Episode 6 : Mencoba bersikap biasa saja

Umi Aza menatap punggung Aretha yang berjalan mengikuti Zayn dengan tatapan sendu.

" Apa yang akan terjadi dengan mereka umi?" Tanya Zara. Tatapannya pun sama seperti umi saat menatap Aretha.

Zara sudah mengetahui permasalahan yang terjadi setelah mendapatkan informasi dari umi Aza semalam.

" Kita liat saja, sampai kapan Zayn akan bertahan dengan ego nya." Ucap umi Aza.

" Tapi, umi tau sendirikan, sikap mas Zayn seperti apa?"

" Tentu saja, dia anak umi. Apa yang tidak umi ketahui tentang Zayn?"

" Mas Zayn itu seperti bongkahan batu besar yang sangat sulit di pecahkan umi." Kata Zara sembari menghela nafas.

" Dengan Aretha, umi yakin, dia bisa berubah menjadi pasir halus yang menguatkan rumah tangga mereka."

Umi melirik Zara." Kamu tidak lupa dengan kisah umi dan Abi kan?"

Zara mengangguk.

 " Ini serupa tapi tidak sama. Semoga saja mereka bisa bertahan. Jujur umi merasa sangat bersalah pada Aretha, umi berharap, Aretha mampu menghadapi sikap Zayn yang terkadang di luar prediksi."

*

*

Aretha mengekor di belakang Zayn hingga pria tampan itu berhenti dan membuka salah satu pintu di lantai dua rumah mewah Brawijaya.

Zayn masuk, tapi tidak dengan Aretha. Meski berstatus suami, Aretha nampak ragu menginjakkan kakinya ke dalam kamar bernuansa industrial dengan warna abu dan hitam yang lebih dominan.

Zayn menjatuhkan tubuhnya di sofa tunggal, melepas kancing kemeja yang dia kenakan satu persatu. Dia tidak sadar jika Aretha mengikutinya dari tadi.

Tok tok..

Aretha mengetuk pintu, Zayn menoleh.

" Boleh saya masuk?" Ijinnya pada pemilik kamar.

Zayn kembali mengancing kemejanya. Namun dia mulai kesulitan karena tangan kanannya sedang terluka dan terbungkus perban.

" Tunggu, aku ganti baju dulu." Zayn melangkah ke kamar mandi setelah menarik salah satu bajunya dari dalam lemari.

Di minta menunggu, Aretha benar benar berdiri di depan kamar Zayn. Tidak satu langkah pun kakinya ia jejakkan di lantai marmer kamar Zayn.

Zayn muncul dengan tampilan segar dengan t-shirt berwarna hitam.

" Masuk."

Aretha melangkah pelan. Dia pindai seluruh kamar tidur yang sangat luas itu.

Setelah menyuruh Aretha masuk, Zayn justru sibuk dengan telpon genggamnya, seakan tidak memperdulikan keberadaan Aretha.

Aretha jadi salah tingkah dan bingung dengan sikap diam Zayn. Apakah akan seperti ini setiap hari? Aretha sudah bisa meraba situasi yang akan dia hadapi ke depannya.

" Ada yang ingin saya katakan dok." Akhirnya Aretha membuka keheningan yang tercipta cukup lama.

Zayn mengangkat kepalanya." Apa."

Aretha meremas baju gamisnya. Aura seorang konsulen lebih mendominasi ketimbang seorang suami yang sedang berbicara pada istrinya.

" Sehari sebelum datang ke sini, saya di terima untuk mengikuti PPDS anastesi. Tapi sampai hari ini saya belum mendaftar ulang. Batas pendaftarannya sampai besok."

Zayn menyimak setiap kata yang di ucapkan Aretha. Namun Zayn tidak memfokuskan netranya melihat ke arah lawan bicaranya. Zain lebih banyak membuang muka.

Aretha berhenti sejenak, lalu melanjutkan kembali." Bolehkah saya melanjutkan nya dok?" Ucapnya penuh permohonan.

Zayn akhirnya menatap Aretha. " Apa urusannya dengan ku?" Ketusnya lalu beranjak dari tempat duduknya.

Aretha membeku.

Zayn melangkah keluar kamar melewati Aretha begitu saja.

Aretha menutup kedua matanya, dengan keberanian penuh, dia menaikkan intonasi suaranya. " Karena dokter sekarang adalah suami saya ! " Takut sudah pasti, kedua tangannya harus mengepal kuat untuk mengurangi rasa takutnya itu.

