babb 16 Bimbang

Dred... Dred... Ponsel dalam saku pun terus bergetar. Pikiranku terasa kalut saat ini, aku tak bisa fokus mengikuti pelajaran yang di sampaikan. Keringat dingin membasahi telapak tangan, merasa gelisah tak karuan.

Setelah pengajian usai, ku buka pesan beruntun yang dikirimkan Kang Hasan padaku.

"Res, kenapa pergi? Kamu gak menghargai kedatangan ku kerumah mu loh, padahal aku bela-belain pulang dari kota langsung kerumah kamu tanpa ngabarin orang tuaku terlebih dulu."

"Aku serius mau meng-hitbah kamu Res, katanya kamu hanya butuh kepastian? Pantesan gak pernah ada respon lagi kalau aku kirim pesan, rupanya kamu takut aku PHP-in yah? Makanya aku cepat-cepat pulang takut kamu di ambil orang, soalnya aku dapat kabar dari Wati kamu lagi deket sana seseorang?"

"Barusan kata bapakmu, kamu berangkat ke pengajian yah? Makanya gak sempet nemuin aku dulu, semangat ya cari ilmunya."

"Ini aku lagi duduk di teras rumahnya Aceng, aku tungguin kamu pulang, pengajiannya bubar jam berapa Res?"

Resa menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan kasar. "Lagi-lagi Wati yang merencanakan ini, aku lelah, lelah karena harus terus mengalah untuk dia. Apa yang harus aku lakukan, aku tak bisa berdiam diri terus."

Batinku menjerit, rasanya ingin teriak sekeras mungkin untuk melupakan semua beban yang aku rasakan. Setelah membaca pesan tersebut, kemudian aku titipkan pesan pada Tina untuk memberi tahu mamah bapak kalau aku akan pulang ke rumah Teh Rima, dan melanjutkan langkah kakiku berbelok arah berbeda dengan yang lain.

Tok tok tok... Rima segera bangkit dari tidurnya untuk membukukan pintu. "Loh kamu Res, tumben?" tanya Rima.

"Hehe, ia teh, malam ini aku tidur disini boleh ya?" tanya Resa seraya masuk ke dalam rumah kakaknya.

"Hem, tumben-tumbenan kamu mau, biasanya ogah-ogahan takut kena omel, lagian ngapain tanya segala, kalau mau nginep mah ke sini aja biar teteh ada teman nya juga,suami teteh kan belum pulang dari Jakarta," jelas Rima berjalan mengikuti adiknya yang sudah masuk lebih dulu.

"Hemmm," jawab Resa berdehem karena sedang fokus membaca m pesan yang Hasan kirimkan padanya dari tadi.

"Irit banget bicaramu, kenapa? Ada masalah?" tanya Rima.

"Sejak kapan keadaanku baik-baik saja teh, rasanya kepala ku mau pecah sama kelakuannya Wati," keluh Resa sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Memang buat ulah apa lagi dia?" tanya Rima menyusul sang adik.

"Tadi, saat aku baru sampe madrasah, Wati nyuruh aku balik lagi, dia bilang mamah yang nyuruh, tapi saat aku nyampe rumah, ternyata mamah sama sekali gak bilang apa-apa sama Wati apalagi nyuruh aku pulang.

Kayanya itu alasan si Wati nyuruh aku pulang dulu, biar bisa liat kedatangannya Kang Hasan. Padahal setau aku dia masih kerja di Jakarta loh, eh malah dianya udah ada di halaman mesjid, tadi aku berpapasan saat mau pulang kerumah, gak lama kemudian dia nyusul kerumah bareng sama bapak yang habis sholat berjamaah.

Padahal sebelumnya dia gak ada ngabarin mau datang loh teh, aku aja sampai kaget makanya aku nekat pulang kesini gak bilang dulu sama mamah bapak, soalnya takut kalau mesti nemuin dia, aku gak siap teh, mana dia masih nungguin aku di halaman mesjid lagi."

"Hadeh Resa Resa, lagian kamu tuh kenapa sih gak mau sama dia? Teteh liat dia orangnya lumayan loh, denger-denger juga dia dari keluarga yang berada, kenapa kamu gak terima aja gitu, kelar kan?" tanya Rima.

"Gak segampang itu teh, awalnya si aku sempet tertarik sama kegigihannya dia ngejar aku, tapi kemudian aku jadi gak srek ama dia, soalnya banyak cerita yang aku denger dia sering godain banyak cewek, takutnya aku cuman di baper-in doang. Apa lagi Tina dan Wati juga suka sama Kang Hasan, aku gak mau nerima pria yang sama-sama di sukai adikku. Lagian aku masih nunggu janji seseorang yang mau halal'in aku," jelas Resa.

