Bab 4
.
.
.
"Hari ini latian pake senjata dulu" ucap nik mengawali latihan hari ini.
.
Ran di arahkan menuju meja tempat ditaruhnya berbagai macam senjata mulai dari pistol katana sampai ke belati berukuran kecil.
.
"Sekarang kamu pilih senjata yang akan kamu gunakan dan akan kamu bawa kemana mana berdasarkan sudut pandang mata kamu yang terlihat menarik" ucap nik seraya mundur beberapa langkah membiarkan ran memilih senjata yang menurutnya menarik.
.
Ran perlahan mengangkat tangannya untuk mengambil senjata yang ia pilih untuk menjadi andalannya.
.
Ia mengambil sebuah belati kecil yang pegangannya memiliki ukiran bunga emas dan sedikit cipratan darah, dan mata pisaunya terbuka dari sarungnya dan nampak sangat tajam.
.
Belati sendiri adalah senjata tempur yang digunakan untuk memotong dan menusuk, mudah dibawa kemana-mana dan memiliki 2 bilah yang sama sama tajam.
.
"Wah milihnya malah belati padahal banyak senjata lain, kenapa pilih senjata" tanya nik
.
"Nggak ribet bawanya inikan bisa buat potong usus orang kalo semisal pilih pistol nggak bisa buat nyiksa orang ditembak kepalanya bolong langsung mati" jawan ran santai
.
"Jawaban yang bagus akan tetapi kamu harus bisa menggunakan semua senjata" ucap nik
.
"Sekarang latihan nembak dulu ayo ke halaman belakang yang luas" sambung nik lalu mengambil 2 buah pistol dan berjalan menuju halaman belakang yang biasa ia gunakan untuk berlatih.
.
Bahkan nik juga masih sering berlatih bagaimana cara menjadi psikopat yang kejam.
.
"Wih luas banget" ucap ran
.
Ran berjalan mengekor di belakang nik menuju ujung lapangan.
.
Saat sampai di ujung lapangan perintah nik sungguh membuat ran terkejut dan segera protes akan tetapi segera di tangani oleh nik dan membuat ran mati kata lalu menuruti perintah nik.
.
"Lari 100 putaran" ucap nik santai tetapi membuat ran melongo.
.
"Yang bener ajaa??" Sahut ran protes.
.
"Iya bener" ucap nik santai ia duduk di kursi yang sudah di sediakan di bawah pohon yang rindang.
.
"Ayo mulai" ucap nik
.
"50 aja ya'' sahut ran mencoba bernegosiasi.
.
"Nggak" ucap nik dengan tegas sekarang wajahnya sudah memerah serta ada aura aneh muncul membuat ran tak bisa berkata kata.
.
Ran mulai berlari mengelilingi lapangan yang panjang lebarnya sama seperti lapangan bola akan tetapi entah digunakan untuk apa oleh kakanya selain latihan.
.
Putaran ke 38 ran mulai kelelahan ditambah lagi dengan panasnya matahari semakin membuat tubuh ran mati rasa.
.
Untung saja lapangan tersebut memiliki rumput yang bisa ran gunakan untuk alas berlari.
.
Saat ran berhenti untuk mengatur nafasnya nik langsung menegurnya nik juga yang menyuruh ran melepaskan alas kakinya.
.
72 putaran pandangan ran mulai memburam, perutnya keram dan kakinya yang sudah kaku.
.
Entah apes atau sial ran terjatuh pingsan akan tetapi perutnya mengeluarkan darah.
.
Belati yang ran pilih disimpan di dalam kantong roknya dalam posisi gagang di atasnya.
.
Mungkin setelah di bawa berlari berulang kali sarung belati tersebut terbuat dan saat ran tergantung belatinya terjatuh saat posisi belati terdiri sebelum benar benar jatuh ke rumput tubuh ran terjatuh di atasnya dan tertusuk di bagian perut.
.
Nik yang masih belum menyadari perut sang adik tertusuk hanya mengira bahwa ran berbaring untuk beristirahat.
.
Ia bergegas menuju posisi ran yang sedang terbaring tak sadarkan diri, niat hati ingin memarahi ran karena berhenti di tengah tengah latihan.
.
"Ayo bangun lanjut lagii" ucap nik sambil menggorang kaki ran menggunakan kakinya dengan posisi berdiri dan tangan yang ia masukkan ke dalam kantong celana.
.
