babb 11 Awali pagimu dengan senyuman

"Habis dari mana kamu, malam-malam pergi keluar? Nemuin siapa? Laki-laki mana yang sering jemput kamu?" tanya Neneknya beruntun, sambil menarik selimut yang menutupi tubuh gadis yang sedang pura-pura tidur.

"Jawab, Wati! Jangan diam saja!" bentaknya, merasa geram.

"Apa... aku gak kemana-mana, dari tadi juga ada di kamar... tidur!" elak Wati, bersandiwara.

"Astagfirullah... jawab yang jujur, Wati! Dari tadi kami berpencar, mencari keberadaan kamu. Apa yang kamu lakukan? Kenapa membohongi kami? Kenapa harus merusak kepercayaan yang kami berikan? Nenek menyesal selalu membela kamu, saat Resa dan Tina sering menyampaikan yang tidak baik tentang kamu. Ternyata begini? Begini sikap kamu di belakang kami? Kenapa, Wati? Kenapa? Kenapa harus membuat keluarga kita malu?" ucap Nenek Nur, berapi-api, tangannya mengguncangkan tubuh cucunya.

Namun, tidak ada respon dari gadis itu. Dia hanya diam, menunduk, tak menghindar atau mengucapkan sepatah kata pun.

Komala berlari menghampiri kerumunan di kamar Wati, dia segera meraih tubuh Wati, berusaha menghentikan dari serangan yang sedang Nenek Nur lakukan.

"Cukup, Mak... kita bisa bicarakan baik-baik, jangan seperti ini. Kasihan Wati," bela Komala, mendekap tubuh anaknya.

"Minggir, Komala! Jangan terus melindungi Wati dari kesalahannya. Ya, begini jadinya, dia gak akan jera kalau tak di beri pelajaran," ucap Sodik.

"Ambil HP-nya. Jangan biarkan dia menghubungi siapa pun. Agar tak diam-diam pergi keluar malam lagi," usulnya memberi saran.

***

Pagi harinya, semua orang berpamitan seperti biasa. Resa dan Wati pergi untuk bekerja. Rima dan Artha menyusul bapaknya yang sudah pergi terlebih dahulu memantau para pekerja yang sedang membangun rumah. Sedangkan Wanti, Dian, Tina pergi sekolah. Tinggallah Komala sendiri di rumah, ia meraih HP Wati yang tergeletak di rak kamarnya.

"Siapa yang terus menghubungi anak ini? Kenapa HP-nya terus berdering? Dari semalam tak berhenti," gumam Komala memeriksa HP anaknya.

"Astaghfirullah. Pantas saja terus berbunyi. Pesannya saja sampai sebanyak ini. Belum lagi panggilan yang tak terjawab dari nomor yang berbeda pula," ucapannya seraya beristighfar.

Di tempat lain, dalam suasana cerah, secerah hati dia yang sedang kasmaran. Seorang pria remaja berjalan mendekat pada gadis yang baru tiba di tempat kerjanya.

"Selamat pagi, Resa. Awali pagimu dengan senyuman, agar harimu menyenangkan. Se senang diriku, setelah melihat kehadiranmu," sapa Doni seraya tersenyum menggoda dan mengedipkan matanya sebelah.

Resa memalingkan muka menghindar dari dia yang selalu mencari perhatiannya.

"Jangan lupa sarapan, Res. Karena sarapan lebih menyehatkan, dari pada harapan," ujar seseorang yang kebetulan berada tak jauh dari tempat mereka berada.

Resa menunduk malu. Dia pergi ke ruangan sebelah tanpa menghiraukan ucapan mereka.

"Nimbrung aja ente. Gak bisa biarin orang senang aja gitu!" jengah Doni Menjatuhkan tubuhnya di atas kursi yang menghadap mesin jahit, sedangkan temannya hanya menanggapinya dengan bait lagu yang liriknya berbunyi.

