Babb 3 pengagum gadis desa

Ke esok harinya, Tina sedang berkeliling menjual jajanan yang ia ambil dari tetangga sebelah. Berbeda dengan Irma yang sedang memikirkan keputusan nya untuk merantau lagi, juga Resa yang sedang meratapi nasibnya. Akan kah mereka menemukan kebahagiaan yang selama ini dinantikan nya?

"Cimol cimol..... Cimol hangat!" teriak Tina sambil berjalan mengitari perkampungan mencari Perkumpulan anak-anak biasa bermain.

"Hu'uh... Tina menghembuskan nafasnya karena merasa lelah. Semangat, tin! Jangan mengeluh, biar cepat habis jualan nya," gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

Setelah 2 jam berlalu, akhirnya dagangan yang ia jinjing habis terjual. Sambil bersenandung ria, ia berjalan melompat kecil.

"Akhirnya habis juga, bisa dapat uang jajan lebih ini. Lumayanlah, daripada cuman nunggu uang jajan yang mamah kasih." ucap Tina.

Saat sore tiba, ia bergegas mandi, menyambar handuk yang tergantung di luar. Setelah beres mandi, ia mengenakan pakaian dan mengenakan kerudungnya.

"Bisa-bisa telat ngaji ini, mana udah jam 4 lagi. Si Dian juga, bukan nungguin kakaknya, malah ninggalin. Mana Teh Resa belum pulang juga, gak ada yang ngasih tau kalau ada sesi tanya Jawa sama ustadzah," ucap Tina.

Saat tiba di madrasah, Tina dikagetkan dengan tepukan dari Wati dan Wanti. Mereka adalah adik kakak, anak yang ibu tirinya bawa dari pernikahan sebelumnya.

"Heh... Tina, kebiasaan ya kamu. Jam segini baru datang, ini kan jadwal piket kamu! Seharusnya datang lebih awal dong. Kita ini yang ngerjain semuanya. Minggu depan, kamu sendiri yang piket," ujar Wati sambil melenggang masuk ke dalam madrasah.

"Huh... dasar nyebelin," jawab Tina sambil menyusul masuk ke dalam.

Setelah pengajian usai, Tina dan Dian di cegat oleh Wati. "Heh... Kakakmu itu, tak tahu diri banget. So-soan liburan, yang lain juga enggak. Liat aja, pas dia pulang. Pasti dia kaget, karena 2 hari lagi ada pengajian gabungan di Pesantren Al-Kamal. Hanya dia sendiri yang belum belajar murottal. Kasian deh," ejek Wati sambil berlalu pergi.

"Apaan sih, sewot aja jadi orang, iri yah? Gak bisa liburan," ledak Tina pada kakak tiri nya dengan nada kesal.

sedangkan adiknya yang berada di samping Tina hanya diam dan tidak mengomentari perkataan Wati. Ia tahu bahwa Wati sering kali menyebalkan dan tidak perlu dihiraukan.

***

Di kediaman Nenek Rukayah, Rima dan Resa sedang mendiskusikan kepergiannya esok pagi. Rima sudah bertekad untuk bekerja lagi.

"Res, besok kakak antar kamu pulang ke rumah bapak. Setelahnya, baru kakak berangkat ke Bandung. Kamu baik-baik ya di sana. Jaga adik-adik kita," kata Rima sambil mengelus kepala Resa yang sedang bersandar di sampingnya.

"Iya, teh, insya Allah," jawab Resa.

"Kamu yakin mau kerja lagi, Rim?" tanya Nenek nya menghampiri kedua kakak beradik itu.

"Iya, Nek, biar cepat punya rumah sendiri," jawab Rima sambil melirik paman yang sempat menyinggungnya.

"Ya udah, kita berangkat, Nek. Assalamu'alaikum...." ucapnya mereka serempak.

"Iya, nak, wa'alaikumsalam... Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan," ujarnya.

Pukul 11.00 mereka pun tiba di Kota Intan. Hingga esok paginya, Rima dan suami berpamitan pada bapaknya untuk berangkat lagi ke Kota Bandung.

Setelah menjelang sore hari,ke lima gadis remaja itu berangkat ke MDT bersama.

"Teh, sekarang jadwal pengajian gabungan, di Pesantren Al-Kamal. Udah siap belum?" tanya Tina.

"Iya, semalam teteh d kasih tahu. Udah belajar juga, sama Bu Susi," jawab Resa pada adiknya.

"Iya, syukur deh kalau gitu," ucap Tina.

Sesampainya di Pesantren Al-Kamal, mereka masuk masjid. Sesuai arahan pendamping mereka, setelah pengajian usai, para santri dan santriwati berpamitan untuk pulang. Kebetulan pesantren tak begitu jauh dari kediaman para santri tersebut. Jadi mereka berpisah, pulang masing-masing.

Saat menuju gerbang keluar, Resa dan Tina celingukan, mencari teman-temannya yang lain, tetapi mereka sudah tidak ada. Hanya ada beberapa santri yang sedang berbincang, tak jauh dari tempat Resa dan Tina berdiri.