Zayn berhenti. Terlihat jelas urat tangannya menonjol keluar saat menggenggam dengan keras telpon genggamnya.

Akhirnya ia menoleh. " Apa katamu ! "

Aretha tidak lagi berani menjawab, itu karena ekspresi Zayn sudah tidak bersahabat.

Aretha menunduk.

" Lakukan saja apa yang menurut mu baik, tidak usah meminta ijin padaku!!"

Jleb...

Perasaan Aretha di hancurkan seketika oleh Zayn. Kalimat menusuk yang langsung menembus dada semakin membuat hati lembutnya tersayat.

Netranya kembali berkabut.

Inilah yang akan menjadi santapannya setiap hari. Bayangkan, berapa banyak luka yang akan dia dapatkan setiap jam nya?

Aretha terduduk di pinggiran tempat tidur. Air matanya mengalir.

Dia kembali merenungi nasibnya, andai waktu bisa di putar kembali, mungkin akan lain ceritanya jika dia menolak di nikahkan dengan Zayn. Lagian, Aretha hanya pengganti. Bukan calon yang sesungguhnya.

Aretha mengusap air mata di kedua pipinya dengan kasar. Aretha kembali mengangkat kepalanya.

" Aku seperti bukan diriku sendiri. Ta,,ingat kamu bukanlah wanita lemah. Jangan cengeng dan terbawa perasaan. Cukupkan saja sampai di sini. Jika kamu terus menggunakan hatimu yang begitu mencintainya, kamu pasti akan terluka jauh lebih dalam dan akan semakin parah. Lepaskan rasa itu. Jalani sesuai dengan keinginannya, bukan keinginanmu." Batinnya, Aretha mencoba membangun tembok raksasa agar otaknya tidak rusak dan hatinya tidak terluka.

" Baiklah.....mari kita mulai."

Aretha memasang senyum cerah secerah mentari pagi. Dia melangkah keluar dari kamar Zayn. Menjelajah rumah mewah yang besarnya hampir sama dengan rumahnya.

Malam tiba, makan malam baru saja selesai.

Seperti kebiasaan setelah makan, keluarga Brawijaya akan berkumpul di ruang keluarga sembari bercengkrama.

Zayn duduk di pojokan, ada Safa yang menjadi teman bicaranya. Sementara Aretha mengambil tempat yang cukup jauh dari Zayn, memilih duduk dengan Marwah sembari membahas apa saja yang bisa memacu adrenalin.

" Tangan mu kenapa?" Tanya Ezar yang berdiri di samping Zayn.

" Tidak apa apa." Jawab nya cuek.

" Tangan mu itu bernilai milyaran rupiah, jadi jangan membuatnya menderita karena keegoisan pemiliknya." Ucapnya dengan kalimat bombastis penuh sindiran.

Zayn mendelik.

Ezar pergi setelah memastikan Zayn tersinggung dengan ucapannya barusan.

Malam ini, Zayn memutuskan menginap di rumah kedua orangtuanya sebelum besok angkat kaki dan tinggal di rumah lama umi Aza dan Abi Adam di Magnolia.

Zayn lebih dulu ke kamar berbeda dengan Aretha yang masih betah bermain dengan si kembar Safa dan Marwah. Dia menggunakan kesempatan itu untuk banyak bermain dengan keduanya, karena jika sudah kembali beraktifitas dan di kembar sudah pulang ke rumah nya, Aretha pasti akan sulit menemukan waktu untuk bisa bertemu dengan anak anak Zara yang lucu dan menggemaskan itu.

Safa dan Marwah sangat menyukai Aretha, mereka tidak kehabisan bahan permainan ataupun bahan obrolan. Lelah bermain, mereka kembali asik berbincang bak teman sebaya. Aretha menguasai ilmu parenting jadi sangat mudah baginya menaklukkan kedua bocah cantik itu.

Mereka mengakhiri sesi bermain setelah mendapatkan panggilan dari Zara untuk segera tidur. Jam di dinding juga sudah menunjuk di angka sepuluh, itu berarti malam memang semakin larut.

Aretha berdiri di depan pintu kamar Zayn. Di tangannya terdapat tas berwarna merah berisi obat obatan yang di minta nya pada Zara beberapa saat lalu.

