babb 13 gundah

."Memandang yang bukan mahram itu haram hukumnya. Pilihan nya hanya dua. Halalkan atau tinggalkan," ucapan pria itu membuat salah tingkah sang pemuda yang bangkit dari tempat duduknya, menghampiri sang ustadz yang berdiri menatap dirinya. Tangannya terulur menyalami dengan takzim.

"Maaf, Ustadz. Saya sudah lancang. Dengar-dengar, gadis yang barusan lewat itu keponakan Ustadz ya? Saya mengagumi salah satunya. Tapi, tidak berani untuk mendekati. Apalagi meminta kepada kedua orang tuanya. Kegagalan di masa lalu, membuat saya terlalu takut. Takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan lagi," jelas seorang pemuda dengan suara lirih dan tertunduk malu.

"Dekatkan diri pada Allah SWT... niscaya, Allah akan memberikan petunjuk bagi umatnya yang membutuhkan pertolongan," nasihat Ustadz Asep tak bermaksud menggurui, namun membuat pemuda di hadapannya mendongak dan tersenyum ramah.

"Terima kasih nasihatnya, Ustadz. Itu yang sedang saya lakukan sekarang. Kalau boleh? Saya minta tolong untuk menanyakan pada gadis berkerudung ungu tadi. Apakah dia sudah ada yang menghitbah atau belum tad?" Ustadz Asep tersenyum, mendengar penuturan pemuda yang berparas manis dengan lesung pipi dan jambang tipis memperlihatkan wajah tampan di usianya yang cukup matang.

"Maksud kamu Resa?" tanya Ustadz Asep menyebutkan nama gadis yang di maksud pemuda yang bernama Rahmat itu mendongak menatap pada sang ustadz sambil menggeleng.

"Maaf, Ustadz, saya tidak tahu namanya," suara lembut terdengar lirih tak lupa senyum yang terukir tak lepas dari bibir tipisnya.

"Makanya saya beri tahu. Gadis berkerudung ungu itu namanya RESA," ucap pria paruh baya yang membuat orang di hadapannya terasa sungkan.

"Terima kasih, Ustadz, kalau begitu saya pamit pulang, assalamualaikum," ucapnya berpamitan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ustadz Asep, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk memasuki madrasah yang berada di belakang masjid.

Pemuda itu baru melangkah menuju motor yang terparkir di pelataran masjid setelah Ustadz tadi tak terlihat dari pandangannya.

"Assalamualaikum," ucap Ustadz Asep kakinya melangkah memasuki madrasah yang sudah penuh dengan santri yang menunggunya.

"Waalaikumsalam," jawab para santri santriwati serempak menjawab salam dari gurunya.

"Dikarenakan waktunya tidak akan cukup, hari ini hanya muroja'ah hapalan saja, setoran tahfiz nya diundur hari besok," perintah Ustadz saat melihat jam menunjukkan pukul 16:30.

"Alhamdulillah, selamat juga," ucap sebagian santri yang belum lancar menghapal tentu merasa senang karena selamat dari hukuman yang biasa diterima jika salah satu santri tak menyetorkan hapalan.

Setelah pengajian usai, sang Ustadz yang ternyata adalah paman dari Resa yang sempat di perbincangan dia bersama seorang pemuda di pelataran masjid tadi itu menghentikan Resa yang sudah bangkit dari tempat duduknya kembali menjatuhkan bokongnya lagi.

"Resa, tunggu sebentar, jangan pulang dulu, ada amanah yang ingin saya sampaikan," cegah Ustadz Asep setelah menunggu murid yang lainnya pulang terlebih dulu. Gadis itu mengangguk patuh. Matanya melirik sang adik yang masih setia menunggu di teras madrasah.

"Res, kamu tahu akhir-akhir ini sering diperhatikan seseorang?" tanya sang paman yang berhasil mengagetkan gadis lugu di hadapannya.

Deg... Resa merasa terkejut dan bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan sang paman. "Aduh, bagaimana ini, apa Ua Asep udah tahu ya, soal Kang Nathan yang sempat datang tempo lalu," pikir Resa menerka-nerka sambil mengangkat sebelah alisnya saat menatap pada sang adik, meminta bantuan namun Tina hanya acuh pura-pura tak tahu menahu.