"Ayo, Tin, cepat! Kita sudah tertinggal yang lain," kata Resa sambil menyeret Tina pelan.

Sepasang mata memperhatikan kepergian Resa dan Tina barusan. Entah siapa gerangan, Resa hanya mempercepat jalannya, ia tak perduli dengan tatapan salah satu santri tersebut.

Pada siang hari, di sela kegiatan rutinnya, Resa menganyam bulu mata palsu. HP-nya berdering tanda pesan masuk.

(Assalamualaikum... Ini sama Resa, yah?)

(Waalaikumsalam... Siapa, yah?)

(Saya Afif, teman Jack.)

(Oh... Ko bisa tahu nomor HP saya?)

(Emmm... Ini dikasih sama Jack, maaf karena sudah lancang meminta nomor HP kamu tanpa bertanya dahulu.)

(Oh... Iya, a, Afif, gak apa-apa.)

(Bagaimana kabarnya? Kata Jack kamu sudah pulang ke kota, yah?)

(Alhamdulillah, kabar baik. Iya, a, Afif, Resa udah pulang.)

Balasnya lagi.

(Sofi titip salam sama kamu. Kamu masih ingat sama teman masa kecil mu, kan?)

(Waalaikumsalam... Iya, a, saya ingat.)

Balas Resa sambil bertanya-tanya, ngapain ni orang, tiba-tiba menghubunginya, kenal dekat juga nggak pikirnya.

Setelah menunggu beberapa saat, pesan itu tak ada lagi balasan. Resa menyimpan HP-nya dan melanjutkan kegiatannya. Sebentar lagi waktu ashar tiba, pekerjaannya harus segera diselesaikan.

Tepat pukul 05.00,ke lima gadis remaja itu sedang berkumpul di halaman rumahnya. Mereka sedang membantu nenek Nur, memasukan jagung hasil panennya dari kebun.

Tiba-tiba, ada seorang pemuda yang datang, menghampiri, dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum..." ucapnya.

"Waalaikumsalam," jawab Tina dengan mata berbinar. Sedangkan Resa, hanya acuh tak menanggapi kedatangan pria tersebut.

"Ehem..." Pemuda itu berdehem sambil melirik pada Resa.

"Nama kamu siapa?" tanyanya, namun yang ditanya masih diam membisu.

"Dia?" tunjuk Wati pada Resa, lalu memberi tahu "namanya Resa."

Pria itu pun hanya mengangguk. Pandangannya tak terlepas dari Resa.

"Neng, kalo ditanya itu dijawab loh," ucapnya, kemudian, dia memperkenalkan dirinya tanpa diminta.

"Kenalin, nama saya Hasan, saya santri dari Ponpes Al-Kamal. Kebetulan, saya teman dekatnya Aceng," ucap Hasan.

gadis remaja itu hanya mendelik, tak menghiraukan ucapan pemuda yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya. Sedangkan Tina, terlihat menundukkan wajahnya. Padahal biasanya, dia yang selalu rame, kalau udah ketemu Hasan dan yang lainnya hanya mesem-mesem mendengarkan ucapan pria tersebut.

"Aduh, ceng, jutek ternyata," tanya Hasan sambil tertawa kecil pada Aceng yang entah dari kapan temannya itu sudah berdiri di belakang Hasan.

"Neng cantik juga sholehah. Calon makmumnya akang, boleh minta nomor HP-nya?" tanya Hasan sambil mengeluarkan HP dalam sakunya.

Deg... Tina mendongak menatap pada pria di depannya, hatinya bagai di tusuk duri. Saat orang yang di kagumi nya, malah menyukai kakaknya sendiri.

Namun, alih-alih memberikan nomor HP, Resa malah lari kocar-kacir ke dalam rumah. Dia merasa risih dengan sikap pria yang dengan berani mendatangi dirinya langsung, ke rumahnya pula.

Sedangkan di luar, yang semangat menyambut kedatangan nya itu, justru malah Wati,dia, memberikan nomor sendiri. Sedangkan Tina, hanya mengangguk dan tersenyum pada Hasan.

"Ini nomor nya, kang," kata Wati sambil menyebutkan nomor HP miliknya.

"Ya udah, gak papa, nanti. Kalau udah diizinin, tolong kirim nomor HP Resa, yah," ucap Hasan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku, kemudian berpamitan.

