Pertarungan Sengit

[PESAN DARURAT PEMERINTAH]

"Perhatian! Kami mengumumkan bahwa sebuah wabah mematikan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah melanda kota Plaguehart. Kami menghimbau seluruh warga untuk segera melakukan karantina diri di tempat perbatasan kota. Sebuah tim militer akan bergerak menuju kota untuk memastikan keselamatan Anda. Kami juga menginformasikan bahwa listrik dan jaringan komunikasi akan segera dimatikan untuk mencegah penyebaran wabah yang lebih luas."

Pesan itu menegaskan ke semua perangkat komunikasi, dari ponsel hingga radio, menyiarkan pesan yang sama.

Sementara Widya yang sedang mengemudi menuju kampus, membaca pesan tersebut pada notif ponselnya dengan perasaan cemas. "Ya tuhan, semoga Alvin masih selamat!" serunya, berdoa agar adiknya masih hidup.

Widya mulai menambah kecepatan mobilnya, berusaha menghindari kekacauan yang semakin parah di sekitar kota. Dia melihat orang-orang yang berlari panik, dikejar oleh makhluk yang disebut zombie itu menyerang tanpa henti, dan terus mendengarkan jeritan-jeritan histeris dan suara tangisan terdengar di seluruh kota.

Mobil Widya berbelok menuju jalan yang lebih sepi, berharap bisa mencapai kampus. Namun, saat Widya melaju melewati jalan yang lebih sepi, tempat itu ternyata sudah tersebar wabah. Dia melihat ada beberapa zombie lalu lalang di depan matanya. "Sial, aku kira tidak ada zombie disekitar sini. Ternyata seluruh kota benar-benar sudah terinfeksi!" serunya, mencoba menekan pedal gas dengan cepat, bersiap menabrak zombie dihadapannya.

Namun, saat Widya hendak menabrak zombie. Seorang wanita dewasa, dan anak kecil tengah berlari menuju arah mobilnya dengan tergesa-gesa. Wanita itu mengetuk kaca mobil Widya sambil berteriak, dan wajahnya tampak panik. "Tolong! Tolong buka pintunya!" teriak wanita itu, suara langkah kaki semakin banyak. Para zombie mengejar mereka, hampir mendekati mobilnya.

Anak kecil yang berada di samping wanita tersebut, menggenggam erat tangannya sambil terisak ketakutan. "Ibu... Aku takut..." bisiknya, dengan air mata yang terus mengalir di pipi.

Widya langsung membuka pintu mobilnya, dan dengan sigap mengambil sebuah pipa besar yang di bawa dari Reviva Labs. Tanpa pikir panjang, dia memukul beberapa zombie yang sudah mendekat dan akan menyerang wanita tersebut serta anaknya.

"Cepat masuk ke dalam mobilku, tutup pintunya!" teriak Widya, dia terus melawan beberapa zombie dan terus menghantamkan kepala mereka. Namun, ternyata pertarungannya membuat para zombie dari arah lain berlari menuju ke arahnya, dan mengundang perhatian mereka.

Segerombolan zombie semakin mendekat, namun tanpa dia sadari, ada sok-sok zombie bertubuh besar dari arah belakang melompat ke arahnya. Tubuh Widya terhempas keras ke tanah, pipa besar yang dia pegang sebagai senjatanya terlepas dari tangannya.

Zombie itu mencoba mengigitnya, sementara Widya berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh zombie tersebut, dengan cepat mengangkat kakinya dan menendang keras ke perut zombie. Sementara wanita dan anak kecil itu telah berhasil masuk, dan duduk ke dalam mobil sambil menyaksikan pertarungan sengit tersebut dengan cemas.

Sementara anak kecil itu masih terisak, sambil memeluk tubuh ibunya. "Ibu... apakah wanita itu akan mati?" tanyanya, dengan suara yang hampir tidak terdengar. Wanita dewasa itu pun mencoba menenangkan anaknya, dan menjawab. "Kita berdoa saja sayang... semoga wanita itu selamat."

Zombie itu terhuyung ke belakang, sedangkan segerombolan zombie yang belum tumbang mendekatinya. Widya yang masih terkapar di tanah, dengan cepat memutar tubuhnya dan meraih pipa besar yang terjatuh ke sisi jalan. Dia bangkit kembali, dan segera menghantamkan beberapa kepala zombie dengan sangat brutal.

Wajah Widya kini penuh dengan keringat yang sudah bercampur darah para zombie, nafasnya terengah-engah. Tanpa pikir panjang, dia berlari ke pintu mobil, dengan gemetar membuka pintu. Setelah terduduk di dalam mobil, Widya mencengkeram kunci mobil dan menancapkan kakinya ke pedal gas, membuat mesin mobil meraung keras.

Wanita itu, masih gemetaran, memeluk anaknya erat-erat, matanya masih terbelalak ketakutan. "Apa... apa kau baik-baik saja?" tanya wanita itu, dengan suara bergetar. "Iya, kalian tidak perlu khawatir, sekarang kita akan mencari tempat yang lebih aman," jawabnya, sambil fokus mengemudi, dan matanya terus bergerak dengan liar, memastikan tidak ada zombie yang mengejar mereka.