Jangan, jangan dulu

Janganlah di ganggu

Biarkan saja

biar duduk dengan tenang

Senyum, senyum dulu

Senyum dari jauh

Kalau dia senyum

tandanya hatinya mau

Hei

Bila ingin melihat ikan di dalam kolam

Tenangkan dulu airnya sebening kaca

Bila mata tertuju pada gadis pendiam

Caranya tak sama menggoda dara lincah

"Hobah!" ucap seseorang menyambut hiburan yang meramaikan suasana di pagi hari, sebelum mereka memulai pekerjaannya. Sedangkan Andi hanya cengengesan melihat interaksi di antara mereka yang tak pernah ada habisnya untuk saling menggoda.

"Kamu itu, yah. Jangan terlalu agresif mengejar cewek pendiam. Yang ada dia makin menjauh. Ilfil kali di deketin cowok kaya kamu," usilnya menyenderkan punggung di salah satu meja mesin sambil menyelipkan kedua tangannya di saku celana. Sedangkan Doni hanya mencebik kesal memalingkan muka dari hadapan temannya.

pemuda itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Doni. Meski tak di pungkiri, dia juga tertarik pada gadis itu. Andai dia belum memiliki kekasih, mungkin dia juga akan mengejar gadis itu, sama seperti yang di lakukan salah satu temannya.

Resa adalah kembang desa yang menjadi incaran banyak pria. Wajar saja, membuat semua orang terpana melihat paras rupanya. Setiap insan mengagumi, pesonanya, meresahkan kaum adam sejagat raya.Siapakah dia yang memenangkan hatinya? Sungguh sangatlah beruntung yang mendapatkan cintanya.

__________

Di salah satu ruangan yang bernuansa putih, dua orang sedang berkutat dalam pekerjaan. Tangan kanannya memegang gunting sedangkan yang satunya memegang baju yang baru selesai di jahit.

"Resa, kamu jangan terlalu cuek sama Doni. Bibi tahu dia suka sama kamu. Beri dia kesempatan untuk bisa mengenal kamu lebih dekat lagi," kata Ika di tengah kegiatannya siang itu.

"Tapi, Bi... aku gak suka sama Doni. Aku juga sudah bersikap sewajarnya, ko," jelas Resa, agar Ika berhenti jadi Mak comblang untuk pemuda itu.

"Iya, Bibi tahu. Soal rasa gak bisa di paksakan. Tapi, beri dia sedikit waktu. Kalau dalam waktu beberapa minggu masa pendekatan, rasa kamu gak berubah, baru boleh memberi keputusan untuk menolaknya," pinta Ika, tetap kukuh dengan pendiriannya.

Gadis itu menatap Ika dengan senyuman yang di paksakan. Namun, sahutan dari Bu Kayla telah mewakilkan Resa yang tak bisa mengungkapkan pendapatnya sendiri.

"Ika, kamu itu ko suka maksain kehendak orang. Kalau anaknya gak mau, biarkan saja. Jangan ikut campur sama urusan anak muda," bela Bu Kayla yang masuk ke ruangan itu untuk memberikan baju yang selesai ia jahit.

"Halah, Bu Kay juga gak usah ikut campur. Orang Resa aku yang ajak kerja disini. Kenapa Ibu Kay yang repot?" dengus Ika yang tak mengalihkan pandangannya dari mesin pelubang kancing.

"Gak pernah masuk kalau di bilangin. Keras kepala hidup lu," umpat Kayla melenggang pergi dari ruangan tempat Ika dan Resa berada.

Sedangkan gadis itu hanya menyibukkan diri dengan pekerjaannya. "Res, ambil kain sisa dekat meja potong," pinta Ika berbalik menatap ke arah Resa.

Gadis itu mengangguk, lalu beranjak dari tempat duduknya. Kakinya melangkahkan menuju lantai dua untuk mencari potongan kain yang sudah tak terpakai. Dia menengok setiap sudut di ruangan tersebut. Tanpa gadis itu sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan gerak-geriknya. Mata yang sejak pertama bertemu dengan Resa sudah mengaguminya.

