Devan vs Freya #2

"Selamat pagi, Pak," sapa Freya ketika memasuki ruang kerja Devan.

Pria yang tengah sibuk mempelajari proposal yang akan dijadikan bahan meeting nanti, segera mengangkat kepalanya begitu mendengar suara sang sekretaris. Pagi ini penampakan Freya sudah berubah. Sejenak Devan terdiam memandangi Freya yang penampilannya sudah berubah.

Gadis itu mengenakan blouse hitam yang dipadu dengan celana panjang berwarna senada. Kemudian dia melapisi tubuhnya dengan blazer berwarna putih yang terdapat ornamen hitam di bagian pinggirnya. Dia terlihat lebih tinggi ketika menggunakan sepatu pantofel model wedges setinggi lima senti. Wajahnya dipoles make up tipis namun tetap memancarkan kecantikannya. Jangan lupakan jepit yang menghiasi sebelah kiri rambutnya membuat penampilan gadis mungil itu semakin mempesona.

"Ini ringkasan proposal yang Bapak minta."

Freya meletakkan map di atas meja kerja Devan dan sukses membangunkan pria itu dari lamunannya. Dia berdehem sebentar, saking terpana melihat penampilan Freya yang berubah drastis, pria itu sempat tenggelam dalam lamunannya sendiri.

"Apa jadwal kita hari ini"

Freya membacakan jadwal hari ini. Hanya ada satu meeting saja di pagi hari. Sisanya mereka hanya menghabiskan waktu di dalam ruangan saja, menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Vano. Devan hanya menganggukkan kepalanya saja lalu meminta Freya kembali ke mejanya.

Dua puluh menit kemudian Devan keluar. Jas hitam sudah menutupi tubuh gagahnya. Melihat Devan keluar dari ruangannya, Freya langsung bersiap. Dia memasukkan tab ke dalam tasnya lalu bergegas menyusul Devan yang sudah lebih dulu melangkah. Sesampainya di lobi, supir Devan sudah menjemputnya. Pria itu membuka pintu bagian belakang, sementara Freya duduk di samping pengemudi. Selama dalam perjalanan, keduanya membahas proposal yang akan mereka presentasikan. Beberapa kali Freya mengingatkan poin yang harus ditekankan dalam pembahasan nanti.

Mobil yang ditumpangi Devan dan Freya berhenti di depan lobi kantor PT. Citra Buana. Seorang petugas security membukakan pintu mobil untuk Devan. Pria itu keluar dari dalam mobil bersama dengan Freya. Kedatangan keduanya segera disambut oleh asisten Rega. Pria itu memandu keduanya menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai 11.

Rega menyambut ramah kedatangan Devan dan Freya. Tanpa menunda waktu, kedua pihak langsung membawa rencana kerja sama mereka. Secara keseluruhan Rega menyetujui proposal yang dipresentasikan oleh Devan. Mereka hanya tinggal menyusun kesepakatan bersama yang akan dituangkan dalam perjanjian kerjasama.

Padatnya jadwal pekerjaan membuat Devan harus segera kembali ke kantor. Devan cukup senang karena presentasi kali ini bisa dibilang lancar. Rega juga tidak menyulitkannya dan menyetujui saja semua usulannya. Dia harus berterima kasih pada Freya yang sudah banyak membantunya. Harus diakui kinerja Freya memang cukup bahkan sangat baik, padahal gadis itu belum punya pengalaman bekerja. Tapi Devan menyukai cara kerja Freya yang cekatan.

Sesampainya di kantor, keduanya langsung disibukkan dengan tumpukan pekerjaan. Devan meminta Freya membantu di ruangannya, menyusun kembali pekerjaan yang ditinggalkan oleh sang Kakak. Dan sekarang Devan menyaksikan sendiri kecepatan jari Freya ketika mengetik. Pantas saja gadis itu bisa menyelesaikan ketikan dalam waktu cepat.

Begitu mendengar suara adzan Dzuhur di ponselnya, Devan menghentikan pekerjaannya. Dia keluar dari ruangan untuk menunaikan shalat Dzuhur di salah satu ruangan yang ada di lantai ini. Ruangan tersebut khusus digunakan olehnya untuk shalat. Freya mengekor di belakangnya, dia pun hendak menunaikan shalat Dzuhur.