Perlahan Aretha membuka pintu. Lampu masih menyala terang, sementara sang pemilik sudah tertidur pulas.

Aretha menghampiri Zayn. Dia mengatur posisi dan duduk di atas karpet sambil membuka tas bawaannya.

Tangan Zayn yang terluka perlahan dia obati. Sangat pelan, dia takut gerakan nya akan membuat Zayn terbangun.

Lima belas menit, selesai.

Aretha menghela nafas panjang lalu merapikan semua bahan dan obat yang dia gunakan untuk mengganti perban di tangan Zayn.

" Lain kali, jangan melukai dirimu lagi." Batin Aretha.

Ia bangkit dan mematikan lampu kamar, menyisakan cahaya redup yang berasal dari jendela luar.

Di raihnya bantal di samping kepala Zayn dan membaringkan tubuh lelahnya di sofa panjang yang menghadap ke jendela.

...****************...

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

kok nggak kerasa ya tangan diobatin bahkan Sampek diperban gitu.., biasanya kena alkohol atau betadin kan perih.... he he he he...✌️

2025-01-06

2

sherly

sherly

semangat tata raih cita2mu dah cuekin aja si Zayn yg masih mikirin Kanaya... tp jd penasaran apa yg di lakukan umi aza ya ke Kanaya....