Namun, dia tak berani bertindak lebih jauh. Andai saja tidak ada hati yang harus dia jaga, mungkin dia akan bersaing dengan teman yang sama-sama mengagumi gadis itu.

"Ah..., itu dia," ucap Resa menghampiri karung yang berada di pojok tangga. Namun, ia dikagetkan dengan suara pria yang sedang ber selonjoran di bawah meja yang terbentang di samping tumpukan kain yang sudah tak terpakai.

"Pantas tercium semerbak wangi... Ternyata ada kembang desa yang lewat," ucap seseorang tanpa melirik pada gadis yang melirik sekeliling memastikan ucapan pria itu di tunjukan pada siapa.

Setelah tak melihat siapa pun selain dirinya, Resa membalikkan tubuhnya sambil tersenyum kecil nyaris tak terlihat.

"cie.....ada yang kangen...sampai nyari ke ruangannya segala" godanya mengalihkan pandangan pada gadis yang masih sibuk mengambil potongan kain di dalam karung.

"Eh... nggak enggak... saya cuman mau ambil kain... di suruh Bi Ika, ko," elak Resa, dia pun segera mengambil potongan kain dengan asal kemudian bergegas pergi dari ruangan itu.

Namun, terbersit ide jahil,dia menghampiri gadis itu. Tapi sebelum dia melakukannya, Resa sudah lari kocar-kacir meninggalkan ruangan itu. Pria itu hanya terkekeh geli.

"Belum juga di apa-apain sudah lari ketakutan. Menggemaskan," gumamnya yang masih bisa di dengar Resa saat menaiki anak tangga dengan tergesa.

"Hayo... Om... Ketauan godain cewek lagi... mau tak bilangin sama pacarnya, yah?" suara Ica mengagetkan pria yang masih berdiri dekat tangga.

"Eh, ni bocah... nongol lagi," keluh Irfan saat menyadari keberadaan anak majikannya yang berjalan menuju tempat dirinya berdiri.

"Hehehehe... pis," ucapnya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

"Om, mau kemana?" tanya Ica saat pria itu melangkah ke arah pintu luar.

"Mau ke dokter mata," jawabannya asal.

"Emang mata Om kenapa?" sela Ica menghentikan langkah pria itu dan berbalik menatapnya.

"Gak tau nih. Tiap lihat dompet, isinya gak pernah keliatan. Sekalinya keliatan, Kapten Pattimura nodongin parang, serem banget, kan, Ca?" keluhnya membuat anak di depannya melongo.

"Itu mah bukan sakit mata, atuh, Om... tapi sakit kanker (kantong kering)," sontak jawabannya membuat pria itu tertawa ngakak.

"Hahaha... Kamu ngeledek nih, ceritanya?"

"Bukan, tapi kenyataan," teriak Ica yang sudah berlari menuju tangga.

Terpopuler

Comments

Taurus girls

Taurus girls

penasaran sama visual Resa thor.