Selesai shalat, keduanya kembali berkutat dengan pekerjaan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Perut Devan juga sudah mulai berdendang meminta diisi. Dia melihat pada Freya yang masih mengetik.

"Frey.. kami cari makan gih. Udah jam dua."

"Siap, Pak. Bapak mau makan apa?"

"Apa aja, yang penting nasi."

Kepala Freya mengangguk cepat. Devan mengeluarkan dompetnya lalu mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak dua lembar kemudian memberikannya pada Freya. Bergegas gadis itu keluar dari ruangan sang atasan. Sambil menunggu lift yang ditumpanginya sampai di lantai dasar, Freya berpikir keras, makanan apa yang akan dibelikan untuk Devan.

Lima belas menit kemudian Freya kembali. Di tangannya terdapat bungkusan berwarna hitam dan juga piring yang diambilnya dari pantry. Gadis itu merapihkan dulu kertas-kertas yang ada di atas meja. Dia mengeluarkan dua buah nasi bungkus lalu menaruhnya di atas piring. Dibukanya bungkusan nasi milik Devan lalu mendekatkan pada pria itu. Devan hanya terbengong melihat makanan yang dibelikan untuknya.

"Kamu beli makanan di mana?"

"Di warteg. Bapak bilang yang penting nasi. Yang cepat dan mengenyangkan itu pilihan yang terdekat cuma warteg. Oh iya, ini kembaliannya Pak."

Freya meletakkan uang kembalian di atas meja. Makan siang yang dibelinya hanya menghabiskan empat puluh ribu rupiah saja. Devan melihat tak berselera nasi bungkus di depannya. Freya memilihkan nasi dengan teman tumis kangkung, sayur tahu, terong balado dan telur dadar saja.

"Memangnya ngga ada ayam atau daging?"

"Kebetulan habis, Pak. Tapi saya tambah pakai telur dadar, biar tetap ada proteinnya, sama tahu juga."

Sebenarnya masih ada menu daging dan ayam di warteg tersebut, hanya saja Freya sengaja memberi Devan lauk seadanya. Anggap saja itu balasan untuknya karena kemarin Devan pun membelikan nasi rames untuknya tanpa daging atau ayam. Berhubung perutnya sudah lapar, Devan pun menyantap makanannya tanpa protes lagi. Dalam hati Freya terkikik sendiri. Baru kali ini dia melihat seorang wakil CEO makan nasi rames warteg.

"Enak Pak?" tanya Freya setelah acara makan mereka selesai.

"Biasa aja."

"Biasa aja tapi habis juga."

"Mubazir kalau tidak dihabiskan. Mubazir itu temannya setan."

"Bilang aja laper bin enak, ngeles aja."

Devan melirik kesal pada Freya. Gadis itu dengan santai membereskan bungkusan bekas makan mereka dan menyusun piring yang sudah dipakai. Tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Devan, gadis itu segera keluar dari ruangan. Devan menghembuskan nafas panjang sepeninggal Freya. Tingkah sekretarisnya itu ada saja yang membuatnya kepalanya berasap. Rasanya kalau sehari tidak membuatnya emosi jiwa, gadis itu bisa bisulan.

***

Devan menaruh ponselnya ke atas meja. Dia baru saja mendapatkan laporan dari Winie. Asisten Mamanya itu sudah menemukan apartemen yang diminta oleh Devan. Apartemen tersebut cukup dekat dengan komplek perumahan di mana Devan tinggal. Winie juga sudah membayar sewa atas perintah Devan selama satu tahun. Dan sore ini juga pria itu bisa melihat unit apartemen tersebut. Devan mengangkat telepon ekstensi di atas mejanya.

"Iya, Pak," terdengar suara Freya dari seberang.

" Ke ruangan saya sekarang!"

Tak sampai lima menit, Freya sudah sampai di ruangan Devan. Saat dia masuk, Devan sedang menanda tangani beberapa berkas. Gadis itu terpaksa menunggu dulu sampai Devan menyelesaikan pekerjaannya.

"Sekarang kamu pulang!"

"Tapi sekarang belum jam pulang kantor."

"Kalau saya suruh ya pulang aja. Ngga usah banyak protes!"

"Bapak pecat saja? Salah saya apa, Pak? Kalau saya dipecat, gimana saya bayar hutang bekas beli baju, sepatu dan tas? Apa jangan-jangan itu uang pesangon buat saya?"

