Episode 9 : Teman lama

Aretha menjalankan hari hari PPDS nya dengan penuh semangat, meski lelah dan kadang pulang tengah malam, tekadnya tidak pernah surut sedikitpun untuk mengabdikan diri pada masyarakat yang membutuhkan.

Kemelut rumah tangganya tidak menjadi penghalang, bahkan dengan menyibukkan diri, Aretha bisa melupakan sedikit kegundahan hatinya.

Sore nanti, Aretha akan mendampingi Zayn. Ini kali pertama Aretha bekerja bersama dalam satu ruangan setelah hampir sebulan menjalani residensinya.

" Hhh..." Terdengar helaan nafas dari salah seorang perawat yang biasa mendampingi Zayn. Dia sedang mengatur alat alat yang di butuhkan Zayn nantinya.

" Kenapa kak? Beban nya kayak berat begitu..." Tanya Aretha tersenyum manis.

Perawat wanita yang hampir seumuran dengan Aretha itu jadi salah tingkah.

" Oh, tidak apa apa dok.." Ujarnya tersenyum aneh.

" Apa karena dokter Zayn?" Tebak Aretha.

Perawat tadi menghentikan kegiatannya dan mendekati Aretha.

" Sebenarnya saya tidak enak mengatakan ini pada anda dok." Ucapnya dengan nada memelas.

" Memangnya kenapa?"

" Tapi janji ya, dokter tidak akan memberitahu kan ini pada dokter Zayn. Dokter kan istrinya. Biasanya suami istri jika di rumah pasti gosipnya seputaran tempat kerja. Sama kayak saya dan suami dok."

" Gosip dari mana? Bicara saja jarang." Aretha membatin.

" Iya, janji."

" Di rumah, apa dokter Zayn jarang bicara dok?" Selidik perawat .

" Iya..begitulah ."

Helaan nafasnya kembali terdengar, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

" Jujur, setiap tau jika akan menjadi instrument nurse dan mendampingi dokter Zayn, rasa rasa nya umur saya berkurang jauh lebih banyak." Katanya tertunduk lesu.

" Hahahaha.." Aretha tertawa lepas.

Ternyata bukan hanya dia yang menjadi korban si kulkas lima puluh pintu itu. Masih banyak yang menderita batin karenanya.

" Masih mending prof Adam, beliau masih sering bercanda dan bergurau hingga suasana di dalam kamar operasi jadi lebih hidup." Perawat tadi mencurahkan semua isi hatinya tentang Zayn bahkan membandingkan sikap ayah dan anak itu di dalam kamar operasi.

" Aku jadi penasaran."

" Tunggulah dok, tidak lama lagi beliau akan datang, dan lihatlah sepak terjangnya." Katanya menambah rasa penasaran Aretha.

Zayn masuk menghentikan percakapan Aretha dan perawat. Tidak salah jika mereka menganggap Zayn seperti kulkas, bayangkan, tidak ada senyum dan sapa begitu dia menginjakkan kaki di dalam ruangan dengan banyak manusia itu.

Ruangan di kamar operasi Brawijaya Hospital memang banyak. Jadi, akan banyak dokter yang menggunakan ruangan tersebut. Karena itu, kamar bedah akan terlihat ramai di pagi sampai sore hari, banyak dokter bedah yang akan melakukan pembedahan sesuai spesialisasi nya masing masing.

" Bagaimana hari mu dokter Zayn?" Sapa salah satu teman dokter yang kebetulan menyelesaikan residensi bersamaan dengan nya.

" Seperti biasa." Selesai, tidak ada kelanjutan dari jawabannya itu. Tapi temannya sudah paham sifat Zayn yang memang terlanjur dingin hingga bisa sampai membeku.

" Operasi apa ?" Tanya nya kembali.

" Reseksi duodenum."

" Stadium?"

" Satu."

" Wah,,cepat juga terdeteksi, semoga operasinya berjalan lancar."

" Aamiin."

Singkat, padat, aamiin.

Aretha menyimak pembicaraan singkat itu. Dan dia sudah membuktikan sedingin apa Zayn pada makhluk bernyawa yang sudah menjadi temannya selama bertahun tahun.

Tiba lah saat operasi. Sebagai residen tahun pertama, Aretha hanya bisa memantau tanpa melakukan tindakan. Sebenarnya dia sangat ingin, tapi memang untuk stase nya di semester awal sebatas mengobservasi saja.

