kembali Bangkit
45 Rencana Raja Alistair
46 Infiltrator (Penyusup)
47 Rencana ke Pesta
48 Istirahat
49 Perjalanan ke Kerajaan
50 Mencari Informasi
51 Pesta
52 Pesta dimulai
53 Provokasi Raja
54 Misi di Balik Pesta
55 Siapa Aku ?
56 Dongeng Pangeran yang Hilang
57 Tunggu Aku
58 Elise dan Dongeng Rahasia untuk Kaelan
59 Aku Tahu Siapa Aku
60 Rencana Kabur 1
61 Rencana Kabur 2
62 Pergi
63 Mencari Pangeran
64 Perjalanan Menuju Markas Orde Bulan Biru
65 Pertemuan Dua Kaelan
66 Pertemuan dengan Keluarga
67 Perasaan Apa Ini?
68 Kabar Pangeran Hilang
69 Rencana Lord Adric
70 Mengganti Nama
71 Malam yang Tenang Sebelum Badai
72 Kedatangan Orde Bulan Biru di Rivendale
73 Namaku Roman
74 Desas-desus di Ibu Kota
75 Menuju Penghakiman
76 Pengadilan Terbuka di Ibu Kota:
77 Ramuan Ikatan Darah
78 Pedang Pewaris
79 Kekacauan di Ibu Kota
80 Raja yang Murka
81 Perintah Raja
82 Surat dari Bangsawan Kerajaan
83 Persiapan Perang
84 Perang akan dimulai
85 Perang di mulai
86 Bakar Perbekalan Raja
87 Perang dengan Taktik
88 Asap
89 Pasukan Zombie
90 Pasukan Raja Terdesak
91 Raja Kabur
92 Kabar Kematian Raja
93 Kematian Sang Raja
94 Kota Rivendale yang Kembali Hidup
95 Menuju Takdir
96 Kaelan Diangkat Menjadi Raja
97 Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Anak Yang Malang
2
Ramuan Elixir Lume
3
Terlambat
4
Harus kuat
5
Tinggal di Hutan
6
Pohon Aneh
7
Bangkitnya Sang Jendral
8
Pertanda dari Langit
9
Orde Cahaya Biru
10
Gosip Baru
11
Gerbang yang Terbuka
12
Propaganda Bulan Biru
13
Bayiku yang Malang
14
Kembali ke dunia.
15
Ramalan Palsu
16
Siapa Bayi Itu?
17
Rencana Pembangunan Wilayah
18
Protes
19
Rencana Pembangunan
20
Kebangkitan Rivendale
21
Pembangunan Pertama
22
Pembangunan Kedua
23
Pembangunan Ke Tiga
24
Denyut Nadi Rivendale
25
Pembangunan Dermaga dan Pasar yang Ramai
26
Rencana Jahat Raja Alistair
27
Menebar Racun
28
Restoran Sarapan Tepi Dermaga Rivendale
29
Keributan di The Morning Hearth
30
Rivendale Kota Kacau
31
Rivendale Terkepung oleh Wabah
32
Keberangkatan Rea ke Desa Elden
33
Kota Rivendale Setelah Kepergian Rea
34
Kesepian
35
Usaha Perbaikan Desa Elden
36
Mengatasi Masalah Baru
37
Pulang Kembali
38
Merencanakan Masa Depan Kesehatan
39
Pembangunan Rumah Kaca di Musim Salju
40
Harapan di Musim Salju
41
Kota Rivendale berbenah
42
Masalah Pembangunan
43
Kota Rivendale yang Maju
44
Kota Rivendale Kembali Bangkit
45
Rencana Raja Alistair
46
Infiltrator (Penyusup)
47
Rencana ke Pesta
48
Istirahat
49
Perjalanan ke Kerajaan
50
Mencari Informasi
51
Pesta
52
Pesta dimulai
53
Provokasi Raja
54
Misi di Balik Pesta
55
Siapa Aku ?
56
Dongeng Pangeran yang Hilang
57
Tunggu Aku
58
Elise dan Dongeng Rahasia untuk Kaelan
59
Aku Tahu Siapa Aku
60
Rencana Kabur 1
61
Rencana Kabur 2
62
Pergi
63
Mencari Pangeran
64
Perjalanan Menuju Markas Orde Bulan Biru
65
Pertemuan Dua Kaelan
66
Pertemuan dengan Keluarga
67
Perasaan Apa Ini?
68
Kabar Pangeran Hilang
69
Rencana Lord Adric
70
Mengganti Nama
71
Malam yang Tenang Sebelum Badai
72
Kedatangan Orde Bulan Biru di Rivendale
73
Namaku Roman
74
Desas-desus di Ibu Kota
75
Menuju Penghakiman
76
Pengadilan Terbuka di Ibu Kota:
77
Ramuan Ikatan Darah
78
Pedang Pewaris
79
Kekacauan di Ibu Kota
80
Raja yang Murka
81
Perintah Raja
82
Surat dari Bangsawan Kerajaan
83
Persiapan Perang
84
Perang akan dimulai
85
Perang di mulai
86
Bakar Perbekalan Raja
87
Perang dengan Taktik
88
Asap
89
Pasukan Zombie
90
Pasukan Raja Terdesak
91
Raja Kabur
92
Kabar Kematian Raja
93
Kematian Sang Raja
94
Kota Rivendale yang Kembali Hidup
95
Menuju Takdir
96
Kaelan Diangkat Menjadi Raja
97
Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!