2025-01-08

1

Bak Mis

Bak Mis

benar banget ta jgn jadi wanita yg lemah

2025-01-06

3

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Rencana pernikahan
2 Episode 2 : Aretha yang galau
3 Episode 3 : Menjadi pengganti
4 Episode 4 : Sah
5 Episode 5 : Penolakan secara terang terangan
6 Episode 6 : Mencoba bersikap biasa saja
7 Episode 7 : Hari pertama PPDS
8 Episode 8 : Satu tahun terlalu lama
9 Episode 9 : Teman lama
10 Episode 10 : Kemarahan Aretha
11 Episode 11 : Menghilangkan kemarahan
12 Episode 12 : Ketakutan Aretha
13 Episode 13 : Kau pelakunya?
14 Episode 14 : Zayn mencari tau
15 Episode 15 : Dokter baru
16 Episode 16 : Aretha sakit
17 Episode 17 : Trauma parah
18 Episode 18 : Aryan Brawijaya
19 Episode 19 : Kedatangan Aryan
20 Episode 20 : Zayn dan Aryan
21 Episode 21 : Sedikit tentang Aretha
22 Episode 22 : Pria itu ?
23 Episode 23 : Aku menemukanmu
24 Episode 24 : Akal bulus abu nawas
25 Episode 25 : Kalau cinta, bilang
26 Episode 26 : Kanaya kembali
27 Episode 27 : Aku menunggumu di rumah
28 Episode 28 : Ulah Kanaya
29 Episode 29 : Diam diam, ternyata jahat
30 Episode 30 : Cemburu
31 Episode 31 : Ciuman pertama
32 Episode 32 : Pemandangan indah
33 Episode 33 : Gagal total
34 Episode 34 : Panggilan sayang
35 Episode 35 : Ular berkepala manusia
36 Episode 36 : Jangan pergi
37 Episode 37 : Air mata Zayn
38 Episode 38 : Sebenarnya itu hukuman
39 Episode 39 : Mertua dari surga
40 Episode 40 : Buku diary
41 Episode 41 : Saling cinta
42 Episode 42 : Ulah umi
43 Episode 43 : Pria misterius
44 Episode 44 : Melawan trauma
45 Episode 45 : Zayn pulang
46 Episode 46 : Zayn si predator
47 Episode 47 : Aku mencintaimu
48 Episode 48 : Mencintai mu selamanya
49 Episode 49 : Bekas luka
50 Episode 50 : Posesif
51 Episode 51 : Pengakuan Sardi
52 Episode 52 : Masih edisi Sardi
53 Episode 53 : Cinta Aretha di tengah kecemburuan Zayn
54 Episode 54 : Kisah trauma
55 Episode 55 : Waspada, Zayn mulai bergerak
56 Episode 56 : Simbiosis mutualisme
57 Episode 57 : CEO Sanjaya Grup?
58 Episode 58 : Naluri Zayn
59 Episode 59 : Berpisah sementara
60 Episode 60 : Perlahan terkuak
61 Episode 61 : Hampir saja
62 Episode 62 : Tidak bisa pergi jauh
63 Episode 63 : Apa ini plan B?
64 Episode 64 : Parfum itu.....
65 Episode 65 : Zayn VS Reno
66 Episode 66 : Zayn terluka
67 Episode 67 : Ingat...ini Brawijaya
68 Episode 68 : Reno dan Kanaya
69 Episode 69 : Rasa bersalah Aretha
70 Episode 70 : Zayn yang peka
71 Episode 71 : Sirkuit kenangan
72 Episode 72 : Kecelakaan
73 Episode 73 : Bertarung dengan kematian
74 Episode 74 : Tamparan pertama kali
75 Episode 75 : Ketahuan
76 Episode 76 : Maafkan Abi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Episode 1 : Rencana pernikahan
2
Episode 2 : Aretha yang galau
3
Episode 3 : Menjadi pengganti
4
Episode 4 : Sah
5
Episode 5 : Penolakan secara terang terangan
6
Episode 6 : Mencoba bersikap biasa saja
7
Episode 7 : Hari pertama PPDS
8
Episode 8 : Satu tahun terlalu lama
9
Episode 9 : Teman lama
10
Episode 10 : Kemarahan Aretha
11
Episode 11 : Menghilangkan kemarahan
12
Episode 12 : Ketakutan Aretha
13
Episode 13 : Kau pelakunya?
14
Episode 14 : Zayn mencari tau
15
Episode 15 : Dokter baru
16
Episode 16 : Aretha sakit
17
Episode 17 : Trauma parah
18
Episode 18 : Aryan Brawijaya
19
Episode 19 : Kedatangan Aryan
20
Episode 20 : Zayn dan Aryan
21
Episode 21 : Sedikit tentang Aretha
22
Episode 22 : Pria itu ?
23
Episode 23 : Aku menemukanmu
24
Episode 24 : Akal bulus abu nawas
25
Episode 25 : Kalau cinta, bilang
26
Episode 26 : Kanaya kembali
27
Episode 27 : Aku menunggumu di rumah
28
Episode 28 : Ulah Kanaya
29
Episode 29 : Diam diam, ternyata jahat
30
Episode 30 : Cemburu
31
Episode 31 : Ciuman pertama
32
Episode 32 : Pemandangan indah
33
Episode 33 : Gagal total
34
Episode 34 : Panggilan sayang
35
Episode 35 : Ular berkepala manusia
36
Episode 36 : Jangan pergi
37
Episode 37 : Air mata Zayn
38
Episode 38 : Sebenarnya itu hukuman
39
Episode 39 : Mertua dari surga
40
Episode 40 : Buku diary
41
Episode 41 : Saling cinta
42
Episode 42 : Ulah umi
43
Episode 43 : Pria misterius
44
Episode 44 : Melawan trauma
45
Episode 45 : Zayn pulang
46
Episode 46 : Zayn si predator
47
Episode 47 : Aku mencintaimu
48
Episode 48 : Mencintai mu selamanya
49
Episode 49 : Bekas luka
50
Episode 50 : Posesif
51
Episode 51 : Pengakuan Sardi
52
Episode 52 : Masih edisi Sardi
53
Episode 53 : Cinta Aretha di tengah kecemburuan Zayn
54
Episode 54 : Kisah trauma
55
Episode 55 : Waspada, Zayn mulai bergerak
56
Episode 56 : Simbiosis mutualisme
57
Episode 57 : CEO Sanjaya Grup?
58
Episode 58 : Naluri Zayn
59
Episode 59 : Berpisah sementara
60
Episode 60 : Perlahan terkuak
61
Episode 61 : Hampir saja
62
Episode 62 : Tidak bisa pergi jauh
63
Episode 63 : Apa ini plan B?
64
Episode 64 : Parfum itu.....
65
Episode 65 : Zayn VS Reno
66
Episode 66 : Zayn terluka
67
Episode 67 : Ingat...ini Brawijaya
68
Episode 68 : Reno dan Kanaya
69
Episode 69 : Rasa bersalah Aretha
70
Episode 70 : Zayn yang peka
71
Episode 71 : Sirkuit kenangan
72
Episode 72 : Kecelakaan
73
Episode 73 : Bertarung dengan kematian
74
Episode 74 : Tamparan pertama kali
75
Episode 75 : Ketahuan
76
Episode 76 : Maafkan Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!