Operasi di mulai. Dan instrument nurse nya kali ini adalah perawat yang tadi mencurahkan isi hatinya pada Aretha.

Zayn mengangkat tangan kanannya dengan telapak menghadap ke atas.

Kimmy, nama perawat yang bertugas sudah paham apa yang Zayn minta.

Begitu seterusnya hingga operasi berakhir setelah empat jam lamanya.

Benar, Aretha tidak mendengarkan suara manusia di dalam sana, untuk bergerak atau bernafas sepertinya harus di atur sedemikian rupa agar tidak mengganggu konsentrasi sang dokter bedah. Bayangkan empat jam berkutat dengan pasien, hanya suara monitor yang terdengar hingga operasi finish dan pasien di pindahkan ke ruang pemulihan.

Jujur, Aretha ingin sekali keluar. Dia suntuk dan bosan. Andai kata dia bukanlah seorang mahasiswi dan andai sudah menjadi dokter spesialis anastesi, Aretha pasti akan meminta dokter lain untuk mengikuti operasi yang di lakukan Zayn.

Tapi ada nilai plus dan patut di acungi jempol saat Zayn sudah dalam mode serius dan memegang pisau bedah. Dia bekerja sangat teliti dan tidak akan melewatkan satupun prosedur yang sudah di tetapkan selama operasi berlangsung.

Aretha juga mencuri dengar dari beberapa rekan dokter, bahwa meski Zayn jarang bicara dan selalu to the point, tapi pasien yang datang berobat padanya sangatlah banyak.

Zayn tidak suka memberikan harapan palsu pada pasien dan keluarganya. Jika memang itu sulit dan sudah tidak bisa di lakukan tindakan medis lainnya, Zayn akan jujur mengatakannya. Sebaliknya jika masih berpeluang besar, Zayn mati matian akan melakukan yang terbaik agar pasien bisa survive dan menjalani kehidupan yang bahagia.

Aretha duduk di kafetaria rumah sakit. Dia baru saja memesan seporsi nasi lengkap dengan lauknya. Makan malam yang harusnya dia selesaikan sejak dua jam lalu, baru bisa terlaksana sekarang.

Sesuap demi sesuap ia masukkan ke dalam mulutnya, lapar yang mendera membuatnya tidak menyadari jika seorang pria tampan datang dan menghampirinya. Pria itu memesan makanan yang sama dengan Aretha.

" Boleh aku duduk di sini?" Tanyanya meminta ijin.

Kebetulan kursi depan Aretha masih kosong.

Aretha mengangkat kepalanya." Silahkan." Setelah itu, dia kembali melanjutkan makannya.

Pria itu sibuk menatap Aretha, bahkan makanan di piringnya belum dia sentuh padahal sudah lebih dari sepuluh menit ia duduk di depan wanita cantik itu.

Aretha mulai risih. Meski pernah bergaul dengan banyak pria, tapi Aretha bisa memilah yang mana yang benar benar murni sebagai teman dan yang mana yang menaruh hati padanya.

Sebenarnya, Aretha pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat berat yang berhubungan dengan pria. Makanya, Aretha ke mana mana lebih sering menggunakan masker ketimbang memperlihatkan langsung wajah cantiknya.

Krisis percaya diri pernah membuatnya hampir tidak melanjutkan kuliahnya. Karena masalah itu juga, Aretha akhirnya memutuskan berhenti balapan dan tidak lagi bergaul dengan teman teman lamanya.

" Setelah jadi residen anastesi, kau melupakanku Ta?" Tanyanya terus menatap Aretha.

Aretha kembali mengangkat kepalanya. Dia yakin jika pria itu mengenalnya dengan baik.

" Hai, sudah lama kita tidak bertemu." Sapanya tersenyum manis.

Aretha menatap tajam pria yang sedang tersenyum manis padanya.

" Kak Axel?" Tebak Aretha. Keningnya hampir menyatu karena sulit mengumpulkan kenangan tentang masa lalu. Aretha yakin jika pria itu adalah pria yang pernah berada di masa lalunya.

" Ku pikir kau sudah melupakanku." Tukasnya terkekeh pelan.

" Astaga kak, maaf aku sampai tidak mengenalimu." Ucapnya di selingi tawa.

Pria tampan itu bernama Axel. Axel adalah pemimpin Aretha saat masih bergabung dengan tim Speed Devils . Aretha sulit mengenali Axel karena tampilan pria itu sangat jauh berbeda. Dulu rambut Axel gondrong dan brewokan, bertubuh kurus seperti seperti kayu kering tidak pernah di siram.