"Halah, ngapain nungguin orang yang gak ada kepastiannya Res? Mending nerima yang pasti-pasti aja, apa lagi kita udah tahu bibit bebet bobotnya keluarga Hasan. Teteh jamin kamu bakalan senang kalau hidup sama dia. Kamu gak mesti ngalah terus sama si Wati, sekali-kali kamu pikirin untuk kebaikan kamu sendiri. Soal si Tina, biar jadi urusan teteh nanti," saran Rima.

"Apaan sih teh, hati mah gak bisa di paksain, harus berlabuh sama siapa juga atuh. Kalau Kang Hasan nya mau mah biarin sama Tina aja aku rela," keluh Resa di ambang ke bimbang an, meski dia akui ada desiran aneh dalam hati yang ia rasakan saat menyebutkan namanya.

"Aku bingung harus menyebutmu apa? Terlalu ramah jika di sebut teman. Terlalu bahaya jika disebut kekasih. Dan terlalu tidak masuk akal jika ku sebut masa depan. Kita hanya di zona nyaman tanpa sebuah ikatan. Jadi kusebut kamu sebagai ke tidak pastian yang pernah menjanjikan komitmen,Kita mulai terbiasa lagi tanpa kabar. Tanpa saling perhatian tanpa saling khawatir. Dan perlahan kita mulai terbiasa tanpa kita lagi, mulai menjalani kehidupan masing-masing sebagai dua orang kenal yang perlahan asing," batin Resa menerawang. Akan kah orang yang ditunggu bisa menepati janjinya?

"Iya, iya deh, terserah kamu,mau nya sama siapa juga yang rasain dan jalani kan kamu Res, teteh mah dukung aja sama pilihan kamu"ucap Rima mengalah, tak mungkin juga dia memaksakan kehendak pada adiknya. yang akan menjalani kan dia bukan dirinya.

"Iya, iya deh, terserah kamu, mau nya sama siapa juga yang rasain dan jalani kan kamu Res, teteh mah dukung aja sama pilihan kamu," ucap Rima mengalah, tak mungkin juga dia memaksakan kehendak pada adiknya. Yang akan menjalani kan dia bukan dirinya.

"Iya teh, makasih pengertiannya," gumam Resa menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berkelana.

"Hemmm, teteh udah ngantuk ini, kamu juga segera tidur, nanti bangunnya kesiangan, lain kali sambung lagi ceritanya," ujar Rima kemudian menutup matanya karena sudah di serang kantuk yang membuat matanya berat untuk melek lagi.

Resa menghembuskan nafasnya kasar, melihat kakanya sudah terlelap tidur, sedangkan dia sudah mencoba memejamkan matanya, namun pikiran nya masih berkelana kemana-mana.

Boleh nangis gak sih... !!! Rasanya cape banget dengan keadaan, selalu diam, tapi hati dan pikiran berantakan, cape harus pura-pura kuat,aku juga butuh sandaran, tapi gak tahu harus sama siapa, andai masih ada mamah, mungkin tak akan serumit ini, batin Resa, tangannya mengusap air mata yang menetes.

Malam, aku titipkan lelah ini kepadamu, peluklah raga yang lunglai ini dalam dekapanmu, ijinkan mata ini terpejam, karena esok masih banyak cerita yang harus aku jalani.

Resa berharap semua kesedihan yang di rasakannya perlahan hilang di ujung pelupuk matanya yang mulai terpejam.

Setelah subuh tiba, aku bergegas pulang, meskipun mata terasa berat karena semalam aku tak bisa tidur, mana paginya harus berangkat kerja pula. Akhirnya aku sendiri yang harus memutuskan untuk belajar mendewasakan diri, untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuatku stress.

Aku juga sedang berproses di fase itu, dan pasti di setiap kejadian akan mengajarkan ku bagaimana caranya berpikir lebih dalam dulu sebelum melakukan sesuatu.

Setelah semalaman merenungkan, akhirnya aku memutuskan untuk memberi kepastian agar Kang Hasan tak terus berharap. Semoga dia bisa menerima keputusanku. Rasa bersalah akan selalu menghantui, namun apa daya aku tak bisa untuk memilihnya. Aku hanya bisa berdo'a untuk kebaikannya, semoga dia bisa mendapatkan makmum yang lebih baik dari yang di harapkannya saat ini.

Terpopuler

Comments

Tini Timmy

Tini Timmy

aku mampir segini dulu ya, nanti kalau sempat ku mampir lagi... ☺

2025-02-01

1

Taurus girls

Taurus girls

jujur lebih baik Res. ya walau menyakitkan.

2025-02-13

2

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

sholat istikharah, resa.