Terpopuler

Comments

DeanPanca

DeanPanca

duh akang santri gombalannya kurang bikin mleyot.🫣

2025-01-23

3

Aksara_Dee

Aksara_Dee

jadi sepasang mata yang melihat resa itu Hasan

2025-01-30

2

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

resa masih risih dengan laki. tapi tina & wati sudah mulai centil ya? 😁😁

2025-02-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Liburan di desa
2 Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3 Babb 3 pengagum gadis desa
4 babb 4 Galau
5 Babb 5 Hanya satu macam
6 babb 6 Hari pertama bekerja
7 babb 7 banyak yang mengagumi
8 babb 8 Keahlian terpendam
9 babb 9 Prasangka baik
10 babb 10 Ketahuan
11 babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12 babb 12 Gak bikin ketar ketir
13 babb 13 gundah
14 babb 14 Orang baru
15 babb 15 Menghindar
16 babb 16 Bimbang
17 babb 17 Ungkapan penyemangat
18 babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19 babb 19 mood buster
20 babb 20 menghadiri acara pernikahan
21 babb 21 Kelakuan rendom Tina
22 babb 22 Pendekatan
23 babb 23 Mulai nyaman
24 Babb 24 Hanya di anggap beban
25 Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26 Babb 26 salah paham berujung tunangan
27 bab 27 Ada aja tingkahnya
28 bab 28 Berita yang mengejutkan
29 Babb 29 Speknya pria idaman banget
30 Babb 30 Masih berharap
31 babb 31 Titik terendah
32 babb 32 Terancam kandas
33 babb 33 Gunjingan orang
34 babb 34 Di antara dua pilihan
35 babb 35 Labil
36 babb 36 Merasa buntu
37 babb 37 Jalan jalan
38 babb 38 Rungkad
39 bab 39 Kembali bekerja
40 bab 40 Suasana yang beda
41 bab 41 Overthinking
42 babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43 babb 43 Omongan orang yang bikin down
44 babb 44 Anggap saja aku bahagia
45 bab 45 Rasa bersalah
46 bab 46 Hanya Allah yang tahu
47 babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48 bab 48 insecure
49 babb 49 Tingkah random resa
50 babb 50 kegundahan Resa
51 babb 51 Di awasi seseorang
52 babb 52 pendekatan keluarga
53 babb 53 Agak lain emang
54 babb 54 Dompetku kaya museum
55 babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56 babb 56 Kaya ATM
57 babb 57 sahur pertama
58 babb 58 Harus banyak ngalah
59 babb 59 ke rendoman Tina & wina
60 babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61 babb 61 Terbelenggu rindu
62 babb 62 Usil juga ternyata
63 bab 63 Bimbang
64 Bab 64 Hari raya
65 Bab 65 Tamat
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Liburan di desa
2
Babb 2 Kegundahan gadis remaja
3
Babb 3 pengagum gadis desa
4
babb 4 Galau
5
Babb 5 Hanya satu macam
6
babb 6 Hari pertama bekerja
7
babb 7 banyak yang mengagumi
8
babb 8 Keahlian terpendam
9
babb 9 Prasangka baik
10
babb 10 Ketahuan
11
babb 11 Awali pagimu dengan senyuman
12
babb 12 Gak bikin ketar ketir
13
babb 13 gundah
14
babb 14 Orang baru
15
babb 15 Menghindar
16
babb 16 Bimbang
17
babb 17 Ungkapan penyemangat
18
babb 18 Gak akan aku sia sia kan
19
babb 19 mood buster
20
babb 20 menghadiri acara pernikahan
21
babb 21 Kelakuan rendom Tina
22
babb 22 Pendekatan
23
babb 23 Mulai nyaman
24
Babb 24 Hanya di anggap beban
25
Babb 25 Kebingungan dan keraguan
26
Babb 26 salah paham berujung tunangan
27
bab 27 Ada aja tingkahnya
28
bab 28 Berita yang mengejutkan
29
Babb 29 Speknya pria idaman banget
30
Babb 30 Masih berharap
31
babb 31 Titik terendah
32
babb 32 Terancam kandas
33
babb 33 Gunjingan orang
34
babb 34 Di antara dua pilihan
35
babb 35 Labil
36
babb 36 Merasa buntu
37
babb 37 Jalan jalan
38
babb 38 Rungkad
39
bab 39 Kembali bekerja
40
bab 40 Suasana yang beda
41
bab 41 Overthinking
42
babb 42 Cobalah sadar bukanya terus sabar
43
babb 43 Omongan orang yang bikin down
44
babb 44 Anggap saja aku bahagia
45
bab 45 Rasa bersalah
46
bab 46 Hanya Allah yang tahu
47
babb 47 obrolan kocak yang membuat resa tersenyum
48
bab 48 insecure
49
babb 49 Tingkah random resa
50
babb 50 kegundahan Resa
51
babb 51 Di awasi seseorang
52
babb 52 pendekatan keluarga
53
babb 53 Agak lain emang
54
babb 54 Dompetku kaya museum
55
babb 55 Tak seindah Torabika cremy latte
56
babb 56 Kaya ATM
57
babb 57 sahur pertama
58
babb 58 Harus banyak ngalah
59
babb 59 ke rendoman Tina & wina
60
babb 60 It's Ok, I'm fine.. I have Allah
61
babb 61 Terbelenggu rindu
62
babb 62 Usil juga ternyata
63
bab 63 Bimbang
64
Bab 64 Hari raya
65
Bab 65 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!