Tapi sekarang, Axel sangat tampan, tidak ada lagi rambut gondrong, tidak ada lagi wajah penuh bulu. Tubuh Axel sekarang juga sangat bagus.

" Kak Axel ada urusan di sini?"

Axel menggeleng. Lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kemejanya.

" dr. Axel Peter Eleazar, Sp. N." Itu nama yang tertera di id card yang baru saja di keluarkan dan di tunjukkan pada Aretha.

" Tunggu, jadi.." Aretha sampai menutup mulutnya.

" Iya, baru dua bulan."

" Selamat ya kak."

" Sama sama."

Mereka asik berbincang, berbicara mengenai masa lalu yang indah dan penuh kenangan.

Tidak ada pembahasan masa lalu kelam yang akan mengungkit luka lama Aretha.

" KAU SUDAH SELESAI!!"

...****************...

Terpopuler

Comments

SasSya

SasSya

kulkas 12 pintu memang harus di cepak'i ( di siapkan) kompor gas freestanding
biar meleleh tu es saljuuuuu
biar ada panas2nya 🤭
6 bulan masa waktu kesepakatan
jangan terlewatkan dgn penyesalan zaynnnn

2025-01-09

2

Restu Ningsih

Restu Ningsih

Apakah yg menghampiri aretha adalah zayn, lanjut double up thor...

2025-01-09

4

Dhika Chawla

Dhika Chawla

cie....cie...ada yg cemburu buta....sok Zayn...mo dilepas aretha 6bln kemudian. udah ada yg nampung mah....jgn sampe nyesel deh