Devan menghentikan pekerjaannya, dia melihat pada Freya yang nampak panik. Dalam hati dia ingin tertawa melihat wajah Freya sekarang, antara panik, sedih dan kesal bercampur menjadi satu.

"Kamu masih tinggal dengan Winie?" tanya Devan tanpa menghentikan kegiatannya.

"Iya, Pak."

"Sekarang kamu pulang ke apartemen Winie, ambil semua pakaianmu lalu kamu kembali ke sini lagi."

"Hah? Maksudnya gimana, Pak? Saya diusir sama Mbak Winie, tapi karena dia ngga tega ngomong langsung, jadi dia minta tolong sama Bapak?"

"Kerjaan sampingan kamu nulis novel ya?"

"Ngga, Pak," jawab Freya polos.

"Kalau ngga, kenapa kamu ngomong kaya tadi? Saya cuma minta kamu pulang terus kemasi semua barang kamu dan kembali ke sini. Saya sudah siapkan tempat tinggal buat kamu."

"Beneran Pak? Kalau begitu saya pergi sekarang."

"Kamu diantar sama Pak Bani."

Dengan semangat empat lima Freya meninggalkan ruangan Devan. Dengan terburu gadis itu masuk ke dalam lift. Tidak disangka Devan memberikan tempat tinggal juga untuknya. Dia memang sudah tidak enak harus menumpang di apartemen Winie. Walau wanita itu selalu bersikap baik, tapi Freya tak enak hati juga.

Saat dalam perjalanan, Freya menghubungi Winie dan menceritakan soal kepindahannya. Winie sendiri tidak terkejut karena memang dirinya yang diminta mencari tempat tinggal untuk Freya. Bani menjalankan kendaraannya menembus padatnya jalanan kota metropolitan ini. Satu jam kemudian dia sudah sampai di apartemen milik Winie.

Sesampainya di unit Winie, ternyata wanita itu sudah berada di sana. Dengan cepat Freya membereskan barang-barangnya. Sebelum pergi dia mengucapkan terima kasih pada Winie yang selama ini sudah berbaik hati mau menampungnya. Winie bantu membawakan tas milik Freya sampai ke lobi. Dia tidak mengatakan di mana gadis itu akan tinggal karena Devan melarangnya. Gadis itu memeluk Winie sebentar sebelum masuk ke dalam mobil. Tangannya melambai ketika kereta besi itu mulai bergerak.

Pukul lima kurang sepuluh menit, Freya sudah kembali ke kantor. Barang bawaannya ditaruh di dekat meja kerjanya. Gadis itu lalu masuk ke ruangan Devan untuk memberitahukan kalau dirinya sudah kembali. Devan berdiri dan mengajak gadis itu langsung pergi. Dia akan langsung menunjukkan di mana gadis itu akan tinggal.

"Pak.. saya bakalan tinggal di mana?" tanya Freya sambil membawa barang bawaannya.

Devan memandangi barang yang dibawa oleh Freya. Dua buah traveling bag dan tas ransel. Gadis itu terlihat kerepotan membawa barang-barangnya namun tidak ada niatan dari Devan untuk membantunya. Dia menaruh bawaannya di dekat pintu lift.

"Saya tinggal di mana, Pak?" tanya Freya lagi.

"Di rooftop."

"Di rooftop?"

"Iya. Saya sudah siapkan tenda di sana. Dari pada kamu numpang sama Winie terus, lebih baik kamu tinggal di rooftop. Lebih bagus juga, jadi kamu ngga akan telat sampai di kantor. Kalau pulang kerja ngga akan kena macet, tinggal naik pake lift. Praktis kan?"

"Hah?"

***

Devan minta disleding nih🤣

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

Devan klo ngomong gak jelas bisa ya bikin salah paham Freya lah🤣nyebelin TPI gitu juga Devan perhatian, cuma gengsi masih rada2 makanya kayak tom and Jerry aja klo bicara sama Freya 🤭

2025-01-06

5

SR.Yuni

SR.Yuni

Please lah mari kita pertahankan karya ini di platform ini, genre begini aku suka banget apalgi tokohnya tom n Jerry begini kan kita bisa terhibur ....Semoga kali ini bisa kontrak ya Thor 🙏🏻🙏🏻

2025-01-06

3

anonim

anonim

ha haaaa...wakil CEO dibeliin nasi warteg lauknya disengaja tanpa daging ataupun ayam emang cerdas sekali kau Freya balas dendamnya.
Tapi gimana perasaanmu setelah nsnti tahu pak bos-mu sewain apartemen untuk tempat tinggalmu?