Sementara itu, di kampus, Dosen Efri, Alvin dan teman-temannya tengah berlari menuju gudang kampus. Namun, para zombie mengejar mereka, suara geraman mereka semakin keras. Keadaan semakin genting, mereka kini berhasil sampai di depan pintu gudang. Namun, saat Alvin mencoba memutar kenop pintu, ternyata pintu gudang terkunci rapat. "Ini... kenapa pintunya terkunci?" seru Alvin dengan cemas.

Para zombie semakin mendekat, Alvin masih mencoba cari cara untuk bisa membuka pintu gudang. Sementara Dosen Anggun, dan Chaca serta Lina mulai terisak, ketakutan melihat zombie semakin mendekat. Dosen Efri, Aldo, dan Eric bersiap untuk melawan zombie dengan tangan kosong.

"Alvin, coba kamu tendang saja pintunya!" seru Erin, memberi instruksi kepadanya. Dengan gerakan cepat, Alvin menendang pintu itu sekuat tenaga. Pintu itu akhirnya terbuka lebar, dan dia berteriak dengan lega. "Akhirnya... ayo masuk!" teriak Alvin, dia masuk terlebih dahulu dan di susul oleh Dosen Anggun, Chaca dan Lina.

Sementara Erin, menunggu Eric di depan pintu. Dia tidak ingin masuk sendirian, tanpa kembarannya. "Eric, awas!" teriak Erin, melihat zombie yang hampir menyerangnya dari belakang.

Eric yang jago beladiri, langsung memutarkan tubuhnya dengan gesit. Dia langsung melompat, sambil menendang kepala dua zombie yang akan menyerangnya. Sementara Aldo, dan Dosen Efri di kepung oleh lima zombie.

Eric yang melihat mereka sedang di kepung, segera berlari ke arah mereka, dan meninju satu zombie. Sementara Aldo dan Dosen Efri yang hampir frutasi, kembali bersemangat saat Eric menghampiri mereka.

Mereka bertiga melawan zombie dengan sangat brutal, dan tanpa senjata apa pun. "Sepertinya kita harus cepat masuk ke gudang!" Efri berkata dengan tegas, matanya memandang ke arah gudang.

"Iya, kita tidak bisa melawan, dan bertahan dengan tangan kosong seperti ini!" teriak Aldo, dan dia hampir kehabisan tenaga untuk melawan para zombie yang terus datang menyerang mereka.

Sementara di dalam gudang, Chaca dan Lina berteriak histeris, menyuruh Alvin untuk segera menutup pintu gudang. "Alvin... mereka tidak akan selamat, ayo tutup pintunya..." kata Chaca dengan suara bergetar.

"Tidak! Kakakku akan selamat, kau tidak punya hak menyuruh Alvin untuk menutup pintu ini!" seru Erin, berdiri di ambang pintu gudang. "Aku yakin... mereka akan selamat..." Erin melanjutkan kata-katanya.

Sementara Dosen Efri, tiba-tiba berteriak dengan suara keras serta memberi isyarat kepada Eric, dan Aldo untuk segera masuk ke gudang. "Ayo lari! kita harus masuk sekarang!" Efri berteriak, memberi isyarat untuk segera masuk ke dalam gudang.

Mereka bertiga melangkah mundur perlahan, berlari menuju pintu, dan suara geraman zombie semakin memekakkan telinga mereka. "Cepat!" Dosen Efri berteriak, menunggu Aldo yang berlari paling akhir.

Akhirnya, mereka berhasil masuk ke dalam gudang, namun saat Dosen Efri menutup pintu gudang. Segerombolan Zombie mendorong pintu tersebut dari luar, dan dia memberi isyarat untuk mencari benda agar bisa mengganjal pintu dengan sangat rapat. "Bawa lemari, dan meja itu kesini!" Efri berkata memerintahkan mereka, dan melihat sebuah lemari kecil serta meja usang di dalam gudang tersebut.

Alvin, Eric, dan Aldo bergerak dengan cepat, dan mendorong lemari ke arah pintu. Sementara Dosen Anggun, Erin, dan Lina mendorong meja agar pintu gudang tertutup rapat dari dalam.

Suasana di dalam gudang gelap dan sunyi, pintu gudang kini sudah tertutup rapat dengan adanya ganjalan lemari serta tumpukan meja. Mereka kini saling menatap, dan berharap segerombolan zombie itu pergi menjauh dari tempat tersebut.

Dosen Efri, Aldo, Eric, dan Alvin mencoba mengatur nafasnya. Mereka kini merebahkan tubuhnya masing-masing ke lantai gudang yang sangat kotor, saat suara zombie sudah tidak terdengar lagi dari luar gudang. "Kita masih selamat untuk sekarang," kata Efri, mencoba memulihkan tenaganya. "Tapi, untuk selanjutnya... apa kita akan selamat?" Efri melanjutkan perkataannya, sambil memikirkan rencana untuk ke depan.

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf𝐓𝐚𝐤𝐢𝐢☆💠🌻͜͡ᴀs

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf𝐓𝐚𝐤𝐢𝐢☆💠🌻͜͡ᴀs

keep going kak widya /Determined//Determined/

2025-01-06

4

ᴳᴿ🐅꙳❂͜͡✯🤎NauRa𝐒𝐒⃟⃝🕊

ᴳᴿ🐅꙳❂͜͡✯🤎NauRa𝐒𝐒⃟⃝🕊

besok bagaimana besok takdir akan membawa kemana yang penting sekarang selamat

2025-01-22

1

Pompon

Pompon

lanjut Banh penasaran kelanjutannya /Smile/

2025-01-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!