"Memangnya kenapa, Wa?" tanya Resa merasa cemas akan arah pembahasannya menjulur pada hubungan yang seharusnya tak menjadi kecemasan pada gadis itu.

"Tadi Wa bertemu seseorang di depan, dia berpesan, katanya ingin menghitbah kamu. Setau wa, kamu belum terikat hitbahan seseorang. Makanya wa menyampaikan niat pemuda itu sama kamu. Menurut wa, dia pemuda yang baik, bertanggung jawab, sudah mapan pula, kamu mau taaruf dulu?" tanya sang paman yang ternyata menyingkirkan praduga dia yang sempat melintas di pikirannya.

"Sebenarnya tahun lalu dia akan menikah. Tapi pernikahannya gagal. Karena perempuan itu ketahuan selingkuh sama saudara pemuda itu. Dan beberapa minggu yang lalu, dia melihat kamu saat mampir sholat ashar di mesjid sini. Katanya setelah hari itu dia selalu memperhatikan kamu melintas di persimpangan warung depan. Kalau kamu mau, wa akan menyuruh Rahmat untuk datang menemui orang tua kamu, bagaimana?"

"Aku kira WA tahu soal Kang Nathan, ternyata orangnya lain lagi. Aku juga baru tahu kalau sering diperhatikan seseorang. Tapi, aku juga tidak ingin memberikan harapan padanya, dia yang wajahnya saja aku tidak tahu seperti apa," Resa malah membatin, membuat pria paru baya di hadapannya melayangkan pertanyaan lagi.

"Kamu menolak? bahkan sebelum bertemu dan tahu orangnya seperti apa? memangnya kamu gak penasaran? " tanya sang paman ketika melihat gelengan kepala dari gadis di hadapannya.padahal gadis itu sedang menyingkirkan praduga yang berseliweran di pikiran nya dengan menggelengkan kepala.

"Mm..aku gak tahu wa! " Resa merasa bingung harus menjawab apa.

" Ya sudah keputusan ada di kamu,wa tidak akan memaksa, nanti akan Wa sampai pada rahmat kalau kamu sudah memutuskan"

"i_iya Wa,terimakasih, Resa pamit pulang" Ijinnya sambil mencium tangan paman sekaligus guru ngajinya,lalu menyusul tina yang mungkin dari tadi penyimak percakapan mereka. Ketika di perjalanan menuju rumah, tina melontarkan banyak pertanyaan pada kakanya,namun resa hanya diam tak menanggapi pertanyaan pertanyaan yang satupun ia tangkap.

"Kamu menolak? Bahkan sebelum bertemu dan tahu orangnya seperti apa? Memangnya kamu gak penasaran?" tanya sang paman ketika melihat gelengan kepala dari gadis di hadapannya. Padahal gadis itu sedang menyingkirkan praduga yang berseliweran di pikiran nya dengan menggelengkan kepala.

"Mm... aku gak tahu, Wa!" Resa merasa bingung harus menjawab apa.

"Ya sudah, keputusan ada di kamu, Wa tidak akan memaksa. Nanti akan Wa sampaikan pada Rahmat kalau kamu sudah memutuskan," kata sang paman.

"Iya, Wa, terima kasih. Resa pamit pulang," ucap Resa sambil mencium tangan paman sekaligus guru ngajinya, lalu menyusul Tina yang mungkin dari tadi penyimak percakapan mereka.

Ketika di perjalanan menuju rumah, Tina melontarkan banyak pertanyaan pada kakanya, namun Resa hanya diam tak menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang satupun ia tangkap.

_ _ _ _

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah satu bulan Resa bekerja. Hari ini hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua para karyawan, yaitu waktu gajihan. Mereka yang menantikan hari ini tiba, pasti merasa senang, namun tidak dengan Doni juga Resa yang sedang dalam kegundahan. Entah pikiran apa yang sedang mengganggu keduanya.