2025-02-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Liburan di desa
2 Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3 Babb 3 pengagum gadis desa
4 babb 4 Galau
5 Babb 5 Hanya satu macam
6 babb 6 Hari pertama bekerja
7 babb 7 banyak yang mengagumi
8 babb 8 Keahlian terpendam
9 babb 9 Prasangka baik
10 babb 10 Ketahuan
11 babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12 babb 12 Gak bikin ketar ketir
13 babb 13 gundah
14 babb 14 Orang baru
15 babb 15 Menghindar
16 babb 16 Bimbang
17 babb 17 Ungkapan penyemangat
18 babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19 babb 19 mood buster
20 babb 20 menghadiri acara pernikahan
21 babb 21 Kelakuan rendom Tina
22 babb 22 Pendekatan
23 babb 23 Mulai nyaman
24 Babb 24 Hanya di anggap beban
25 Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26 Babb 26 salah paham berujung tunangan
27 bab 27 Ada aja tingkahnya
28 bab 28 Berita yang mengejutkan
29 Babb 29 Speknya pria idaman banget
30 Babb 30 Masih berharap
31 babb 31 Titik terendah
32 babb 32 Terancam kandas
33 babb 33 Gunjingan orang
34 babb 34 Di antara dua pilihan
35 babb 35 Labil
36 babb 36 Merasa buntu
37 babb 37 Jalan jalan
38 babb 38 Rungkad
39 bab 39 Kembali bekerja
40 bab 40 Suasana yang beda
41 bab 41 Overthinking
42 babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43 babb 43 Omongan orang yang bikin down
44 babb 44 Anggap saja aku bahagia
45 bab 45 Rasa bersalah
46 bab 46 Hanya Allah yang tahu
47 babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48 bab 48 insecure
49 babb 49 Tingkah random resa
50 babb 50 kegundahan Resa
51 babb 51 Di awasi seseorang
52 babb 52 pendekatan keluarga
53 babb 53 Agak lain emang
54 babb 54 Dompetku kaya museum
55 babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56 babb 56 Kaya ATM
57 babb 57 sahur pertama
58 babb 58 Harus banyak ngalah
59 babb 59 ke rendoman Tina & wina
60 babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61 babb 61 Terbelenggu rindu
62 babb 62 Usil juga ternyata
63 bab 63 Bimbang
64 Bab 64 Hari raya
65 Bab 65 Tamat
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Liburan di desa
2
Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3
Babb 3 pengagum gadis desa
4
babb 4 Galau
5
Babb 5 Hanya satu macam
6
babb 6 Hari pertama bekerja
7
babb 7 banyak yang mengagumi
8
babb 8 Keahlian terpendam
9
babb 9 Prasangka baik
10
babb 10 Ketahuan
11
babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12
babb 12 Gak bikin ketar ketir
13
babb 13 gundah
14
babb 14 Orang baru
15
babb 15 Menghindar
16
babb 16 Bimbang
17
babb 17 Ungkapan penyemangat
18
babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19
babb 19 mood buster
20
babb 20 menghadiri acara pernikahan
21
babb 21 Kelakuan rendom Tina
22
babb 22 Pendekatan
23
babb 23 Mulai nyaman
24
Babb 24 Hanya di anggap beban
25
Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26
Babb 26 salah paham berujung tunangan
27
bab 27 Ada aja tingkahnya
28
bab 28 Berita yang mengejutkan
29
Babb 29 Speknya pria idaman banget
30
Babb 30 Masih berharap
31
babb 31 Titik terendah
32
babb 32 Terancam kandas
33
babb 33 Gunjingan orang
34
babb 34 Di antara dua pilihan
35
babb 35 Labil
36
babb 36 Merasa buntu
37
babb 37 Jalan jalan
38
babb 38 Rungkad
39
bab 39 Kembali bekerja
40
bab 40 Suasana yang beda
41
bab 41 Overthinking
42
babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43
babb 43 Omongan orang yang bikin down
44
babb 44 Anggap saja aku bahagia
45
bab 45 Rasa bersalah
46
bab 46 Hanya Allah yang tahu
47
babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48
bab 48 insecure
49
babb 49 Tingkah random resa
50
babb 50 kegundahan Resa
51
babb 51 Di awasi seseorang
52
babb 52 pendekatan keluarga
53
babb 53 Agak lain emang
54
babb 54 Dompetku kaya museum
55
babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56
babb 56 Kaya ATM
57
babb 57 sahur pertama
58
babb 58 Harus banyak ngalah
59
babb 59 ke rendoman Tina & wina
60
babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61
babb 61 Terbelenggu rindu
62
babb 62 Usil juga ternyata
63
bab 63 Bimbang
64
Bab 64 Hari raya
65
Bab 65 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!