2025-02-09

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

keren banget part ini.....good job 👍🥰

2025-02-05

2

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

begitu banyak yang ingin meraih hati resa

2025-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Liburan di desa
2 Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3 Babb 3 pengagum gadis desa
4 babb 4 Galau
5 Babb 5 Hanya satu macam
6 babb 6 Hari pertama bekerja
7 babb 7 banyak yang mengagumi
8 babb 8 Keahlian terpendam
9 babb 9 Prasangka baik
10 babb 10 Ketahuan
11 babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12 babb 12 Gak bikin ketar ketir
13 babb 13 gundah
14 babb 14 Orang baru
15 babb 15 Menghindar
16 babb 16 Bimbang
17 babb 17 Ungkapan penyemangat
18 babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19 babb 19 mood buster
20 babb 20 menghadiri acara pernikahan
21 babb 21 Kelakuan rendom Tina
22 babb 22 Pendekatan
23 babb 23 Mulai nyaman
24 Babb 24 Hanya di anggap beban
25 Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26 Babb 26 salah paham berujung tunangan
27 bab 27 Ada aja tingkahnya
28 bab 28 Berita yang mengejutkan
29 Babb 29 Speknya pria idaman banget
30 Babb 30 Masih berharap
31 babb 31 Titik terendah
32 babb 32 Terancam kandas
33 babb 33 Gunjingan orang
34 babb 34 Di antara dua pilihan
35 babb 35 Labil
36 babb 36 Merasa buntu
37 babb 37 Jalan jalan
38 babb 38 Rungkad
39 bab 39 Kembali bekerja
40 bab 40 Suasana yang beda
41 bab 41 Overthinking
42 babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43 babb 43 Omongan orang yang bikin down
44 babb 44 Anggap saja aku bahagia
45 bab 45 Rasa bersalah
46 bab 46 Hanya Allah yang tahu
47 babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48 bab 48 insecure
49 babb 49 Tingkah random resa
50 babb 50 kegundahan Resa
51 babb 51 Di awasi seseorang
52 babb 52 pendekatan keluarga
53 babb 53 Agak lain emang
54 babb 54 Dompetku kaya museum
55 babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56 babb 56 Kaya ATM
57 babb 57 sahur pertama
58 babb 58 Harus banyak ngalah
59 babb 59 ke rendoman Tina & wina
60 babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61 babb 61 Terbelenggu rindu
62 babb 62 Usil juga ternyata
63 bab 63 Bimbang
64 Bab 64 Hari raya
65 Bab 65 Tamat
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Liburan di desa
2
Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3
Babb 3 pengagum gadis desa
4
babb 4 Galau
5
Babb 5 Hanya satu macam
6
babb 6 Hari pertama bekerja
7
babb 7 banyak yang mengagumi
8
babb 8 Keahlian terpendam
9
babb 9 Prasangka baik
10
babb 10 Ketahuan
11
babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12
babb 12 Gak bikin ketar ketir
13
babb 13 gundah
14
babb 14 Orang baru
15
babb 15 Menghindar
16
babb 16 Bimbang
17
babb 17 Ungkapan penyemangat
18
babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19
babb 19 mood buster
20
babb 20 menghadiri acara pernikahan
21
babb 21 Kelakuan rendom Tina
22
babb 22 Pendekatan
23
babb 23 Mulai nyaman
24
Babb 24 Hanya di anggap beban
25
Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26
Babb 26 salah paham berujung tunangan
27
bab 27 Ada aja tingkahnya
28
bab 28 Berita yang mengejutkan
29
Babb 29 Speknya pria idaman banget
30
Babb 30 Masih berharap
31
babb 31 Titik terendah
32
babb 32 Terancam kandas
33
babb 33 Gunjingan orang
34
babb 34 Di antara dua pilihan
35
babb 35 Labil
36
babb 36 Merasa buntu
37
babb 37 Jalan jalan
38
babb 38 Rungkad
39
bab 39 Kembali bekerja
40
bab 40 Suasana yang beda
41
bab 41 Overthinking
42
babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43
babb 43 Omongan orang yang bikin down
44
babb 44 Anggap saja aku bahagia
45
bab 45 Rasa bersalah
46
bab 46 Hanya Allah yang tahu
47
babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48
bab 48 insecure
49
babb 49 Tingkah random resa
50
babb 50 kegundahan Resa
51
babb 51 Di awasi seseorang
52
babb 52 pendekatan keluarga
53
babb 53 Agak lain emang
54
babb 54 Dompetku kaya museum
55
babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56
babb 56 Kaya ATM
57
babb 57 sahur pertama
58
babb 58 Harus banyak ngalah
59
babb 59 ke rendoman Tina & wina
60
babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61
babb 61 Terbelenggu rindu
62
babb 62 Usil juga ternyata
63
bab 63 Bimbang
64
Bab 64 Hari raya
65
Bab 65 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!