2025-01-09

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Rencana pernikahan
2 Episode 2 : Aretha yang galau
3 Episode 3 : Menjadi pengganti
4 Episode 4 : Sah
5 Episode 5 : Penolakan secara terang terangan
6 Episode 6 : Mencoba bersikap biasa saja
7 Episode 7 : Hari pertama PPDS
8 Episode 8 : Satu tahun terlalu lama
9 Episode 9 : Teman lama
10 Episode 10 : Kemarahan Aretha
11 Episode 11 : Menghilangkan kemarahan
12 Episode 12 : Ketakutan Aretha
13 Episode 13 : Kau pelakunya?
14 Episode 14 : Zayn mencari tau
15 Episode 15 : Dokter baru
16 Episode 16 : Aretha sakit
17 Episode 17 : Trauma parah
18 Episode 18 : Aryan Brawijaya
19 Episode 19 : Kedatangan Aryan
20 Episode 20 : Zayn dan Aryan
21 Episode 21 : Sedikit tentang Aretha
22 Episode 22 : Pria itu ?
23 Episode 23 : Aku menemukanmu
24 Episode 24 : Akal bulus abu nawas
25 Episode 25 : Kalau cinta, bilang
26 Episode 26 : Kanaya kembali
27 Episode 27 : Aku menunggumu di rumah
28 Episode 28 : Ulah Kanaya
29 Episode 29 : Diam diam, ternyata jahat
30 Episode 30 : Cemburu
31 Episode 31 : Ciuman pertama
32 Episode 32 : Pemandangan indah
33 Episode 33 : Gagal total
34 Episode 34 : Panggilan sayang
35 Episode 35 : Ular berkepala manusia
36 Episode 36 : Jangan pergi
37 Episode 37 : Air mata Zayn
38 Episode 38 : Sebenarnya itu hukuman
39 Episode 39 : Mertua dari surga
40 Episode 40 : Buku diary
41 Episode 41 : Saling cinta
42 Episode 42 : Ulah umi
43 Episode 43 : Pria misterius
44 Episode 44 : Melawan trauma
45 Episode 45 : Zayn pulang
46 Episode 46 : Zayn si predator
47 Episode 47 : Aku mencintaimu
48 Episode 48 : Mencintai mu selamanya
49 Episode 49 : Bekas luka
50 Episode 50 : Posesif
51 Episode 51 : Pengakuan Sardi
52 Episode 52 : Masih edisi Sardi
53 Episode 53 : Cinta Aretha di tengah kecemburuan Zayn
54 Episode 54 : Kisah trauma
55 Episode 55 : Waspada, Zayn mulai bergerak
56 Episode 56 : Simbiosis mutualisme
57 Episode 57 : CEO Sanjaya Grup?
58 Episode 58 : Naluri Zayn
59 Episode 59 : Berpisah sementara
60 Episode 60 : Perlahan terkuak
61 Episode 61 : Hampir saja
62 Episode 62 : Tidak bisa pergi jauh
63 Episode 63 : Apa ini plan B?
64 Episode 64 : Parfum itu.....
65 Episode 65 : Zayn VS Reno
66 Episode 66 : Zayn terluka
67 Episode 67 : Ingat...ini Brawijaya
68 Episode 68 : Reno dan Kanaya
69 Episode 69 : Rasa bersalah Aretha
70 Episode 70 : Zayn yang peka
71 Episode 71 : Sirkuit kenangan
72 Episode 72 : Kecelakaan
73 Episode 73 : Bertarung dengan kematian
74 Episode 74 : Tamparan pertama kali
75 Episode 75 : Ketahuan
76 Episode 76 : Maafkan Abi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Episode 1 : Rencana pernikahan
2
Episode 2 : Aretha yang galau
3
Episode 3 : Menjadi pengganti
4
Episode 4 : Sah
5
Episode 5 : Penolakan secara terang terangan
6
Episode 6 : Mencoba bersikap biasa saja
7
Episode 7 : Hari pertama PPDS
8
Episode 8 : Satu tahun terlalu lama
9
Episode 9 : Teman lama
10
Episode 10 : Kemarahan Aretha
11
Episode 11 : Menghilangkan kemarahan
12
Episode 12 : Ketakutan Aretha
13
Episode 13 : Kau pelakunya?
14
Episode 14 : Zayn mencari tau
15
Episode 15 : Dokter baru
16
Episode 16 : Aretha sakit
17
Episode 17 : Trauma parah
18
Episode 18 : Aryan Brawijaya
19
Episode 19 : Kedatangan Aryan
20
Episode 20 : Zayn dan Aryan
21
Episode 21 : Sedikit tentang Aretha
22
Episode 22 : Pria itu ?
23
Episode 23 : Aku menemukanmu
24
Episode 24 : Akal bulus abu nawas
25
Episode 25 : Kalau cinta, bilang
26
Episode 26 : Kanaya kembali
27
Episode 27 : Aku menunggumu di rumah
28
Episode 28 : Ulah Kanaya
29
Episode 29 : Diam diam, ternyata jahat
30
Episode 30 : Cemburu
31
Episode 31 : Ciuman pertama
32
Episode 32 : Pemandangan indah
33
Episode 33 : Gagal total
34
Episode 34 : Panggilan sayang
35
Episode 35 : Ular berkepala manusia
36
Episode 36 : Jangan pergi
37
Episode 37 : Air mata Zayn
38
Episode 38 : Sebenarnya itu hukuman
39
Episode 39 : Mertua dari surga
40
Episode 40 : Buku diary
41
Episode 41 : Saling cinta
42
Episode 42 : Ulah umi
43
Episode 43 : Pria misterius
44
Episode 44 : Melawan trauma
45
Episode 45 : Zayn pulang
46
Episode 46 : Zayn si predator
47
Episode 47 : Aku mencintaimu
48
Episode 48 : Mencintai mu selamanya
49
Episode 49 : Bekas luka
50
Episode 50 : Posesif
51
Episode 51 : Pengakuan Sardi
52
Episode 52 : Masih edisi Sardi
53
Episode 53 : Cinta Aretha di tengah kecemburuan Zayn
54
Episode 54 : Kisah trauma
55
Episode 55 : Waspada, Zayn mulai bergerak
56
Episode 56 : Simbiosis mutualisme
57
Episode 57 : CEO Sanjaya Grup?
58
Episode 58 : Naluri Zayn
59
Episode 59 : Berpisah sementara
60
Episode 60 : Perlahan terkuak
61
Episode 61 : Hampir saja
62
Episode 62 : Tidak bisa pergi jauh
63
Episode 63 : Apa ini plan B?
64
Episode 64 : Parfum itu.....
65
Episode 65 : Zayn VS Reno
66
Episode 66 : Zayn terluka
67
Episode 67 : Ingat...ini Brawijaya
68
Episode 68 : Reno dan Kanaya
69
Episode 69 : Rasa bersalah Aretha
70
Episode 70 : Zayn yang peka
71
Episode 71 : Sirkuit kenangan
72
Episode 72 : Kecelakaan
73
Episode 73 : Bertarung dengan kematian
74
Episode 74 : Tamparan pertama kali
75
Episode 75 : Ketahuan
76
Episode 76 : Maafkan Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!