"Makin hari kamu makin menjauh sih, Res. Memangnya kamu gak ada rasa sedikitpun untuk aku? Padahal aku sudah berusaha menjadi pribadi yang kamu inginkan! Tapi gak papa ko, aku tetap menyayangi kamu, meskipun tak kamu anggap perjuanganku," ucap Doni yang mengutarakan keluhannya, saat waktu istirahat tiba, dia menghampiri Resa yang sedang duduk termenung di kursi ruangan tempatnya bekerja.

Resa hanya bengong mendengarkan keluhan Doni, pikirannya kalut saat ini, sungguh sangat mengganggu hingga dia merasa bingung sendiri.

"Maaf, mungkin perkataan ku akan melukaimu, tapi aku tidak bisa terus memberikan harapan lebih jauh lagi. Dalam beberapa minggu pendekatan kita, perasaan ku tetap sama seperti sebelumnya. Lebih baik buang jauh-jauh rasa itu sebelum lebih dalam lagi," lirih Resa yang membuat raut wajah pemuda yang sedang menatapnya berubah sendu. Merasa kecewa, sakit hati, tak percaya akan penolakan Resa, mau marah pun tak bisa merubah keadaan, dia mengusap wajahnya kasar.

"Ternyata benar yang dikatakan Wati, kamu itu emang suka PHP'in banyak pria yah?.. Mentang-mentang punya wajah cantik, sesuka hati mainin perasaan orang," ucapan Doni membuat gadis itu syok. Apakah sebegitu buruk kah perlakuannya hingga membuat pemuda itu berkata seperti barusan.

"Ya Allah, kenapa jadi seperti ini, aku tak bermaksud mainin perasaan orang, lagian kenapa Wati bisa kontekan dengan Doni sih? Padahal aku gak pernah cerita tentang Doni sama dia," pikir Resa merasa gusar, sedangkan pemuda itu sudah berlalu pergi meninggalkan Resa yang masih menyelam jauh dalam pikiran yang berputar-putar.

"Ya Rabbku, atur saja skenario terbaikmu, aku hanya memohon, kuatkan aku dalam keadaan apapun, sabar kan aku dalam proses apa pun, dan ikhlas kan aku dalam hasil apa pun, aamiin," batin Resa menerawang pada kejadian beberapa bulan ini banyak pria yang mendatangi dirinya, namun satu pun tak ada yang membuat hatinya luluh.

Dia masih mengharapkan seseorang yang di sebut namanya saja sudah menggetarkan hatinya. Apa lagi dulu sempat memberi komitmen untuk menghalalkan dirinya. Namun sampai saat sudah tak bertukar kabar tanpa kepastian, belum lagi di tambah dengan kesalahan pahaman di rumahnya. Resa selalu menjadi sasaran atas semua kesalahan yang Wati perbuat.

Setelah waktu istirahat tiba, mereka berkumpul untuk makan siang seperti biasanya. Di sela itu mereka berbincang, canda tawa yang mereka lontarkan menambah keriuhan di ruangan itu, namun sama sekali tidak mengganggu seseorang yang sedang patah hati di pojokan sana, sambil mengaduk-aduk nasi di piringnya.

"Kenapa tuh anak, tumben-tumbenan mojok? Biasanya suka nimbrung paling heboh di antara kita," gumam Ika saat melihat Doni murung tak bersemangat, kemudian melirik pada gadis yang sama murungnya.

"Kayanya si Doni lagi patah hati deh! Liat aja sama yang itu, sama murungnya," selidik Andi mengamati keduanya.

"Masa sih, tapi tadi pagi saat ketemu kayanya baik-baik aja. Nyapa seperti biasanya, kalau si Resa emang sudah dari pertama berangkat juga terlihat murung, mungkin ada masalah di rumahnya," jelas Ika menyangkal praduga temannya.

"Sok tahu kamu belum tentu juga kali, asal nembak aja," timpal Kayla dengan pipi yang menggembung karena penuh dengan makanan yang sedang dikunyah nya.

"Hadeh, kaya yang gak pernah muda aja, kalau bukan masalah hati ya apa lagi," ucap seseorang ikut menimpali kegaduhan yang tercipta di ruangan itu.

"Ck, kalian itu yah, gak percayaan banget, orang aku denger perselisihan dari dalam rumahnya. Terus liat mata si Resa berkaca-kaca, soalnya kebetulan aku nyamperin dia kerumahnya, untuk berangkat bareng," jelas Ika memberitahu penglihatannya saat berada di tempat kejadian.

"Nah, jadi tambah kepo kan? Sana Ika samperin. Tanya mereka. Mungkin butuh teman untuk bercerita, Doni sama Resi kan paling dekat sama kamu," perintah Bu Kayla mendorong pelan bahu temannya agar bangkit.

"Gak perlu di samperin Bu, nanti juga si Doni bakalan cerita sendiri dia," Ika enggan beranjak dari tempat duduknya.

"Terus itu si Resa mau kamu biarin juga," tanya Kayla menengok pada gadis yang masih menekuk wajahnya murung.

"Aku gak tahu kebiasaan dia kalau ada masalah suka bercerita sama orang atau enggak. Soalnya aku gak begitu tahu, lagian dia pemalu, mana mau berbagi masalahnya sama orang. Seperti yang kita tahu dia itu di tanya jawab, kalau enggak mah, ya diem aja dia," jelas Ika yang di angguki teman-temannya yang lain.

"Kasian dia, seperti banyak tekanan," batin Kayla yang selalu memperhatikan gadis itu dari pertama kali mengenalnya.

"Mungkin dia segan sama kamu Ika, karena muka kamu itu terlalu serem, apa lagi bicara kamu itu terlalu blak-blakan. Mana mau dia curhat sama kamu, yang ada nyalinya ciut sebelum cerita sama kamu," usil Kayla sambil cekikikan.

"Ck, muka aku memang kaya gini Bu, mau di gimana in lagi," jawab Ika kesal karena penuturan Kayla menyinggung perasaannya.

"Yah gak mesti gimana-gimana ka, memang begitu adanya padahal dia enjoy-enjoy aja kalau aku yang ajakin ngobrol," ledak Kayla merasa dirinya paling dekat dengan Resa.

Ika bangkit dari duduknya meninggalkan Bu Kayla, lalu menghampiri Doni yang sudah tak terlihat di temannya duduk tadi.

"Kamu lagi ngapain berdiam diri di balkon Don, di tengah terik matahari pula, nanti kulitmu tambah eksotis loh," usil Ika dari balik jendela yang mengarah pada tempat Doni berdiri.

"Biarin bi, aku lagi membakar perasaan yang tak terbalas lewat matahari ini. Siapa tahu bisa lebur tersengat panasnya matahari," ucapannya dramatis.

"Ck, kamu ini. Sini masuk, mau cerita gak," ajak Ika yang berhasil menarik Doni dari tempat yang tersorot matahari.

"Nanti aja bi, aku belum siap cerita. Lagi pengen menyendiri dulu," pinta Doni melenggang dengan malas. Akhirnya Ika mengalah dan membiarkan pemuda itu sendirian.

Terpopuler

Comments

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

sebaiknya resa sholat istikharah, meminta petunjuk, ketimbang bimbang sendiri

2025-02-14

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

gundah itu sama dengan rindu......berat

2025-02-05

2

Taurus girls

Taurus girls

boleh

2025-02-10

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Liburan di desa
2 Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3 Babb 3 pengagum gadis desa
4 babb 4 Galau
5 Babb 5 Hanya satu macam
6 babb 6 Hari pertama bekerja
7 babb 7 banyak yang mengagumi
8 babb 8 Keahlian terpendam
9 babb 9 Prasangka baik
10 babb 10 Ketahuan
11 babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12 babb 12 Gak bikin ketar ketir
13 babb 13 gundah
14 babb 14 Orang baru
15 babb 15 Menghindar
16 babb 16 Bimbang
17 babb 17 Ungkapan penyemangat
18 babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19 babb 19 mood buster
20 babb 20 menghadiri acara pernikahan
21 babb 21 Kelakuan rendom Tina
22 babb 22 Pendekatan
23 babb 23 Mulai nyaman
24 Babb 24 Hanya di anggap beban
25 Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26 Babb 26 salah paham berujung tunangan
27 bab 27 Ada aja tingkahnya
28 bab 28 Berita yang mengejutkan
29 Babb 29 Speknya pria idaman banget
30 Babb 30 Masih berharap
31 babb 31 Titik terendah
32 babb 32 Terancam kandas
33 babb 33 Gunjingan orang
34 babb 34 Di antara dua pilihan
35 babb 35 Labil
36 babb 36 Merasa buntu
37 babb 37 Jalan jalan
38 babb 38 Rungkad
39 bab 39 Kembali bekerja
40 bab 40 Suasana yang beda
41 bab 41 Overthinking
42 babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43 babb 43 Omongan orang yang bikin down
44 babb 44 Anggap saja aku bahagia
45 bab 45 Rasa bersalah
46 bab 46 Hanya Allah yang tahu
47 babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48 bab 48 insecure
49 babb 49 Tingkah random resa
50 babb 50 kegundahan Resa
51 babb 51 Di awasi seseorang
52 babb 52 pendekatan keluarga
53 babb 53 Agak lain emang
54 babb 54 Dompetku kaya museum
55 babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56 babb 56 Kaya ATM
57 babb 57 sahur pertama
58 babb 58 Harus banyak ngalah
59 babb 59 ke rendoman Tina & wina
60 babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61 babb 61 Terbelenggu rindu
62 babb 62 Usil juga ternyata
63 bab 63 Bimbang
64 Bab 64 Hari raya
65 Bab 65 Tamat
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Liburan di desa
2
Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3
Babb 3 pengagum gadis desa
4
babb 4 Galau
5
Babb 5 Hanya satu macam
6
babb 6 Hari pertama bekerja
7
babb 7 banyak yang mengagumi
8
babb 8 Keahlian terpendam
9
babb 9 Prasangka baik
10
babb 10 Ketahuan
11
babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12
babb 12 Gak bikin ketar ketir
13
babb 13 gundah
14
babb 14 Orang baru
15
babb 15 Menghindar
16
babb 16 Bimbang
17
babb 17 Ungkapan penyemangat
18
babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19
babb 19 mood buster
20
babb 20 menghadiri acara pernikahan
21
babb 21 Kelakuan rendom Tina
22
babb 22 Pendekatan
23
babb 23 Mulai nyaman
24
Babb 24 Hanya di anggap beban
25
Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26
Babb 26 salah paham berujung tunangan
27
bab 27 Ada aja tingkahnya
28
bab 28 Berita yang mengejutkan
29
Babb 29 Speknya pria idaman banget
30
Babb 30 Masih berharap
31
babb 31 Titik terendah
32
babb 32 Terancam kandas
33
babb 33 Gunjingan orang
34
babb 34 Di antara dua pilihan
35
babb 35 Labil
36
babb 36 Merasa buntu
37
babb 37 Jalan jalan
38
babb 38 Rungkad
39
bab 39 Kembali bekerja
40
bab 40 Suasana yang beda
41
bab 41 Overthinking
42
babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43
babb 43 Omongan orang yang bikin down
44
babb 44 Anggap saja aku bahagia
45
bab 45 Rasa bersalah
46
bab 46 Hanya Allah yang tahu
47
babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48
bab 48 insecure
49
babb 49 Tingkah random resa
50
babb 50 kegundahan Resa
51
babb 51 Di awasi seseorang
52
babb 52 pendekatan keluarga
53
babb 53 Agak lain emang
54
babb 54 Dompetku kaya museum
55
babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56
babb 56 Kaya ATM
57
babb 57 sahur pertama
58
babb 58 Harus banyak ngalah
59
babb 59 ke rendoman Tina & wina
60
babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61
babb 61 Terbelenggu rindu
62
babb 62 Usil juga ternyata
63
bab 63 Bimbang
64
Bab 64 Hari raya
65
Bab 65 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!