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis Gila
2 Nestapa Perantau Dadakan
3 Mimpi Buruk
4 Sengsara Membawa Berkah
5 Bos Menyebalkan vs Sekretaris Tengil
6 Devan vs Freya #1
7 The Real Secretary
8 Devan vs Freya #2
9 Devan vs Freya #3
10 Kena Tilang
11 Devan vs Freya #4
12 Sekretaris Gila
13 Botol Yakult
14 Gombalan Ega
15 Akal Bulus Banu
16 Duo Toxic
17 Devan yang Menyebalkan
18 Saling Sindir
19 Kejutan Bikin Sawan
20 Lembur yang Diinginkan
21 Dilema
22 Pamit
23 Dibayar Lunas!
24 Bos Sadis
25 Donal Bebek
26 Tiffany
27 Devan vs Freya #5
28 Makan Siang
29 Kenangan Masa Lalu
30 Diam-diam Peduli
31 Perhatian
32 Buang Mantan Pada Tempatnya
33 Mantan = Penghalang
34 Sama-sama Diselingkuhi
35 Debat Kusir
36 Pernikahan Bisnis
37 Kejutan Dari Bos
38 Ulang Tahun Istimewa
39 Investigasi ala Ega
40 Galau
41 Win Win Solution
42 Mulut Mercon Devan
43 Pengakuan Devan
44 Cobaan Pra Wedding
45 Prahara
46 Penghulu Jahil
47 Bapak?
48 Perjanjian
49 Kesepakatan yang Menguntungkan
50 Godaan Devan
51 Ketularan Modus
52 Menciptakan Peluang
53 Isi Hati
54 Upaya Klarifikasi
55 Mode Tom and Jerry On
56 Sweet Honeymoon
57 Masa Lalu
58 The Truth Revealed
59 Hukuman Setimpal
60 Hadiah Istimewa
61 Accident
62 Tanggung Jawab
63 Manuver Widi
64 Devan vs Widi
65 Serangan Rishi
66 Serangan Balik
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Gadis Gila
2
Nestapa Perantau Dadakan
3
Mimpi Buruk
4
Sengsara Membawa Berkah
5
Bos Menyebalkan vs Sekretaris Tengil
6
Devan vs Freya #1
7
The Real Secretary
8
Devan vs Freya #2
9
Devan vs Freya #3
10
Kena Tilang
11
Devan vs Freya #4
12
Sekretaris Gila
13
Botol Yakult
14
Gombalan Ega
15
Akal Bulus Banu
16
Duo Toxic
17
Devan yang Menyebalkan
18
Saling Sindir
19
Kejutan Bikin Sawan
20
Lembur yang Diinginkan
21
Dilema
22
Pamit
23
Dibayar Lunas!
24
Bos Sadis
25
Donal Bebek
26
Tiffany
27
Devan vs Freya #5
28
Makan Siang
29
Kenangan Masa Lalu
30
Diam-diam Peduli
31
Perhatian
32
Buang Mantan Pada Tempatnya
33
Mantan = Penghalang
34
Sama-sama Diselingkuhi
35
Debat Kusir
36
Pernikahan Bisnis
37
Kejutan Dari Bos
38
Ulang Tahun Istimewa
39
Investigasi ala Ega
40
Galau
41
Win Win Solution
42
Mulut Mercon Devan
43
Pengakuan Devan
44
Cobaan Pra Wedding
45
Prahara
46
Penghulu Jahil
47
Bapak?
48
Perjanjian
49
Kesepakatan yang Menguntungkan
50
Godaan Devan
51
Ketularan Modus
52
Menciptakan Peluang
53
Isi Hati
54
Upaya Klarifikasi
55
Mode Tom and Jerry On
56
Sweet Honeymoon
57
Masa Lalu
58
The Truth Revealed
59
Hukuman Setimpal
60
Hadiah Istimewa
61
Accident
62
Tanggung Jawab
63
Manuver Widi
64
Devan vs Widi
65
Serangan Rishi
66
Serangan Balik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!