Nik menyipitkan matanya dengan kening yang mengerut saat melihat ran yang sedang berbaring tengkurap Sengan wajah yang menghadap ke rumput perutnya mengeluarkan darah.
.
Nik berjongkok untuk melihat kondisi ran.
.
Alangkah terkejutnya nik saat melihat belati pilihan sang adik menancap pada perutnya.
.
"Ran..." Teriak nik lalu bergegas menggendong tubuh lemas sang adik menuju mobil lalu bergegas membawanya menuju rumah sakit terdekat.
.
Sesampainya di rumah sakit nik bergegas memanggil suster dan kini ia berada di depan ruangan operasi yang ran jalani
.
1 jam lebih nik menunggu akhirnya dokter yang menangani ran sudah keluar.
.
"Keluarga pasien" ucap sang dokter
.
"Saya kakaknya" sahut nik lalu bergegas berdiri dan menghampiri sang dokter.
.
"Gimana kondisi adik saya dok" tanya nik
.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar beruntung pisaunya kecil dan hanya menusuk sebagian jadi tidak sampai menembus organ tubuh, dan sekarang tinggal nunggu pasien sadar baru di pindahkan ke ruang rawat biasa" jawab dokter
.
"Kalau begitu saya izin mengecek pasien yang lain" ucap dokter lalu berjalan menuju ruangannya.
.
Nik berjalan perlahan memasuki ruangan operasi sang adik terlihat ran yang berbaring lemah dengan kulit pucat akan tetapi wajahnya menghitam karena panas matahari.
.
Nik duduk di kursi samping ranjang ran ia menoleh ke arah nakas dan terlihat belati yang sudah menusuk perut adiknya.
.
"Belati ini sudah memilih kamu sebagai pemiliknya sama seperti Abang dulu juga kaya gitu" ucap nik, mungkin ia tidak menyadari bahwa ran sudah sadar tetapi masih betah memejamkan mata.
.
"Ooh gitu" sahut ran dengan mata terpejam.
.
"Dasar adik laknat udah bangun ternyata'' ucap nik sambil mendengus kesal.
.
Ran perlahan membuka matanya, dan membuat nik membulatkan matanya sempurna.
.
"Kenapa kaget gitu" tanya ran
.
"Astaga muk kamu kok banyak sayatannya" tanya nik
.
"Kayanya kena rumput" jawab ran sambil memegang salah satu luka di pipinya.
.
"Tadi Abang bilang belatinya udah anggep aku sebagai pemiliknya itu ceritanya gimana" tanya ran
.
"Jadi gini kalo semisal kita pengen ngubah sesuatu jadi milik kita biasanya benda tersebut melukai terus darahnya harus netes ke tanah itu salah satu hukum keluarga kita" jawab nik sesuai dengan yang ia baca di buku milik keluarga chaksa raja/ratu.
.
"Berarti ini udah jadi milik aku" tanya ran lagi
.
"Iyaa tadi dilapangan banyak banget darahnya pastinya nembus rumput dan sampe tanah'' jawab nik
.
"Bang nanti aku nginep di rumah Abang aja yah cuman sampe luka aku sembuh, aku nggak mau pengasuhku khawatir aku juga nggak mau di ceramahin" pinta ran sambil memohon dengan wajah yang ia buat sedih.
.
Cetakk
.
Nik menyentil dahi ran dengan sedikit keras.
.
"Aduh sakit Abang" rengek ran sambil memegang keningnya yang terasa berdenyut.
.
"Gausah pasang wajah memelas gitu kalo mau tinggal di rumah Abang masih banyak kamar kok tapi kayanya nggak ada kamar cewe nanti coba Abang buatin" ucap nik
.
"Bentar" ucap nik sambil berjalan keluar dari ruang rawat ran.
.
Karena didalam rumah sakit tidak ada sinyal nik menuju loby rumah sakit dan menelfon seseorang kepercayaannya untuk mengubah kamar di samping kanan kamarnya menjadi kamar anak perempuan tapi nik meminta untuk dekor dan cat temboknya jangan terlalu alay warnanya nik lebih memilih untuk memakai warna abu hitam dan putih.
.
Lebih dari 10 menit nik berbicara dalam telfon tentang desain kamar baru ran setelah selesai nik berjalan santai menuju ruangan rawat ran yang belum di pindahkan ke ruang rawat yang baru.
.
Ceklek
.
Pintu ruang rawat terbuka dan pemandangan yang pertama kali dilihat nik adalah genangan darah di samping ranjang tempat ran tidur.
.
oOo
.
.
.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments